Indeks Kemandirian Desa Analisis Level Makro
Asumsi yang digunakan: Dimensi Pangan: pada dimensi ini, asumsi yang dipakai adalah kondisi desa di
Kabupaten Sukabumi yang sesuai data Bappeda rata-rata memiliki lahan pertanian seluas 20 persen dari total luas desanya sehingga angka 20 persen menjadi angka
dasarnya, kemudian pada indikator jumlah KK yang bekerja di Pertanian, jumlah produksi disbanding jumlah penduduk serta penerima RastraRaskin juga
menggunakan angka dasar yang diolah dari data BPSBappeda.
Dimensi Energi: asumsi yang digunakan dalam dimensi ini yang terdiri dari indikator pengguna kayu bakar, Listrik Non PLN dan Minyak didasarkan pada
angka dasar dalam Sukabumi dalam angka 2015 yang diolah.
Dimensi Air: pada dimensi ini asumsi yang digunkan untuk menentukan angka dasar masing-masing indikatornya menggunakan data BPS dengan pengolah yang
dianggap diperlukan.
Skoring
Indeks tertimbang skoring operasinya dilakukan dengan cara memberi masing-masing indikator nilai skor, sehingga masing-masing indikator yang
memiliki satuan yang berbeda menjadi satuan yang sama. Dalam tabel tujuh, dapat dilihat bahwa pemberian skor pada setiap indikator dilakukan dengan secara
relatif berdasar pada sebaran data yang ada, dari nilai terendah sampai nilai tertinggi atau dengan memakai kriteria nilai rata-rata r dan standart deviasi sd.
Tabel 7. Contoh Perhitungan Skor dalam Teknik Skoring
Skor 3= r+12 sd
Skor 2=
r+12 sd- r-12 sd
Skor 1=
r-12 sd Sumber: M
uta’ali, 2014
Jumlah rentang skor menyesuaikan dengan tujuan penelitian.Prinsip dalam pemberian skor mendasarkan pada analisa logis dan pertimbangan tertentu.
Selanjutnya indikator-indikator yang telah memiliki satuan sama dijumlahkan sehingga diperoleh indeks yang dapat diklasifikasikan menjadi perkembangan
tinggi dan rendah atau kalisifikasi lain sesuai dengan tujuan. Merujuk pada tabel delapan, dapat kita lihat bahwa indeks yang rendah cenderung mengarah pada
daerah tertinggal atau bergantung.
Tabel 8.Perhitungan Teknik Skoring
ObjekUnit Analisis Indikator
Hasil standarisasi Indeks
Kelas
1 2
... n
1 2
... n
Desa-1 X1
X2 x...
Xn Tinggi
Desa-2 X1
X2 x...
Xn Tinggi
.... X1
X2 x...
Xn Rendah
Desa-n X1
X2 x...
Xn Sedang
Maksimal Minimal
Interval
Sumber: M
uta’ali, 2014
3.6 Indeks Komposit
Indeks komposit adalah menghitung indeks gabungan yang berupa nilai indikator-indikator yang telah terstandarisasi memiliki satuan yang sama.
Asumsi penyusunan indeks komposit tersebut menganggap bahwa masing-masing indikator memiliki bobot yang sama, padahal dalam kenyataannya terdapat
beberapa indikator yang memiliki bobot tinggi sebagai penyumbang besar dalam penyusunan indeks tersebut. Oleh karena itu, diperlukan penetapan pembobotan
masing-masing indikator.Penetapan bobot masing-masing indikator dapat ditentukan dengan metode statistik seperti analisis faktor. Formula yang
digunakan adalah:
Keterangan: = indikator-indikator
= bobot atau koefisien indikator
Tabel 9. Penghitungan indeks komposit pembobotan
Objekunit analisis Hasil standarisasi
Hasil pembobotan skoring
terbobot Kelas
Skoring X1
X2 ...
Xn X1
X2 ...
Xn
Bobot Desa 1
X1 X2
x... Xn
Tinggi
Desa 2 X1
X2 x...
Xn Rendah
.... X1
X2 x...
Xn ...
Desa ke-n X1
X2 x...
Xn Tinggi
Sumber: Muta’ali, 2014
Keterangan: asumsi semakin tinggi nilai indikator, semakin tinggi potensi wilayah.
Kelas menunjukkan
nilai rendah
= wilayah
tertinggalbergantung.
3.7 Principal Component AnalisisPCA
Semua variabel-variabel dasar baik karakteristik ekonomi maupun social yang digunakan dalam menganalisis tipologi wilayah didasarkan pada
karakteristik khas yang dimilikinya. Dalam proses analisis dilakukan seleksi variabel berdasarkan pertimbangan kelengkapan data dan kemampuan variabel
tersebut dalam menjelaskan keragaman karakteristik wilayah. Seleksi variabel atau peubah dilakukan melalui teknik analisis komponen utama Principal
Component AnalysisPCA.Melalui analisis ini dapat dikelompokkan peubah- peubah penting untuk menduga fenomena, sekaligus memahami struktur dan
melihat hubungan antar variabel di wilayah studi. Alat bantu yang digunakan berupa perangkat lunak statistik seperti Microssoft Excell 2016, SPSS 16 atau
Stata 12.
3.8 Tipologi desa
Tipologi desa terdiri dari koordinat indeks perkembangan desa sumbu y dan indeks kemandirian desa sumbu x. Masing-masing kuadran merupakan
kombinasi dari indeks perkembangan dan indeks kemandirian desa serta
mempunyai nilai yang berbeda. Masing-masing kuadran memberikan tipologi yang berbeda.Karakteristik dari keempat kuadran tersebut sebagai berikut.
Tipologi I : Pada kuadran ini berisi desa-desa yang indeks kemandiriannya
berada pada kategori mandiri dan indeks perkembangan desa berada dikategori desa berkembang {+,+}.
Tipologi II : Pada kuadran ini berisi desa-desa yang indeks kemandiriannya berada pada kategori bergantung dan indeks perkembangan desa
berada dikategori desa berkembang {-,+}. Tipologi III : Pada kuadran ini berisi desa-desa yang indeks kemandiriannya
berada pada kategori bergantung dan indeks perkembangan desa berada dikategori desa tertinggal {-,-}.
Tipologi IV : Pada kuadran ini berisi desa-desa yang indeks kemandiriannya berada pada kategori mandiri dan indeks perkembangan desa berada
dikategori desa tertinggal {+,-}.
Keterangan: Indeks Perkembangan Desa
Indeks Kemandirian Desa Gambar 3. Diagram tipologi desa berdasarkan indeks perkembangan dan
kemandirian desa