Ruang Lingkup Penelitian Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usaha Akar Wangi di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut

menghindari terjadinya kegagalan dalam mengolah bahan baku. Menurut Yuliani dan Satuhu 2012, alat penyulingan terbaik adalah yang terbuat dari kaca tahan panas pyrex dengan titik didih sangat tinggi mencapai suhu 1 000 o C. Dengan demikian, pada saat proses penyulingan alat tersebut tidak akan larut atau terkikis oleh minyak atsiri yang dihasilkan. Akan tetapi, harga dari kaca tahan panas tersebut sangat tinggi sehingga investasi untuk alat ini cukup besar. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada penyuling di Indonesia yang menggunakan alat suling terbuat dari kaca. Alat penyuling lain yaitu terbuat dari bahan besi antikarat stainless steel dengan ketebalan yang cukup untuk penyulingan. Dengan bahan antikarat, tidak akan terjadi reaksi dengan uap minyak atsiri selama proses penyulingan. Penggunaan bahan besi seperti drum bekas untuk penyulingan juga banyak dipakai oleh para penyuling, tetapi minyak yang dihasilkan berwarna coklat kekuningan akibat besi terlarut ke dalam minyak. Hal itu akan mengakibatkan kualitas minyak yang dihasilkan akan menurun. Rendemen merupakan perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan bahan tumbuhan yang diolah. Semakin baik mutu akar wangi yang disuling, maka semakin tinggi rendemen dan mutu minyak yang dihasilkan. Faktor- faktor yang mempengaruhi rendemen dan mutu minyak akar wangi yaitu jenis bibit, pemeliharaan dan terutama umur panen. Jenis bibit unggul menghasilkan rendemen yang lebih besar daripada jenis bibit akar wangi biasa. Tanaman akar wangi memerlukan pemeliharaan secara intensif yang meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pemamgkasan, dan pengendalian hama. Umur panen tanaman akar wangi berkisar 12-15 bulan, yang artinya jika akar wangi dipanen sebelum atau melebihi pada waktu tersebut, akan mempengaruhi rendemen dan mutu dari minyak akar wangi lebih rendah. Selain itu, mutu minyak akar wangi juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang digunakan. Suhu dan tekanan yang tinggi dapat menghemat bahan bakar, namun dapat juga mengakibatkan minyak gosong apabila tekanan terlalu tinggi.

2.3 Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup seorang petani, semakin besar pendapatan yang diperoleh petani maka semakin besar kemampuan petani untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usahanya. Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi suatu usahatani yang tersaji dalam laporan laba rugi. Tanpa pendapatan tidak ada laba dan tanpa laba maka tidak akan ada usaha yang berjalan. Hal seperti ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari hasil operasi suatu usaha. Menurut Rahim dan Hastuti 2007, pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan xx meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Sedangkan biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen petani,nelayan, dan peternak dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya usahatani dapat diklasifikan menjadi dua yaitu: 1. Biaya Tetap Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak tax. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan alat dan gaji karyawan. 2. Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap atau biaya variabelvariable cost merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas pertanian. Adapun rumus yang digunakan dalam Rahim dan Hastuti 2007: TC= FC + VC ………………...…………………………………………....1 Keterangan: TC= total biaya FC= biaya tetap VC= biaya tidak tetap