Struktur Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Akar Wangi

positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan bersih yang diperoleh penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis usaha menjadi Rp 3 281 072.83 per tahun. Investasi pada usaha penyulingan akar wangi layak berdasarkan Internal Rate of Return IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor 11.75 yaitu sebesar 15 yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 15 per tahun. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari 1 yang berarti bahwa penggunaan investasi layak. Nilai Net BC sebesar 1.14 artinya penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 1.14 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 7.92 tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 7 tahun 11 bulan. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek daripada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.

6.2.3 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling Akar Wangi

Selain sebagai petani dan penyuling, ada pula pelaku usahatani yang menjalankan keduanya sekaligus atau disebut dengan petani-penyuling. Pada petani dan petani-penyuling terdapat kesamaan yaitu keduanya memiliki lahan akar wangi sendiri, tetapi perbedaannya yaitu pada petani akar wangi output yang diperoleh dari hasil panen dijual kepada penyuling atau pengumpul, sedangkan pada petani-penyuling output yang diperoleh dari hasil panen tidak dijual kepada penyuling atau pengumpul, melainkan diproses sendiri menjadi minyak akar wangi. Begitu juga pada penyuling dan petani-penyuling juga terdapat perbedaan, yaitu pada penyuling bahan baku akar wangi sepenuhnya diperoleh dari petani akar wangi lain, sedangkan pada petani-penyuling, bahan baku akar wangi yang digunakan dalam penyulingan sebagian diperoleh dari hasil panen sendiri dan sebagian lain diperoleh dari petani akar wangi lain. Pada penelitian ini, perhitungan pendapatan petani-penyuling akar wangi dihitung dalam dua tahap. Yaitu, pertama menghitung total biaya dan hasil panen yang diperoleh dari usahatani akar wangi. Pada tahap ini, komponen biaya usahatani pada pelaku petani-penyuling akar wangi sama dengan komponen biaya usahatani pada pelaku petani akar wangi. Penghitungan besarnya biaya usahatani dihitung selama periode satu tahun per hektar. Tabel 20 Struktur biaya usahatani akar wangi pada pelaku petani-penyuling di Kecamatan Samarang Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Satuan Rp Total Rp Persentase A. Biaya Tunai Biaya Tetap 1 Pajak RpHa 1.00 50 000 50 000 0.24 Sub Total Biaya Tunai Tetap 50 000 0.24 Biaya Variabel 2 Pupuk Kg 560.00 2 000 1 120 000 5.46 3 Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 77.38 48 000 3 714 000 18.09 4 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan 120.00 50 000 6 000 000 29.23 Sub Total Biaya Tunai Variabel 10 834 000 52.78 Total Biaya Tunai 10 884 000.00 53.02 B. Biaya Diperhitungkan Biaya Tetap 1 Sewa Lahan RpHa 1.00 2 800 000 2 800 000 13.64 2 Penyusutan alat 225 000 1.09 Sub Total Biaya Diperhitungkan Tetap 3 025 000 14.63 Biaya Variabel 3 Bibit Akar Wangi Kg 2 800.00 2 000 5 600 000 27.28 4 Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 21.25 48 000 1 020 000 4.97 5 Upah Panen dan Pengangkutan Borongan - - - - Sub Total Biaya Diperhitungkan Variabel 6 620 000 32.35 Total Biaya Diperhitungkan 9 420 000 46.98 Total Biaya Usahatani 20 529 000 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Pada tabel 20 dapat dilihat rata-rata total biaya tunai sebesar Rp 10 884 000 per hektar per musim panen yaitu satu tahun. Biaya tunai terdiri dari biaya pajak lahan, penyusutan alat, pupuk, upah tenaga kerja luar keluarga, dan upah panen dengan sistem borongan. Sedangkan rata-rata total biaya diperhitungkan sebesar Rp 9 420 000 per hektar per tahun. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya sewa lahan, bibit akar wangi, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan upah panen dengan sistem borongan. Setelah menghitung besarnya biaya rata-rata yang dikeluarkan selama melakukan usahatani akar wangi, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pendapatan yang diperoleh pada proses penyulingan. Perbedaan struktur biaya pada pelaku penyuling akar wangi dan pelaku usaha petani-penyuling akar wangi, yaitu terletak pada penggunaan bahan baku. Penggunaan bahan baku pada pelaku usaha petani-penyuling lebih sedikit dikarenakan sebagian bahan baku yang digunakan untuk menyuling menggunaakan akar wangi dari hasil panen lahan sendiri, sehingga mengurangi pengeluaran biaya untuk pembelian bahan baku akar wangi. