sebanyak 50-100kw dan dapat melayani sekitar 400 KK disekitar lokasi kasepuhan adat.
Untuk wilayah utara, beberapa air terjun juga dapat didorong untuk dijadikan sumber listrik alternatif yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat sekitar air terjun. Ketersediaan mata air yang melimpah akibat baiknya kondisi hutan di dua pegunungan di wilayah utara merupakan modal
besar bagi operasi PLTMH. Biaya pembuatan PLTMH yang tidak terlalu mahal serta efeknya pada upaya pelestarian alam merupakan hal positif yang dapat
menjadi pertimbangan fokus pembangunan sektor energi di Kabupaten Sukabumi. 6.5
Indikator Pengguna Kayu Bakar
Luas kebun campur dan lahan hutan baik milik masyarakat maupun perkebunan atau negara, secara langsung berakibat positif terhadap penyediaan
kayu bakar yang dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk dijadikan sumber bahan bakar rumah tangga. Kelangkaan gas elpiji tabung tiga kilogram yang
semakin sering terjadi dan bersifat menyeluruh, turut andil dalam fenomena kembalinya masayarakat di Kabupaten Sukabumi menggunakan kayu bakar.
Berdasarkan hasil pengolahan data PODES atas pengguna bahan bakar, terdapat 89 desa mandiri dengan jumlah rumahtangga penguna kayu bakar lebih dari 50
persen, 206 desa masih bergantung pada gas elpiji maupun minyak tanah karena hanya kurang dari 30 persen rumah tangga di desa tersebut yang masih
menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utamanya, dan 94 desa berada pada kondisi setengah mandiri karena memiliki jumlah rumah tangga pengguna bahan
bakar kayu sebanyak 30-50 persen.
Program penanaman hutan gundul atau lahan kritis yang dirintis pada saat menteri kehutanan periode lalu dengan program one billion trees satu milyar
pohon, khusus untuk daerah Kabupaten Sukabumi sangat membantu masyarakat untuk dapat kembali menggunakan kayu bakar. Rerata pohon yang ditanam pada
program penanaman satu milyar pohon sudah berumur tiga-empat tahun sehingga dapat dilakukan pemangkasan yang hasil dari pangkasannya dapat digunakan
sebagai kayu bakar. Selain itu, demam pohon jabon yang juga melanda Kabupaten Sukabumi dan banyaknya lahan HGU yang kembali ditanami pohom kayu juga
menyediakan kelimpahan kayu bakar bagi sebagian besar masyarakat desa di Kabupaten Sukabumi, walaupun untuk beberapa desa perkotaan, penggunaan
Liquid Petroleum Gas LPG masih menjadi favorit karena ketersediaan lahan umum serta kebun campur sebagai penyedia kayu bakan sangat terbatas.
Pilihan menggunakan LPG dan kayu bakar oleh rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari didasari oleh tidak adanya atau terbatasnya
ketersediaan bahan lain yang dapat digunakan. Tren kenaikan pengguna kayu bakar di Kabupaten Sukabumi memiliki peluang untuk semakin besar karena
selain adanya kelimpahan sumberdaya, kelangkaan LPG tabung tiga kilogram tabung melon serta semakin ketatnya pasokan tabung melon akibat pengetatan
subsidi yang dilakukan secara tersistematika dan menyeluruh di setiap kabupaten.
Gambar 18. Peta Rumah Tangga Pengguna Kayu Bakar di Kabupaten Sukabumi
Penggunaan kayu bakar yang dipadukan dengan perkembangan teknologi melalui pengembangan wood pellets yang dapat dijadikan alternatif bahan bakar
untuk masa depan. Kayu bakar yang diolah secara tepat akan menghasilkan sumber energi yang lebih ramah lingkungan serta bersifat terbarukan, hal ini
sekali lagi sangat sesuai dengan program SDGs yang sedang digalakkan oleh pemerintah. Pengembangan bahan bakar sebagai energi terbarukan dengan
penggunaan kembali kayu bakar menjadi sumber bahan bakar rumah tangga akan mendorong upaya penanaman kembali lahan kossng sebagai bahan baku utama
kayu bakar yang akhirnya dapat berfungsi ganda sebagai penyedia bahan bakar sekaligus juga penetral karbon.
