Indikator Keluarga Pertanian Indeks Perkembangan Dan Kemandirian Desa Di Kabupaten Sukabumi: Tantangan Pembangunan Wilayah Perdesaan

antara 0,3-1 Ha yang masih berkutat pada pemenuhan kebutuhan sendiri pizen society merupakan kondisi yang perlu untuk segera dilakukan pembenahan. Peningkatan efisiensi dan produktifitas petani mutlak dilakukan agar mendorong pada peningkatan pendapatan petani, yang akhirnya dapat menjaga proporsi jumlah kelaurga pertanian untuk tidak bergeser dan berganti aktifitas. Sukabumi utara dapat terus mengembangkan pertanian yang berbasis hortikultura, dengan sayuran semusim yang secara kelayakan tumbuh sangat ideal untuk dibudidayakan. Budidaya tanaman sayuran semusim di utara sukabumi dapat diajdikan basis produksi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 2,5 juta warga Kabupaten Sukabumi serta menjadi salah satu pemasok bagi Bogor dan Jakarta seperti yang sudah terjadi saat ini. Fokus wilayah utara sebagai basis produksi sayuran dan tanaman hortikultura akan semakin meningkatkan angka efisiensi produksi dan meningkatkan pendapatan petani secara langsung sehingga upaya menjaga proporsi keluarga petani akan tetap tejaga. Tanaman palawija, padi, dan tanaman perkebunan merupakan sebuah strategi yang dapat dilakukan di wilayah selatan Sukabumi, selain dari kegiatan ekowisata. Kegiatan pertanian yang khusus pada budidaya padi, palawija dan hasil perkebunan didasari oleh kondisi wilayah selatan yang merupakan dataran sedang hingga pesisir yang memang sangat cocok untuk produksi komoditas padi, palawija dan perkebunan. Hasil produksi pertanian wilayah selatan, selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri, dapat juga diodrong menjadi salah satu sektor penunjang ekowisata yang memang menjadi andalan wilayah selatan Sukabumi. Pembagian fokus pengembangan komoditas pertanian antara utara dan selatan, diharapkan dapat semakin meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga pertanian di Kabupaten Sukabumi. peningkatan kesejahteraan dan pendapatan secara langsung diharapkan dapat menjaga proporsi keluarga pertanian yang selalu stabil dan tidak semakin berkurang setiap tahunnya.

