Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Penyuling Akar Wangi

6.2.4 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling- Pengumpul Minyak Akar Wangi

Pada petani-penyuling-pengumpul, selain melakukan sendiri proses akar wangi menjadi minyak akar wangi, juga membeli minyak akar wangi dari penyuling lain untuk dijual kembali atau disebut pengumpul. Di Kecamatan Samarang, hanya terdapat satu orang yang berperan sebagai pelaku usaha petani- penyuling-pengumpul. Pelaku usaha ini memiliki lahan akar wangi sebesar 30 ha yang tersebar di Kabupaten Garut. Tingginya permintaan minyak akar wangi yang tidak dapat dipenuhi dengan sendiri, menyebabkan penyuling untuk membeli minyak akar wangi dari penyuling lain yang nantinya akan dijual kembali. Kondisi seperti itu disebut sebagai pengumpul. Pada penelitian ini, perhitungan pendapatan petani-penyuling-pengumpul akar wangi juga dihitung dalam dua tahap, yaitu pertama menghitung biaya usahatani akar wangi dimana perhitungannya sama dengan perhitungan usahatani pada pelaku sebelumnya. Penghitungan besarnya biaya usahatani dihitung selama periode satu tahun per hektar. Tabel 23 berikut ini memaparkan struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul di Kecamatan Samarang. Tabel 23 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku usaha petani- penyuling-pengumpul di Kecamatan Samarang Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Rp Total Rp Persentase A. Biaya Tunai Biaya Tetap 1 Pajak Hektar 30.00 50 000 1 500 000 0.30 Sub Total Biaya Tunai Tetap 1 500 000 0.30 Biaya Variabel 2 Pupuk Kg 15 000.00 2 000 31 000 000 5.98 3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 2887.50 48 000 138 600 000 27.63 4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 3 150.00 50 000 157 500 000 31.40 Sub Total Biaya Tunai Variabel 317 100 000 65.01 Total Biaya Tunai 318 600 000 65.30 B. Biaya Diperhitungkan Biaya Tetap 1 Sewa Lahan Hektar 30.00 2 800 000 84 000 000 16.75 Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 84 000 000 16.75 Biaya Variabel 2 Bibit Akar Wangi Kg 60 000.00 1 500 90 000 000 17.94 3 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK - - - - 4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan - - - - Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 90 000 000 17.95 Total Biaya Diperhitungkan 174 000 000 34.70 Total Biaya Usahatani 401 600 000 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Tabel di atas menunjukkan total biaya tunai dan biaya diperhitungkan usahatani pada pelaku petani-peyuling-pengumpul per musim panen yaitu satu tahun dengan luas lahan sebesar 30 ha. Biaya tunai terdiri dari biaya pajak lahan, penyusutan alat, pupuk, upah tenaga kerja luar keluarga, dan upah panen dengan sistem borongan. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri dari biaya sewa lahan, bibit akar wangi, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan upah panen dengan sistem borongan. Setelah menghitung besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan selama melakukan usahatani akar wangi, tahap selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pendapatan yang diperoleh pada proses penyulingan. Selain biaya penggunaan bahan baku yang lebih rendah, perbedaan struktur biaya pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi dengan pelaku usaha sebelumnya, yaitu terletak pada biaya untuk mengumpul minyak akar wangi yang dibeli dari penyuling lain. Selama satu bulan, penyuling dapat mengumpul minyak akar wangi dari penyuling lain sebesar 50 kg, sehingga selama satu tahun periode penyulingan, penyuling dapat mengumpul minyak akar wangi sebanyak 400 kg. Sama seperti perhitungan pada pelaku usaha sebelumnya, pendapatan penyuling pada pelaku usaha ini dihitung menggunakan cash flow sesuai dengan umur ekonomis peralatan penyulingan yaitu selama 10 tahun. Komponen biaya penyulingan akar wangi menggunakan cash flow terdiri dari inflow dan outflow. Komponen inflow terdiri dari penerimaan hasil penjualan minyak akar wangi dengan mutu standar sebesar Rp 768 000 000 per tahun, hasil penjualan minyak akar wangi yang dikumpul sebesar Rp 320 000 000 per tahun dan nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33 yang dimasukkan pada akhir tahun periode usaha. Sehingga pada tahun ke-10 usaha penerimaan lebih besar daripada tahun sebelumnya menjadi Rp 1 091 333 333.33. Komponen outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya investasi yaitu biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor , bangunan dan bak pendingin. Komponen biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel tunai seperti pada Tabel 24 berikut. Tabel 24 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling-pengumpul akar wangi Biaya Operasional Satuan Jumlah Harga Satuan Rp Total Rp Persentase Biaya Tetap Tunai 1 Pajak lahan Hektar 1.00 50 000 50 000 0.01 Biaya Variabel Tunai 2 Biaya usahatani Hektar 30.00 10 920 000 327 600 000 32.12 3 Beli minyak akar wangi Kg 400.00 775 000 310 000 000 30.39 4 Bahan baku akar wangi Kg 45 000 1000 45 000 000 4.41 5 Listrik Minggu 240 20 000 480 000 0.47 6 Bahan bakar Drum 240 850 000 204 000 000 20.00 7 Pengepakan Jerigen 32 30 000 960 000 0.09 8 Transportasi Bulan 8 4 000 000 32 000 000 3.14 9 Tenaga Kerja Luar Keluarga a Pengangkut Borongan 360 100 000 36 000 000 3.53 b Penyuling Borongan 240 240 000 57 600 000 5.65 10 Biaya pemeliharaan Frekuensi 4 500 000 2 000 000 0.20 Total biaya tunai Tahun 1 019 960 000 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000 per tahun. Biaya variabel tunai terdiri dari biaya usahatani, biaya untuk membeli minyak akar wangi dari penyuling lain, biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi, biaya pemeliharaan mesin dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan baku yang keduanya dilakukan secara borongan. Berikut ini tabel biaya operasional usaha penyulingan akar wangi. Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PP. Analisis kelayakan finansial dihitung berdasarkan nilai manfaat bersih atau net benefit yang didiskonto dengan tingkat discount factor DF sebesar 11.75. Kemudian dilakukan perhitungan present value dari perkalian net benefit dan discount factor. Hasil penilaian berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 25.