Riset-riset yang dilakukan untuk mengolah kayu bakar menjadi wood pellets sudah banyak tersedia, bahkan secara bebas dapat diakses melalui jaringan
internet. Pengenalan kembali kayu bakar dalam varian baru sebagai bahan bakar utama untuk kebutuhan rumah tangga, dalam skala kecil sudah pernah dilakukan
oleh beberapa lembaga yang sangat peduli terhadap kelestarian lingkungan. Pada akhir tahun 2015, Fakultas Kehutanan Fahutan IPB melakukan pelatihan dan
riset aksi di Desa Cicantayan mengenai pembuatan wood pellets dan tatacara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari buletin Desa Cicantayan Volume
12016.
6.6 Indikator Pengguna PDAM
Ketersediaan air tanah dan mata air di Kabupaten Sukabumi tergolong pada kategori melimpah, kelimpahan yang dimiliki Kabupaten Sukabumi
merupakan sebuah anugrah dari keberadaan dua gunung berapi besar yaitu Gunung Gede-Pangrango dan Gunung Halimun-Salak. Keberadaan dua gunung
besar di Kabupaten Sukabumi yang juga dikelilingi hutan Taman Nasional memungkinkan terbentuknya mata air-mata air disekitaran lereng gunung dan
hutan. Selain itu, keberadaan hutan-hutan atau perkebunan pohon berkayu di wilayah perbukitan bagian selatan Sukabumi juga menjadi surga bagi
penampungan air dan munculnya mata air baru.
Beberapa kecamatan yang berada di wilayah selatan Sukabumi, merupakan wilayah dataran landai yang diselingi hamparan perkebunan atau
padang. Keberadaan pepohonan yang cukup sedikit, serta kondisi lahan yang berawa menjadikan daerah ini sebagai wilayah kering di Kabupaten Sukabumi
terutama ketika musim kemarau tiba. Kekeringan yang terjadi seringkali mengakibatkan lahan pertanian menjadi gagal panen dan mengakibatkan kerugian
besar bagi rumah tangga petani, namun demikian, ketersediaan air tanah untuk keperluan konsumsi tidak terlalu mengkhawatirkan karena masih mencukupi
kebutuhan pokok rumah tangga.
Mata air yang melimpah di wilayah utara terutama di sekitar wilayah gunung baik Gunung Gede-Pangrango maupun Gunung Halimun-Salak,
pengelolaannya dilakukan secara sistematis dan teratur. Pengelolaan air tersebut dilakukan oleh beragam pihak, masyarakat maupun swasta dengan supervisi dari
Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Jumlah rumah tangga pelanggan air PDAM di desa-desa yang berlokasi di perkotaan maupun desa pegunungan
jumlahnya bahkan ada yang melebihi dari 15 persen rumah tangga pengguna PDAM di setiap desanya. Rumah tangga pengguna PDAM yang melebihi 15
persen dari rumah tangga total terdapat di 43 desa, sedangkan pengguna rumah tangga PDAM antara 10-15 persen dari total rumah tangga desa adalah sebanyak
10 desa, dan rumah tangga pengguna PDAM dengan persentase kurang dari 10 persen rumah tangga pengguna PDAM nya tersebar di 333 desa.
Penggunaan jasa PDAM oleh beberapa desa terutama didaerah perkotaan dan dataran tinggi, adalah sebuah upaya pemenuhan kebutuhan air untuk
kepentingan rumah tangga. Daerah perkotaan di Kabupaten Sukabumi sudah tergolong pada permukiman padat sehingga kemungkinan untuk penggunaan air
tanah sebagai sumber utama air untuk keperluan sehari-hari menjadi hal yang sangat sulit terwujud. Keterbatasan lahan yang mengakibatkan lokasi pompa air
yang terlalu berdekatan dengan lokasi septic tank disinyalir menjadi alasan yang sangat kuat bagi masyarakat untuk mengakses jasa PDAM.
