Penelitian Terdahulu Indeks Perkembangan Dan Kemandirian Desa Di Kabupaten Sukabumi: Tantangan Pembangunan Wilayah Perdesaan

Gambar 1. Kerangka Pikir 2.8 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir dan teori-teori serta acuan yang telah disebutkan, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa terdapat keragaman tipologi desa berdasarkan indeks kemandirian dan tingkat perkembangan desa dengan dugaan sebagai berikut: 1. Diduga ada desa yang mandiri dan berkembang Tipologi Satu jika memenuhi kriteria mendapatkan skor yang tinggi 80 persen baik dalam skoring kemandirian maupun perkembangannya. 2. Diduga ada desa yang mandiri tapi tidak berkembang Tipologi dua jika memenuhi kriteria sebagai desa yang mendapatkan skor 80 di bidang kemandirian dan mendapatkan skor 70 pada bidang perkembangan desa. 3. Diduga ada desa yang tidak mandiri tapi berkembang Tipologi tiga jika memenuhi kriteria mendapatkan skor rendah kurang dari 70 persen dalam kemandirian dan mendapatkan skor tinggi dalam perkembangan skor 80. 4. Diduga ada desa yang tidak mandiri dan tidak berkembang Tipologi empat yang dalam skoring indeks kemandirian dan perkembangannya memiliki nilai yang rendah skor 50. Perkembangan Desa 1. Berkembang 2.Tidak berkembang Kabupaten Kecamatan Desa Kemandirian Desa 1. Mandiri 2. Tidak mandiri Tipologi Desa Tipologi I + Mandiri +Berkembang Tipologi II - Tidak Mandiri + Berkembang Tipologi III - Tidak Mandiri - Tidak Berkembang Tipologi IV + Mandiri - Tidak Berkembang Level Makro Level Mikro INPUT Identifikasi wilayah studi Penentuan wilayah studi Tujuan dan sasaran Ruang lingkup wilayah studi Indeks Perkembangan Desa Kabupaten Sukabumi Satu desa keterwakilan tiap tipologi Ruang lingkup materi - Pangan - Energi - Air Indeks Kemandirian Desa - Sosial - Ekonomi - Ekologi Pengumpulan data Data sekunder Data primer literatur instansi kuesioner Hasil observasi dan foto Jurnal, Artikel, peta BAPPEDA BPS PODESSUSENAS Kelurahan monografi desaprofil desa OUTPUT Pengolahan data Analisis data Hasil dan Pembahasan CCCCCCCCCCCCCCCCC Kesimpulan dan Saran CCCCCCCCCCCCCCCCC PROCES S 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode Februari-Maret 2016 selama dua bulan penuh bertempat di Kabupaten Sukabumi untuk level makro dan empat desa sesuai tipologi yang sudah ditetapkan level mikro yang ditentukan secara sengaja purposive.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Studi ini menggunakan dua basis data yaitu data primer yang bersumber dari hasil wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang ditentukan terhadap responden dari unsur pemerintahan dan masyarakat, serta bersumber dari data sekunder yang dirilis oleh BPS,BappenasBappeda serta institusi-institusi lainnya. Berikut disajikan jenis, sumber dan teknik pengumpulan data untuk penelitian ini dalam tabel 4. Tabel 4. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Data Primer 1 Kondisi infrastruktur desa RespondenInforman Wawancara 2 Kondisi ekologi desa RespondenInforman Wawancara 3 Kondisi ekonomi RespondenInforman Wawancara 4 Kondisi demografi RespondenInforman Wawancara 5 Kondisi sosial desa RespondenInforman Wawancara Data Sekunder 1 Gambaran Umum Kabupatenkota BPS Studi data sekunder 2 Potensi Desa BPS Studi data sekunder 3 Monografi Desa DesaKelurahan Studi data sekunder 4 Publikasi statistik BPS Studi data sekunder

3.3 Metode Pengambilan Sampling

Penentuan sumber dataresponden dari pihak pemangku kepentingan desa dipilih secara sengaja dan ditentukan dalam pertimbangan tertentu purposive samplingbaik yang berasal dari struktur pemerintahan maupun masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang desa dan perencanaan pembangunan desa ditentukan sebanyak masing-masing lima responden baik masyarakat maupun pemerintah pada setiap tipologi desa, sehingga total responden yang diwawancarai adalah sebanyak 12 orang.

3.4 Metode Pengolahan Dan Analisis Data

Penggunaan data wilayah pada penelitian perkembangan dan kemandirian desa ini bersifat multi criteria, sehingga dibutuhkan sebuah proses penggabungan data yang asalnya bervariasi menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dimanipulasi serta dioperasikan secara matematik untuk mendapatkan indeks gabungan. Adapun beberapa operasi matematik yang digunakan dalam analisis ini adalah teknik skoring, teknik penskalaan, teknik perbandingan dengan nilai maksimal, teknik Z-core, dan teknik penyusunan indeks komposit perkembangan wilayah dan pembobotan . Selain itu juga dapat menggunakan instrumen statistik seperti analisis cluster, analisis deskriminan, maupun analisis faktor , yang pada akhirnya semua hasil operasi matematik yang dilakukan akan menampilkan pengelompokkan desa dan dapat diurutkan berdasarkan tingkat perkembangan serta indeks kemandiriannya. Interpretasi data hasil olahan menjadi bagian yang sangat signifikan karena akan menjadi penentu ketepatan analisa atas tingkat perkembangan dan kemandirian desa. Penginterpretasian data dilakukan melalui tiga cara, yaitu deskriptif, komparatif membandingkan antar desa dan antar kriteria, serta analisis keterkaitan dan penetapan faktor penentu perkembangan dan kemandirian desa yang berfungsi sebagai basis data dalam merumuskan strategi rekomendasi dengan bentuk penyajian berupa grafis, tabulasi maupun spasial dengan penyusunan peta sesuai tipologi.