6.4 Indikator Pengguna PLN

Keluargarumah tangga pengguna layanan listrik dari Perusahaan Listrik Negara PLN di Kabupaten Sukabumi khususnya sangat dominan, jumlah desa dengan persentase rumah tangga non pengguna PLN 15 persen total rumah tangganya berjumlah sebanyak 382 desa 98,96 persen dan hanya ada satu desa dengan jumlah rumah tangga non pengguna PLN 30persen yaitu Desa Sirnaresmi kecamatan Cisolok, sedangkan sisanya, tiga desa yaitu Desa Tenjolaut Kecamatan Cidadap, desa Ciambar Kecamatan Ciambar, dan Desa Sirnarasa Kecamatan Cikakak memiliki rumah tangga non pengguna PLN antara 15-30 persen. Tingginya rumah tangga non pengguna PLN di desa Sirnaresmi yang jumlahnya diatas 30persen dari total rumah tangga dikarenakan desa Sirnaresmi merupakan desa adat yang menjadi tempat berdomisili masyarakat adat kasepuhan Banten Selatan Abah Anom yang masih secara kuat memegang teguh prinsip tradisionalitas dalam segenap sendi kehidupan bermasyarakatnya, serta memiliki satuan pembangkit listrik tenaga mikro hidro yang dapat memasok kebutuhan listrik bagi hampir seluruh masyarakat adat. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hampir seluruh rumah tangga di seluruh desa memakai jasa PLN dalam penggunaan listrik untuk rumahtangganya, hal ini menandakan bahwa tingkat ketergantungan rumah tangga terhadap pasokan listrik PLN sangat besar. Upaya-upaya pembuatan sumber listrik baru oleh masyarakat menjadi sangat penting untuk dilakukan mengingat banyak sekali potensi sumber listrik yang dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga di Kabupaten Sukabumi seperti: air terjun untuk mikrohidro, angin, kotoran sapibiogas khusus dibeberapa wilayah basis ternak sapi potong. Penggalian potensi listrik di Kabupaten Sukabumi harus terus dilakukan, mengingat secara ekologis Sukabumi merupakan wilayah yang sangat potensial menyimpan potensi energi alternatif. Hamparan gunung api dan pesisir laut yang panjang, sebaran jumlah air terjun yang lebih dari 20 lokasi merupakan beberapa potensi energi yang dapat digali. Kecepatan angin rata-rata di wilayah pesisir selatan Sukabumi mencapai lima meter per detik 5ms yang artinya sudah cukup untuk dapat menggerakkan kincir turbin listrik tenaga angin dengan potensi arus sebesar 10-100kw. Upaya penyediaan listrik secara mandiri sudah pernah dilakukan oleh beberapa wilayah di Kabupaten Sukabumi, misalnya di daerah kasepuhan adat Banten selatan, Ciptagelar pada yahun 2012 telah diresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga mikro hidro PLTMH oleh Menteri BUMN saat itu Dahlan Iskan. PLTMH yang diresmikan pada tahun 2012 teresebut dapat menghasilkan tenaga Gambar 17. Peta Rumah Tangga Pengguna Non PLN di Kabupaten Sukabumi sebanyak 50-100kw dan dapat melayani sekitar 400 KK disekitar lokasi kasepuhan adat. Untuk wilayah utara, beberapa air terjun juga dapat didorong untuk dijadikan sumber listrik alternatif yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar air terjun. Ketersediaan mata air yang melimpah akibat baiknya kondisi hutan di dua pegunungan di wilayah utara merupakan modal besar bagi operasi PLTMH. Biaya pembuatan PLTMH yang tidak terlalu mahal serta efeknya pada upaya pelestarian alam merupakan hal positif yang dapat menjadi pertimbangan fokus pembangunan sektor energi di Kabupaten Sukabumi. 6.5 Indikator Pengguna Kayu Bakar Luas kebun campur dan lahan hutan baik milik masyarakat maupun perkebunan atau negara, secara langsung berakibat positif terhadap penyediaan kayu bakar yang dapat dimanfaatkan oleh rumah tangga untuk dijadikan sumber bahan bakar rumah tangga. Kelangkaan gas elpiji tabung tiga kilogram yang semakin sering terjadi dan bersifat menyeluruh, turut andil dalam fenomena kembalinya masayarakat di Kabupaten Sukabumi menggunakan kayu bakar. Berdasarkan hasil pengolahan data PODES atas pengguna bahan bakar, terdapat 89 desa mandiri dengan jumlah rumahtangga penguna kayu bakar lebih dari 50 persen, 206 desa masih bergantung pada gas elpiji maupun minyak tanah karena hanya kurang dari 30 persen rumah tangga di desa tersebut yang masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utamanya, dan 94 desa berada pada kondisi setengah mandiri karena memiliki jumlah rumah tangga pengguna bahan bakar kayu sebanyak 30-50 persen. Program penanaman hutan gundul atau lahan kritis yang dirintis pada saat menteri kehutanan periode lalu dengan program one billion trees satu milyar pohon, khusus untuk daerah Kabupaten Sukabumi sangat membantu masyarakat untuk dapat kembali menggunakan kayu bakar. Rerata pohon yang ditanam pada program penanaman satu milyar pohon sudah berumur tiga-empat tahun sehingga dapat dilakukan pemangkasan yang hasil dari pangkasannya dapat digunakan sebagai kayu bakar. Selain itu, demam pohon jabon yang juga melanda Kabupaten Sukabumi dan banyaknya lahan HGU yang kembali ditanami pohom kayu juga menyediakan kelimpahan kayu bakar bagi sebagian besar masyarakat desa di Kabupaten Sukabumi, walaupun untuk beberapa desa perkotaan, penggunaan Liquid Petroleum Gas LPG masih menjadi favorit karena ketersediaan lahan umum serta kebun campur sebagai penyedia kayu bakan sangat terbatas. Pilihan menggunakan LPG dan kayu bakar oleh rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari didasari oleh tidak adanya atau terbatasnya ketersediaan bahan lain yang dapat digunakan. Tren kenaikan pengguna kayu bakar di Kabupaten Sukabumi memiliki peluang untuk semakin besar karena selain adanya kelimpahan sumberdaya, kelangkaan LPG tabung tiga kilogram tabung melon serta semakin ketatnya pasokan tabung melon akibat pengetatan subsidi yang dilakukan secara tersistematika dan menyeluruh di setiap kabupaten.