Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Indikator Akses Pasar

5.8 Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Indikator Bencana

Sebagai salah satu wilayah langganan bencana, Kabupaten Sukabumi memiliki hampir seluruh potensi bencana. Bencana laut pasang, banjirbanjir bandang, kebakaran hutan, longsor, tanah amblas, kebakaran, dan lain sebagainya merupakan jenis bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Sukabumi. Frekuensi bencana yang terjadi setiap tahunnya sangat beragam, dari mulai diatas lima kali setahun, 2-5 kali setahun hingga dibawah dua kali setahun menjadi tolok ukur dari indikator bencana yang digunakan dalam kajian ini. Mayoritas desa di Kabupaten Sukabumi walaupun termasuk kedalam desa yang relatif berpotensi bencana, namun demikian frekuensinya masih tergolong tidak sering yaitu kurang dari dua kali setahun. Desa yang tergolong rendah frekuensi bencanya adalah sebanyak 305, 74 desa masuk kedalam kategori frekuensi bencana sedang dan hanya delapan desa yang memiliki frekuensi terjadi bencana sangat tinggi. Gambar 12. Peta Tingkat Kerawanan Bencana Desa-Desa di Kabupaten Sukabumi Sebaran wilayah bencana relatif lebih banyak di wilayah utara Sukabumi yang menjadi wilayah penyangga dua gunung besar yaitu Gede Pangrango dan Halimun Salak, dan beberapa wilayah selatan yang berada di pinggir laut serta hutankebun perhutani.

5.9 Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Berdasarkan Indikator Air

Minum Air minum meruapkan salah satu hal mendasar yang harus tersedia dalam kehidupan sehari-hari masyarakat perdesaaan. Namun ekspansi modal perusahaan botol minuman yang begitu luas dan besar telah menjangkau wilayah perdesaan termaksud di Kabupaten Sukabumi yang banyak menguasai sumber-sumber mata air penting maka air menjadi indikator utama untuk melihat perkembangan desa. Kelayakan minum sumber air di Kabupaten Sukabumi sangat baik dan merata di hampir seluruh wilayah, selain karena sumber polutan air yang masih sedikit, juga karena sumber-sumber air minum yang ada di Kabupaten Sukabumi banyak yang masih berupa mata air dan sumur, hanya sedikit saja masyarakat yang memanfaatkan air sungaidanau. Hanya terdapat 14 desa yang bermasalah dengan sumber air minum, semua desa ini berada di wilayah selatan yang memang setiap tahun sering mengalami kendala kekurangan air minum serta masyarakatnya masih banyak memanfaatkan air sungai sebagai sumber air minum utama. 359 desa memiliki sumber air minum yang sangat baik dan hanya ada 14 desa yang kondisi sumber air minumnya 25-50 persen layak konsumsi. Gambar 13. Peta Sumber Air Layak Minum tiap Desa di Kabupaten Sukabumi Secara ekologi, Kabupaten Sukabumi termasuk kedalam Kabupaten yang memiliki unsurfaktor ekologi yang sangat mendukung pada pembangunan dan perkembangan desa atau wilayahnya. Keberadaan dua gunung besar, dan hutan atau kebun campur yang merata di hampir seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi telah menjadikan wilayah Kabupaten Sukabumi sebagai daerah yang memiliki sumber air yang banyak dan layak minum. Banyaknya sumber air layak minum di Kabupaten Sukabumi bahkan telah menarik banyak industri air dalam kemasan ataupun industri olahan makanan yang berbasis air untuk berinvestasi di Kabupaten Sukabumi. 5.10 Indeks Perkembangan Desa di Kabupaten Sukabumi Pengukuran indeks perkembangan desa sudah sangat sering dilakukan oleh berbagai pihak yang memiliki kepentingan terhadap desa baik di daerah Badan Perencana Pembangunan Daerah dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa maupun pusat Kementrian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Kementrian Dalam Negeri, setiap pihak menggunakan indikator yang berbeda-beda tergantung kepada metode dan pendekatannya. Pengukuran indeks perkembangan desa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan delapan indikator yaitu: Infrastruktur Jalan, Sarana Pendidikan, Akses Pasar, Akses dan Sarana Kesehatan, Tingkat Pengangguran, Jumlah Keluarga PRA Sejahtera, Frekuensi Bencana dan Sumber Air Konsumsi. Delapan indikator ini dipilih berdasarkan tiga dimensi faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perkembangan suatu desawilayah, adapun tiga dimensi itu adalah: Dimensi Sosial, Dimensi Ekonomi dan Dimensi Ekologi. Berdasarkan hasil analisis komponen utama PCA atas delapan indikator perkembangan desa di Kabupaten Sukabumi berdasarkan data dasar dari Potensi Desa PODES tahun 2014, terdapat enam indikator utama yang sangat berpengaruh dalam menggambarkan perkembangan desa di Kabupaten Sukabumi, secara berturut-turut yaitu Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan, Jumlah Keluarga PRA Sejahtera, Infrastruktur Jalan, Akses Pasar dan Pengangguran. Enam indikator ini dapat menggambarkan perkembangan desa sebesar 90 persen dan menjadi komponen utama dalam menentukan berkembang tidaknya sebuah desawilayah. Terdapat 110 desa dari 386 desa dan kelurahan di Kabupaten Sukabumi yang masuk kedalam kategori desakelurahan berkembang dan sisanya 276 desa termasuk kategori desa tertinggal, berdasarkan delapan indikator yang digunakan untuk menganalisa perkembangannya. Jumlah ini berarti hanya 28,5 persen desakelurahan di Kabupaten Sukabumi yang berkembang, dan 61,5 persen desa lainnya berada dalam kondisi tertinggal. Hal ini menegaskan predikat Kabupaten tertinggal yang disandang Kabupaten Sukabumi sejak lama, walaupun pada tahun 2014 kementrian PDT melalui SK Mentri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal pernah memberikan sertifikat terentaskan, namun demikian keadaaan sebenarnya berdasarkan delapan indikator yang dianalisis masih menempatkan Kabupaten Sukabumi sebagai Kabupaten dengan jumlah desa tidak berkembang nya lebih dari 60 persen. Hasil analisis yang didapat dalam penelitian ini seakan menegaskan predikat tertinggal Kabupaten Sukabumi kembali melekat sesuai dengan pernyataan Mentri Desa pada peresmian kantor Asosiasi Pemerintah Desa