dan penggunaan tanah. Panen yang terlalu dini, justru dapat merusak kondisi tanaman dan kandungan minyaknya masih sedikit. Panen yang
terlambat dapat menyebabkan penurunan kadar senyawa-senyawa potensial, dapat mengakibatkan akar layu, sehingga bagian minyaknya hilang.
Berdasarkan pengalaman, saat panen terbaik ialah apabila tanaman akar wangi berumur antara 1.5-2 tahun, karena ketika itu kandungan minyak
pada akar dalam keadaan optimal.
2.2 Pengolahan Hasil Pertanian
Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula dijumpai petani
yang tidak melaksanakan pengolahan lahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadar bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting, karena
dapat meningkatkan nilai tambah Soekartawi 1993. Menurut Santoso 1993, penyulingan adalah salah satu cara pengolahan hasil panen untuk mendapatkan
minyak atsiri dengan cara mendidihkan bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga terdapat uap yang diperlukan. Atau, dengan cara mengalirkan uap
jenuh saturated or superheated dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Penyulingan ini bertujuan untuk memisahkan zat-zat bertitik didih
tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain, penyulingan adalah proses pemisahaan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih
cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari setiap komponen tersebut. Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan, yaitu sebagai berikut
Yuliani dan Satuhu 2012: 1.
Penyulingan dengan air water distillation Metode ini merupakan metode paling sederhana bila dibandingkan
dengan metode lainnya. Proses penyulingan dengan cara ini hampir sama dengan perebusan. Metode penyulingan dengan air mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu hanya cocok untuk bahan baku dalam jumlah sedikit dan tidak cocok untuk bahan baku yang larut dalam air. Untuk bahan baku
berbentuk bunga atau serbuk bahan kering yang terlalu halus akan membentuk gumpalan karena panas yang tinggi. Akibatnya waktu
penyulingan menjadi lebih lama serta rendemen dan kualitas minyak yang dihasilka menjadi rendah.
2. Penyulingan dengan uap steam distillation
Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian tanaman yang keras seperti kulit batang, kayu dan biji-bijian yang
keras seperti tanaman akar wangi. Pada metode ini, ketel suling dan tangki air sebagai sumber uap panas diletakkan secara terpisah. Uap yang
dihasilkan mempunyai tekanan lebih tinggi dari tekanan udara luar. Hal yang perlu diperhatikan untuk metode ini adalah tekanan pada boiler dan
ketel penyuling yang harus terus terkontrol. 3.
Penyulingan dengan uap dan air water and steam distillation Metode ini disebut dengan sistem kukus atau sistem uap tak langsung.
Menurut Santoso 1993, penyulingan minyak atsiri dengan cara ini sedikit lebih maju dan produksi minyaknya relatif lebih baik. Cara ini paling sering
dilakukan para petani atsiri, dan jika pengerjaannya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. Keuntungan
dari metode ini adalah adanya penetrasi uap yang terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan, suhu dapat dipertahankan sampai 100
o
C, harga alat lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar. Berikut
gambar peyulingan dengan metode penyulingan air dan uap.
Sumber: Santoso 1993
Gambar 3 Penyulingan dengan metode air dan uap Untuk mengolah bahan baku menjadi minyak atsiri, diperlukan
alat-alat pendukung yang harus memenuhi standar operasional untuk