satuan wilayah yang diempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Ciri utama kelurahan adalah kepala kelurahan lurah sebagai pegawai negeri yang tidak dipilih oleh
masyarakat setempat atau rakyat”.
2.2 Teori Perkembangan Desa 2.2.1 Konsep Wilayah
Terminologi wilayah region hingga kini belum ada kesepakatan diantara para pakar ekonomi, pembangunan, geografi maupun bidang lainnya Richardson,
1975; Alkadri 2002. Sebagian ahli mendefinisikan wilayah merujuk pada tipe- tipe, fungsi wilayah atau kawasan dan korelasi unsur-unsur fisik dan non fisik
dalam pembentukan suatu wilayah. Namun demikian, secara umum definisi wilayah dapat diartikan sebagai suatu unit geografis yang membentuk suatu
kesatuan, Pengertian unit geografis merujuk pada ruang spatial yang mengandung aspek fisik dan non fisik, seperti ekonomi, sosial, budaya, politik,
lingkungan, biologi dan pendidikan. Dalam konteks pembangunan, penerapan ilmu kewilayahan berpijak pada empat pilar, yaitu: 1 sumber daya alam, 2
lokasi, 3 ekonomi dan 4 sosial-budaya socio-culture.
2.2.2 Ketimpangan Pembangunan Wilayah
Secara teoritik, polemik pemilihan antara strategi pertumbuhan dan pemerataan relatif telah diselesaikan saat lahirnya The Second Fundamental
Theorm of Welfare Economics. Sementara itu The First Fundamental Theorm of Welfare Economics sendiri adalah konsep temuan Simon Kuznets 1966: kurva
U-terbalik yang menyatakan bahwa 8 bagi negara yang pendapatannya rendah bertumbuhnya perekonomian harus mengorbankan pemerataan trade off antara
pertumbuhan dan pemerataan. Hal ini telah memberi legitimasi dominasi peranan pemerintah untuk memusatkan pengalokasian sumberdaya pada sektor-sektor atau
wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pada pertumbuhan ekonomi.Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya net transfer sumberdaya
daerah ke kawasan pusat kekuasaan secara besar-besaran maupun melalui ekspor kepada negara-negara maju. Implikasi dari penekanan pertumbuhan ekonomi
adalah polarisasi spatial geografis alokasi sumberdaya capital investment antar wilayah melalui aglomerasi industri di tempat-tempat yang paling kompetitif
kawasan kota-kota besar.Program bantuan pembangunan daerah tidak mampu mengurangi ketimpangan yang terjadi.
2.3 Teori Kemandirian Desa Teori kemandirian
self-reliance
Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri no. 11 tahun 1972 tentang pelaksanaan klasifikasi dan tipologi desa di Indonesia, yang dimaksud dengan
kemandirian desa atau desa mandiri adalah desa yang memiliki kemandirian lebih tinggi dalam segala bidang terkait dengan aspek sosial dan ekonomi. Desa
swasembada mulai berkembang dan maju dangan petani yang tidak terikat dengan adat istiadat atau pola tradisional. Prasarana dan sarana yang lebih lengkap dengan
perekonomian lebih mengarah pada industri barang dan jasa. Sektor primer dan sekunder lebih berkembang. Ciri-ciri desa swasembada sebagai berikut:
1. Mata pencaharian penduduk sebagian besar di sektor jasa dan perdagangan
atau lebih dari 55 persen penduduk bekerja di sektor tersier. 2.
Produksi desa tinggi dengan penghasilan usaha di atas 100 juta rupiah setiap tahun.
3. Adat istiadat tidak mengikat lagi meskipun sebagian masyarakat masih
menggunakannya. 4.
Kelembagaan formal dan informal telah berjalan sesuai fungsinya dan telah ada 7-9 lembaga yang hidup.
5. Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat 60 persen telah
lulus SD, sekolah lanjutan bahkan ada beberapa yang telah lulus perguruan tinggi.
6. Fasilitas dan prasarana mulai lengkap dan baik
7.
Penduduk sudah memiliki inisiatif sendiri melalui swadaya dan gotong royong dalam pembangunan desa.