6.7
Indikator Ketersediaan Sumber Air
Sumber air kabupaten Sukabumi tersebar merata hampir diseluruh wilayah, terkecuali beberapa desa di wilayah selatan terutama Kecamatan
Jampangkulon, Cimanggu, Tegalbuleud, Simpenan dan Pabuaran. Lima kecamatan ini merupakan kecamatan dengan luas lahan Hak Guna Usaha HGU
perkebunan yang cukup luas. Penelantaran lahan HGU oleh para pemilik HGU mengakibatkan banyaknya lahan kritis karena lahan dibiarkan kosong dan hanya
ditumbuhi ilalang sehingga tidak bisa berfungsi sebagai penyimpan air tanah.
Selain itu, beberapa kecamatan juga merupakan wilayah pesisir pantai yang menjadi daerah pertambangan pasir besi, sehingga kualitas air dan sumber
air yang layak untuk dikonsumsi rumah tangga menjadi semakin sedikit. Operasi pertambangan dan perkebunan terlantar sejatinya bisa dikondisikan agar tidak
terlalu mengganggu pasokan air untuk kepentingan rumah tangga masyarakat sekitar, akan tetapi, ketatnya penjagaan dari para pemilik HGU terhadap
masyarakat yang ingin mengakses lahan HGU mengakibatkan semakin luas dan parahnya lahan HGU terlantar yang berada pada kondisi gersang serta kritis.
Terdapat 14 3,6 persen desa dengan kondisi sumber air yang tidak memadai kebutuhan rumah tangga di Kabupaten Sukabumi, 13 3,34 persen desa
kondisi sumber mata air nya berada pada kondisi sedang dan desa yang memiliki kelimpahan sumber mata air berjumlah 359 93,06 persen desa. Persentase desa
yang memiliki sumber air sangat melimpah menunjukkan nilai kemandirian air di Kabupaten Sukabumi sangat baik, kelimpahan yang menjadikan kemandirian ini
Gambar 19. Peta Desa-Desa Pengguna PDAM di Kabupaten Sukabumi
masih mungkin untuk didorong menjadi seratus persen jika saja lahan-lahan kritis yang dikuasai oleh para pemegang HGU dan ditelantarkan dapat dikelola untuk
segera ditanami atau kembali difungsikan menjadi perkebunan produktif terutama dengan komoditas kayu-kayuan.
Khusus untuk daerah pesisir yang banyak lahannya digunakan sebagai lahan pertambangan pasir besi, ketersediaan air memang menjadi permasalahan
yang sangat kompleks dan sulit untuk dikendalikan. Kombinasi lahan pesisir yang hanya berupa padang ilalang, serta lahan pesisir yang dijadikan tambang pasir besi
menjadikan pasokan air bersih bagi rumah tangga semakin berkurang. Kondisi ini memerlukan perhatian yang bersifat segera dari seluruh pihak terkait, karena
permasalahan air adalah sumber penghidupan utama serta seringkali menimbulkan pertentangan dan perselisihan yang berujung pada bentrokan.
Pada gambar 18, dapat kita lihat bagaimana sebaran desa yang mengalami kekurangan sumber air sangat tinggi. Sebaran itu terlihat berkumpul di wilayah
selatan Kabupaten Sukabumi dan hanya ada sedikit saja yang berada di wilayah utara Sukabumi. Desa-desa di selatan yang memiliki sumber air yang sedikit itu
terpusat di wilayah barat daya kabupaten Sukabumi mulai dari wilayah perbukitan hingga wilayah pesisir dan terus memanjang hingga hampir ke wilayah perbatasan
Sukabumi dengan Cianjur.
Gambar 20. Peta Sumber Air Desa-Desa di Kabupaten Sukabumi