Kondisi Transportasi Kabupaten Sukabumi Penggunaan Lahan Pertanian di Kabupaten Sukabumi
Tabel 17 Statistik Bencana di Kabupaten Sukabumi tahun 2015 Jenis Bencana
Jumlah kasus Kebakaran
39 Longsor
113 Banjir
14 Angin Kencang
67 Gempa Bumi
2 Pergerakan Tanah
3 Tenggelam
6 Lain-lain
2 Sumber: BPBD Kabupaten Sukabumi 2015
Kejadian bencana 2015 diKabupaten Sukabumi tercatat menimpa kepada
356 Kepala Keluarga 879 jiwa, dengan korban meninggal sebanyak lima orang, 98 Kepala Keluarga mengungsi, 102 rumah rusak berat, dan 163 rumah terancam.
Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana yang terjadi ini tidak hanya bersifat korban jiwa, material, tapi juga merugikan secara mental karena telah
menimbulkan pengalaman traumatik bagi beberapa keluarga.
5 INDEKS PERKEMBANGAN DESA DI KABUPATEN SUKABUMI 5.1 Pendahuluan Tentang Indeks Perkembangan Desa
Proses analisis komponen utama principal component analysis pada desa- desa di wilayah Kabupaten Sukabumi didasarkan pada data Potensi Desa tahun
2014 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS, dan Sukabumi Dalam Angka 2015. Variabel indikator yang digunakan adalah sebanyak delapan
indikator yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis, ketersediaan dan kelengkapan data serta kemampuan indikator dalam menjelaskan karakterisik
perkembangan wilayahdesa.
Analisis perkembangan desa didasarkan atas karakteristik desa-desa di Kabupaten Sukabumi sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh desa tersebut.
Hasil analisis sumberdaya yang dimiliki tersebut kemudian dikelompokkan dibagi dalam kategori desa berkembang dan desa tidak berkembang
Tolok ukur kemajuan sebuah wilayah secara matematis diukur berdasarkan data kuantitatif potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut, adapun
indicator yang digunakan dalam analisis perkembangan desa ini adalah sebanyak delapan indikator, yaitu Kondisi Jalan, Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan,
Pengangguran, Kemiskinan, Akses Pasar, Jenis sumber air yang dipakai, dan Bencana. Pengelompokkan desa berkembang dan tidak berkembang sebenarnya
cukup dilakukan dengan menggunakan lima faktor saja, yaitu faktor Jalan, Sarana Pendidikan, Sarana Kesehatan, Pengangguran dan Kemiskinan karena kelima
faktor ini telah dapat menerangkan 90,3 persen dari variasi total. Hal ini menunjukkan bahwa ada lima indikator utama yang dapat menerangkan
berkembang tidak nya sebuah desa di Kabupaten Sukabumi.
Desa berkembang yang tersebar di 47 kecamatan se Kabupaten Sukabumi jumlahnya sangat bervariasi setiap kecamatannya, hanya ada satu kecamatan yang
seluruh desanya masuk dalam kategori tidak berkembang, yaitu kecamatan Cidadap yang berlokasi di bagian selatan Kabupaten Sukabumi. Namun demikian,
kecamatan yang memiliki persentase desa berkembang paling banyak juga ternyata berada di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi yaitu kecamatan Ciracap
75 persen menepis anggapan banyak kalangan yang sering menyebut bahwa daerah selatan Sukabumi merupakan daerah tertinggal sehingga sering dijadikan
alasan pemekaran Kabupaten Sukabumi oleh beberapa pihak. Tercatat ada empat kecamatan bagian selatan Sukabumi yang memiliki desa berkembang lebih dari
sama dengan 50 persen dan hanya tiga kecamatan bagian utara Sukabumi yang
desa berkembangnya ≥50 persen. Kecamatan yang memiliki jumlah desa berkembang terbanyak adalah kecamtan Cicurug dan kecamatan Pelabuhanratu
yaitu tujuh desa setiap kecamatannya, dan kecamatan yang paling banyak menyumbang desa tidak berkembang adalah kecamatan Cikidang denga 11 Desa
dari total 12 desa yang ada di kecamatan Cikidang.
