Teori Kemandirian Desa Teori kemandirian

Tabel 2. Indikator Potensi Desa No. Potensi Desa Indikator 1 Sumberdaya alam a. Potensi umum meliputi batas dan luas wilayah, iklim, jenis dan kesuburan tanah, orbitasi, bentangan wilayah dan letak; b. Pertanian; c. Perkebunan; d. Kehutanan; e. Peternakan; f. Perikanan; g. Bahan galian; h. Sumber daya air; i. Kualitas lingkungan; j. Ruang publiktaman; dan k. Wisata. 2 Sumberdaya manusia a. Jumlah; b. Usia; c. Pendidikan; d. Mata pencaharian pokok; e. Agama dan aliran kepercayaan; f. Kewarganegaraan; g. Etnissuku bangsa; h. Cacat fisik dan mental; dan i. Tenaga kerja. 3 Sumberdaya kelembagaan a. Lembaga pemerintah desa dan kelurahan; b. Lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan; c. Lembaga sosial kemasyarakatan; d. Organisasi profesi; e. Partai politik; f. Lembaga perekonomian; g. Lembaga pendidikan; h. Lembaga adat; dan i. Lembaga keamanan dan ketertiban. 4 Sarana dan prasarana a. Transportasi; b. Informasi dan komunikasi; c. Prasarana air bersih dan sanitasi; d. Prasarana dan kondisi irigasi; e. Prasarana dan saana pemerintahan; f. Prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan; g. Prasarana peribadatan; h. Prasarana olah raga; i. Prasarana dan sarana olah raga; j. Prasarana dan sarana pendidikan; k. Prasarana dan sarana kesehatan; l. Prasarana dan sarana energi dan penerangan; dan m. Prasarana dan sarana hiburan dan wisata Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 12 Tahun 2007 Selain menggunakan data-data potensi desa di atas, untuk penyusunan profil desa dapat juga menggunakan Data Potensi Desa yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik BPS yang terbit secara reguler. Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan penilaian potensi desa dan kelurahan, yaitu keseluruhan sumber daya yang dimiliki atau digunakan oleh desa dan kelurahan baik sumber daya manusia, sumber daya alam, kelembagaan maupun sarana dan prasarana untuk mendukung percepatan kesejahteran masyarakat. Secara umum, penentuan potensi dan perkembangan desa dapat disajikan dalam bentuk tabel seperti dalam tabel 3. berikut ini: Tabel 3. Penentuan Potensi Umum dan Potensi Perkembangan Desa No. Klasifikasi Potensi Umum Kriteria No. Klasifikasi Potensi Perkembangan Kriteria 1 Tinggi 80 1 Sangat Potensial 80

2 Sedang

60-80 2 Potensial 70-80 3 Cukup Potensial 60-70 3 Rendah 60 4 Kurang Potensial 60 kriteria nilai skor tersebut adalah dari skor maksimal, dengan skala 1-100.Metode yang digunakan untuk menetukannya adalah metode skoring. 1. Proses Pengukuran Tingkat Perkembangan Desa Tingkat perkembangan desa dan kelurahan adalah status tertentu dari capaian hasil kegiatan pembangunan yang dapat mencerminkan tingkat kemajuan danatau keberhasilan masyarakat, pemerintahan desa dan kelurahan, serta pemerintahan daerah dalam melaksanakan pembangunan di desa dan kelurahan. Secara umum, untuk mengukur tingkat perkembangan desa dan kelurahan dapat mengikuti langkah-langkah berikut Muta’ali, 2014: a. Menentukan tujuan pengukuran, b. Menetapkan kriteria atau indikator, c. Menetapkan asumsi dari kriteria atau indikator, d. Pengumpulan data, e. Teknis analisis, f. Interpretasi dan penyajian hasil.

2.4.3 Indeks Kemandirian Desa

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar UUD 1945 dituliskan bahwa pembentukan pemerintahan ialah untuk menciptakan kesejahteraan umum. Selanjutnya, dalam UU No.6 Tahun 2014 tentang desa disebutkan tujuan pembangunan adalah mengejar kesejahteraan masyarakat desa dan tercakup dalam turunannya di Peraturan Pemerintah PP No.43 Tahun 2014 dan PP No.60 Tahun 2014. Metode pengukuran indikator terus mengalami perbaikan dikarenakan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan dari Production Center Oriented orientasi produksi ke People Center Oriented orientasi kesejahteran masyarakat. Konsekuensi logisnya adalah diperlukan indikator-indikator baru yang lebih akurat mengukur penigkatan kesejahteraan masyarakat. Konstruk kesejahteraan umum meliputi standard material atau ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat, kesehatan masyarakat, keamanan dan ketertiban, kedaulatan politik masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan, lembaga kemasyarakatan dan lingkungan. Dengan begitu Indeks kemandirian Desa IKD mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan umum. IKD disusun menurut model evaluasi, yang mana dimulai dari penyusunan visi dan misi pembangunan. Kegiatan pembangunan dapat ditunjukkan oleh masukan input, yang dikerjakan dalam suatu pelaksanaan kegiatan process, sehingga menciptakan hasil pembangunan. Masyarakat yang menggunakan hasil