2.4 Teori IndeksIndikator Perkembangan 2.4.1 Indeks Perkembangan Desa
Hasil akhir proses pembangunan wilayah perdesaan dapat dinilai dengan cara menganalisis seberapa jauh desa mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Semakin tinggi dan cepat perkembangan desa, semakin dekat tujuan pembangunan tercapai. Di pihak lain tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
wilayah berhubungan erat dengan potensi yang dimiliki dan intervensi pembangunan yang dilakukan. Oleh karena itu, menilai perkembangan wilayah
desa sama halnya menlai potensi desa, semakin tinggi potensi desa maka semakin besar tingkat perkembangan wilayahnya.
Guna mengetahui dinamika perkembangan wilayah perdesaan, baik dalam pengertian desa maupun kelurahan, diperlukan basis data profil atau monografi
desa dan kelurahan yang selanjutnya dianalisis menjadi potensi desa. Berdasarkan potensi desa tersebut dapat dilakukan penyusunan tipologi desa atau kelurahan
dan kajian tentang peluang pengembangan potensi, dan langkah selanjutnya adalah melakukan pendalaman untuk menentukan tingkat perkembangan desa,
yang dapat digunakan sebagai evaluasi hasil-hasil pembangunan. 2.4.2 Potensi Desa atau Kelurahan
Profil desa dan kelurahan merupakan gambaran menyeluruh tentang karakter desa dan kelurahan yang meliputi data dasar keluarga, potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi. Profil desa atau
kelurahan dari berbagai potensi disajikan dalam tabel 2. berikut ini:
Tabel 2. Indikator Potensi Desa
No. Potensi Desa
Indikator 1
Sumberdaya alam a.
Potensi umum meliputi batas dan luas wilayah, iklim, jenis dan kesuburan tanah, orbitasi, bentangan wilayah
dan letak; b.
Pertanian; c.
Perkebunan; d.
Kehutanan; e.
Peternakan; f.
Perikanan; g.
Bahan galian; h.
Sumber daya air; i.
Kualitas lingkungan; j.
Ruang publiktaman; dan k.
Wisata.
2 Sumberdaya manusia
a. Jumlah;
b. Usia;
c. Pendidikan;
d. Mata pencaharian pokok;
e. Agama dan aliran kepercayaan;
f. Kewarganegaraan;
g. Etnissuku bangsa;
h. Cacat fisik dan mental; dan
i. Tenaga kerja.
3
Sumberdaya kelembagaan a.
Lembaga pemerintah desa dan kelurahan; b.
Lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan; c.
Lembaga sosial kemasyarakatan; d.
Organisasi profesi; e.
Partai politik; f.
Lembaga perekonomian; g.
Lembaga pendidikan; h.
Lembaga adat; dan i.
Lembaga keamanan dan ketertiban.
4 Sarana dan prasarana
a. Transportasi;
b. Informasi dan komunikasi;
c. Prasarana air bersih dan sanitasi;
d. Prasarana dan kondisi irigasi;
e. Prasarana dan saana pemerintahan;
f. Prasarana dan sarana lembaga kemasyarakatan;
g. Prasarana peribadatan;
h. Prasarana olah raga;
i. Prasarana dan sarana olah raga;
j. Prasarana dan sarana pendidikan;
k. Prasarana dan sarana kesehatan;
l. Prasarana dan sarana energi dan penerangan; dan
m. Prasarana dan sarana hiburan dan wisata
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor 12 Tahun 2007
Selain menggunakan data-data potensi desa di atas, untuk penyusunan profil desa dapat juga menggunakan Data Potensi Desa yang dikeluarkan oleh Biro
Pusat Statistik BPS yang terbit secara reguler. Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan penilaian potensi desa dan kelurahan, yaitu keseluruhan sumber daya
yang dimiliki atau digunakan oleh desa dan kelurahan baik sumber daya manusia, sumber daya alam, kelembagaan maupun sarana dan prasarana untuk mendukung
percepatan kesejahteran masyarakat. Secara umum, penentuan potensi dan