Jumlah desa tidak berkembang secara angka memang lebih banyak di wilayah selatan Sukabumi, akan tetapi jumlah desa berkembang juga paling
banyak berada di wilayah selatan. Wilayah utara memiliki 48 desa berkembang dibandingkan 62 desa yang berkembang di wilayah selatan. Jika meniliki pada
jumlah total desa di wilayah selatan yang berjumlah 207 desa, maka proporsi jumlah desa berkembang di wilayah selatan lebih besar dibandingkan dengan
wilayah utara yang hanya memilki 48 desa berkembang dari total populasi desa wilayah utara yang berjumlah 179 desa.
Tabel 18. Jumlah Desa Berkembang dan Tidak Berkembang Tiap Wilayah Berkembang desa
Tidak Berkembang desa Utara
48 131
Selatan 62
145 Menilik pada data persentase desa berkembang dan tidak berkembang se-
Kabupaten Sukabumi dibagi total jumlah desa di Kabupaten Sukabumi guna melihat seberapa besar peta ketimpangan perkembangan desa tiap kecamatan se-
Kabupaten Sukabumi. Kecamatan yang memiliki persentase desa berkembang paling banyak adalah kecamatan Cicurug dan Pelabuhanratu yaitu 6,48 persen,
dan kecamtan yang memiliki persentase desa berkembang terendah adalah kecamatan Cidadap yang seluruh desanya masuk kategori tidak berkembang 100
persen tidak berkembang. Sedangkan kecamatan yang memiliki persentase desa tidak berkembang terbesar adalah Kecamatan Cidadap 100 persen.
Secara kewilayahan, wilayah selatan memiliki persentase desa berkembang lebih banyak dibandingkan wilayah utara. Persentase ini dihitung berdasarkan
jumlah desa berkebang dibagi dengan populasi desa pada tiap wilayah, pada tabel berikut disajikan persentase desa berkembang pada masing-masing wilayah.
Tabel 19. Persentase Desa Berkembang dan Tidak Berkembang Dibandingkan dengan Jumlah Desa pada masing-masing wilayah.
Berkembang Populasi Desa
Tiap Wilayah Tidak Berkembang
Utara 48 Desa 26,8
179 131 Desa 73,2
Selatan 62 Desa 29,99
207 145 Desa 29,99
Kultur masyarakat wilayah selatan Sukabumi secara sosiologis memang berbeda dengan masyarakat wilayah utara, masyarakat selatan Sukabumi
merupakan masyarakat dataran rendah dan pesisir, sedangkan masyarakat utara Sukabumi adalah masyarakat dataran menengah sampai tinggi pegunungan.
Perbedaan kultur pada masyarakat wilayah utara dan selatan memberikan warna yang berbeda terhadap perilaku masyarakat dalam menyikapi pembangunan.
Masyarakat wilayah utara sangat terbiasa dengan pola intervensi pembangunan yang mengandalkan pada industrialisasi dan eksplotasi, berbeda
dengan masyarakat selatan yang masih benar-benar mengandalkan potensi lokal daerahnya dalam pembangunan. Indusrialisasi di wilayah utara telah mendorong
terbentuknya kelompok masyarakat pekerja buruh yang sangat bergantung pada kapital investasi. Sedangkan terbatasnya industri di wilayah selatan telah
menciptakan kondisi yang akhirnya menguatkan kelembagaan lokal serta partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan.
Budaya gotong royong yang dipenuhi dengan keguyuban dan rasa kekeluargaan yang tinggi, masih menjadi penciri kehidupan bermasyarakat di
wilayah selatan. Hal ini sangat berbeda dengan wilayah utara yang sudah lebih individualis dan berorientasi kapital. Hampir setiap kegiatan kemasyarakatan di
wilayah utara memerlukan stimulan yang berbentuk nominal, berbeda dengan di wilayah selatan yang masih mengedepankan sisi kekerabatan yang erat.