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap pendapatan yang diperoleh penyuling dihitung selama periode satu tahun penyulingan. Pendapatan penyuling dihitung menggunakan cash flow sesuai dengan umur ekonomis peralatan penyulingan yaitu selama 10 tahun. Komponen biaya penyulingan akar wangi menggunakan cash flow terdiri dari inflow dan outflow. Komponen inflow terdiri dari penerimaan hasil penjualan minyak akar wangi dengan mutu standar sebesar Rp 672 000 000.00 per tahun dan nilai sisa sebesar Rp 3 333 333.33 yang dimasukkan pada akhir tahun periode usaha. Sehingga pada tahun ke-10 usaha penerimaan lebih besar daripada tahun sebelumnya menjadi Rp 675 333 333.33. Komponen outflow merupakan aliran keluar yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Komponen yang termasuk dalam biaya investasi yaitu biaya peralatan penyulingan dan bangunan yang terdiri dari ketel penyulingan, cooler, compressor , bangunan dan bak pendingin. Komponen biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel tunai. Biaya tetap tunai terdiri dari pajak lahan yang dikenakan sebesar Rp 50 000 per tahun. Biaya variabel tunai terdiri dari biaya bahan baku akar wangi, biaya listrik, biaya bahan bakar, biaya pengepakan, biaya transportasi dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya rata- rata yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku akar wangi merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan penyuling untuk satu tahun penyulingan. Dalam penyulingan, TKLK terdiri atas tenaga kerja penyulingan dan pengangkut bahan baku yang keduanya dilakukan secara borongan. Berikut ini tabel biaya operasional usaha penyulingan akar wangi. Tabel 21 Biaya operasional usaha penyulingan akar wangi pada pelaku usaha petani-penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang Biaya Operasional Satuan Jumlah Harga Satuan Rp Biaya Rp Persentase Biaya Tetap Tunai 1 Pajak lahan RpHa 1.00 50 000 50 000 0.01 Biaya Variabel Tunai 2 Biaya usahatani RpHa 10 884 000 1.76 3 Bahan baku akar wangi Kg 348 000 1000 348 000 000 56.14 4 Listrik Minggu 32.00 100 000 3 200 000 0.52 5 Bahan bakar Drum 240.00 750 000 180 000 000 29.04 6 Transportasi Bulan 8.00 300 000 2 400 000 0.39 7 Tenaga Kerja Luar Keluarga a Pengangkut Borongan 360 .00 100 000 36 000 000 5.81 b Penyuling Borongan 240.00 160 000 38 400 000 6.19 8 Biaya pemeliharaan Frekuensi 2 500 000 1 000 000 0.16 Total biaya tunai Tahun 619 934 000 100.00 Sumber: Data primer diolah 2014 Setelah diperoleh perhitungan pada arus penerimaan dan pengeluaran, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period PP. Analisis kelayakan finansial dihitung berdasarkan nilai manfaat bersih atau net benefit yang didiskonto dengan tingkat discount factor DF sebesar 11.75. Kemudian dilakukan perhitungan present value dari perkalian net benefit dan discount factor. Hasil penilaian berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Hasil analisis kelayakan usaha penyulingan pada pelaku usaha petani- penyuling akar wangi di Kecamatan Samarang Kriteria Investasi Nilai Net Present Value Rp 39 422 117.22 Internal Rate of Return 16 Net BenefitCost 1.17 Payback Period tahun 7.75 Sumber: Data primer diolah 2014 Berdasarkan hasil perhitungan usaha penyulingan ini layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai NPV yang positif atau lebih dari nol. Nilai NPV yang didapat merupakan pendapatan bersih yang diperoleh penyuling selama 10 tahun. Sehingga untuk mengetahui pendapatan penyuling selama 1 tahun, nilai NPV dibagi dengan umur ekonomis usaha menjadi Rp 3 942 211.72 per tahun. Berdasarkan Internal Rate of Return IRR, usaha penyulingan akar wangi pada pelaku ini juga layak untuk dijalankan karena hasil yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang dijadikan acuan tingkat discount factor 11.75 yaitu sebesar 16 yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut 16 per tahun. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari 1 yang berarti bahwa penggunaan investasi layak. Nilai Net BC sebesar 1.17 artinya penggunaan setiap Rp 1 untuk membiayai usaha tersebut akan menghasilkan Rp 1.17 selama umur usaha. Nilai yang dihasilkan Payback Period adalah 7.75 tahun yang artinya bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan sejumlah nilai investasi yang telah dikeluarkan adalah selama 7 tahun 9 bulan. Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek daripada jangka waktu umur usaha sehingga layak untuk dijalankan.

6.2.4 Struktur Biaya, Peneriman dan Pendapatan Petani-Penyuling- Pengumpul Minyak Akar Wangi