3.5 Analisis Level Makro

Pengukuran tingkat perkembangan dan indeks kemandirian desa dalam kajian ini berdasarkan pada hasil publikasi BPS melalui Data Potensi desa tahun 2014 dengan i=386 populasi desa se Kabupaten Sukabumi. 3.5.1 Tingkat Perkembangan Desa Berdasarkan pada definisi Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, daerah tertinggal adalah sebuah daerah yang perkembangannya berada pada titik dibawah angka rataan perkembangan nasional.Setiap indikator memiliki skor antara satu sampai tiga dengan gambaran skor tinggi untuk tingkat perkembangan tinggi, dan skor rendah untuk perkembangan yang rendah pula. Dari setiap skor indikator tersebut dikelompokkan ke dalam variabel sehingga nantinya akan menghasilkan skor variabel. Hasil dari seluruh total skor variabel selanjutnya dirumuskan menjadi indeks komposit. Berikut indikator yang digunakan oleh BPS.Yang sudah diolah. Asumsi-asumsi yang digunakan: Berdasarkan indikator-indikator yang dipergunakan dalam studi ini, maka dapat diambil asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Dimensi Sosial dalam Indeks Perkembangan Desa memiliki tiga indikator yang dinilai, yaitu Jalan Desa, Fasilitas Pendidikan dan Fasilitas Kesehatan. Indikator ini dipilih berdasarkan pada tingginya pengaruh tiga indikator tersebut terhadap dimensi sosial yang akan dikaji, hal ini diperkuat dengan indikator perkembangan desa yang tercantum dalam Sustainabilty Development Goals SDGs 2. Dimensi Ekonomi menggunakan indikator Akses ke Pasar dan Jumlah Masyarakat diatas Pra Sejahtera karena dua indikator ini merupakan gambaran riil kondisi ekonomi masyarakat,terutama indikator jumlah masyarakat diatas pra sejahtera merupakan indikator utama menurut BPS yang menandakan naik-tidaknya perekonomian sebuah wilayah. 3. Dimensi Ekologi memasukkan indikator Persentase jumlah air yang layak konsumsi dan frekuensi bencana karena dua faktor tersebut merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur kualitas ekologi serta kerentanan kondisi perekonomian akibat kejadian tidak terduga. 4. Dimensi Pangan dalam Indeks kemadirian menyertakan indikator Konsumsi Pangan, Luas lahan pertanianluas wilayah, 5. Dimensi Energi menyertakan indikator 6. Dimensi Air menggunakan indikator Dalam tabel 5 dibawah ini dapat dilihat beberapa indikator dan klasifikasi dalam penentuan Indeks perkembangan desa di Kabupaten Sukabumi, yang telah diformulasi dan ditentukan berdasarkan beberapa dimensi perkembangan. Tabel 5. Indikator dan klasifikasi dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa No. Dimensi Indikator Satuan Relatif Klasifikasi Skoring 1 Sosial Jalan utama desa Kondisi Jalan Aspal, Diperkeras, dan Tanah Aspal 3 Diperkeras 2 Tanah 1 Fasilitas pendidikan Keberadaan Sekolah dari tingkat dasar hingga tingkat atas SD-SMA 3 SD-SMP 2 SD saja 1 Fasilitas kesehatan Keberadaan pelayanan kesehatan Poliklinik, PuskesmasPuskesmas Pembantu Poliklinik 3 Puskesmas 2 Puskesmas Pembantu 1 2 Ekonomi Akses ke pasar Ketersediaan sarana angkutan Mudah, Cukup mudah, Sulit Mudah 3 Cukup mudah 2 Sukar 1 Jumlah Pengangguran Persentase Penganguran terhadap Penduduk 9 3 9-15 2 15 1 Jumlah Masyarakat diatas Pra Sejahtera Persentase KK Pra KS terhadap jumlah KK 15 3 15-30 2 30 1 3 Ekologi Persentase sumber air yang layak konsumsi Persentase sumber air layak minum 70 3 30-70 2 40 1 Frekuensi BencanaTahun Frekuensi bencana tahunan 2x setahun 3 2-5 x setahun 2 5 x setahun 1 Sumber: skoring yang dilakukan BPS dan diolah Muta’ali, 2014 Asumsi-asumsi yang digunakan: Dimensi Sosial: pada dimensi ini asumsi yang dipakai untuk menentukan klasifikasi dan scoring didasarkan pada batasanukuran yang dikeluarkan oleh BPS Kabupaten Sukabumi tahun 2015 data tahun 2014. Dimensi Ekonomi: asumsi yang dipakai untuk menentukan klasifikasi angka dasar pengangguran, dan Persentase KK pra KS berdasarkan pada jumlah pengangguran terbuka di ka bupaten Sukabumi dan jumlah KK pra KS di Kabupaten Sukabumi per tahun 2014 Sukabumi dalam angka 2015 Dimensi Ekologi: Asumsi yang digunakan dalam pengklasifikasian dan scoring pada dimensi ini menggunakan patiokan pada data sumber mata air dan data bencana yang terangkum dalam Sukabumi dalam angka 2015.

3.5.3 Indeks Kemandirian Desa

Kemandirian yang dimaksudkan dalam kajian ini merupakan bentuk kemampuan desa dalam menghasilkanmemproduksi sumberdaya yang terdiri dari pangan, energi, dan air. Setiap kategori dibagi menjadi tiga tingkatan skor 1-3 sehingga masing-masing desa berpeluang mengantongi jumlah skor yang sama. Berikut disajikan dalam tabel enam, variabel dan indikator indeks kemandirian