Tercatat ada 11 desa yang memiliki sarana kesehatan yang sangat primabaik karena selain memiliki puskesmas rawat inap, 11 desa ini juga menjadi
tempat berdomisilinya Rumah Sakit, dan ada 46 desa yang sarana kesehatannya cukup, karena menjadi tempat domisili dari Puskesmas serta klinik. Keterkaitan
akses layanan sarana kesehatan dengan jalan pada kasus aksesibilitas layanan kesehatan ini sangat terasa besar, karena kemudahan angkutan sangat bergantung
kepada kualitas jalan yang dilalui.
5.5 Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Indikator Pengangguran
Maraknya investasi perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri di Kabupaten Sukabumi sudah berlangsung sejak awal tahun 2007 lalu, mengingat
semakin naik dan besarnya Upah Minimum Regional UMR di kota-kota Industri sekitaran Jakarta. Selain upah murah, Sukabumi juga menjanjikan iklim investasi
yang mudah, murah, dan memiliki banyak tenaga kerja. Jumlah penduduk yang berjumlah ± 2,5 juta jiwa bahkan 2,8 juta jiwa jika ditambahkan dengan penduduk
kota Sukabumi yang menjadi wilayah kantong enclave jelas menjadi potensi tenaga kerja yang bagus guna mendukung iklim investasi. Namun demikian,
walaupun industri yang masuk ke Kabupaten Sukabumi semakin banyak dan beragam, laju penurunan jumlah pengangguran ternyata tidak signifikan.
Penurunan jumlah gangguran di Kabupaten Sukabumi dari tahun 2014 sampai tahun 2015 mencapai angka 2.285 orang, dan pengangguran terbuka di Kabupaten
Sukabumi masih berkutat di angka 124.381 orang yang tersebar hampir merata di seluruh desa atau kecamatan.
Gambar 9. Peta Kondisi Jumlah Pengangguran per Desa di Kabupaten Sukabumi
Tingkat penganguran yang sangat besar terjadi lebih banyak di desa wilayah utara yang memiliki jumlah penduduk lebih besar, selain itu juga permasalahan
kepemilikan lahan yang semakin sempit dan sulit di wilayah utara menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Tercatat ada 105 desa yang
memiliki jumlah pengangguran diatas 15 persen, hal ini menunjukkan bahwa masih ada 27 persen desa se Kabupaten Sukabumi memiliki angka pengangguran
yang tinggi, 113 desa masuk dalam kategori desa dengan tingkat pengangguran kurang dari 10 persen dan ini menjadi hal yang sangat positif karena hampir 30
persen desa tingkat penganggurannya cukup rendah walaupun angkanya juga variarif antara 5-9,9 persen tiap desanya.
5.6 Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Indikator Kesejahteraan
Masyarakat
Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi menjadi sebuah pekerjaan rumah yang selalu menarik perhatian dan sorotan semua pihak terutama
pada saat menjelang pemilihan kepala daerah, maupun acara-acara diskusi tentang pemekaran Kabupaten Sukabumi. Angka masyarakat miskin di Kabupaten
Sukabumi tergolong cukup tinggi, hal ini dilihat dari angka keluarga Pra Sejahtera PRA KS yang cukup tinggi dan merata di hampir seluruh kecamatan.Walaupun
angka keluarga PRA KS ini masih selalu menjadi perdebatan karena menurut klaim pihak pemerintah daerah semakin menurun seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang sangat positif, tapi disisi lain, data BPS dan para pegiat sosial masih saja menyuarakan tingginya jumlah keluarga miskin di Kabupaten
Sukabumi.
Gambar 10. Peta Kondisi Kesejahteraan Masyarakat per Desa di Kabupaten Sukabumi
Terdapat 208 Desa yang memiliki keluarga miskin PRA KS diatas 20 persen dari total rumah tangga yang ada di desanya, artinya 53,7 persen desa di
Kabupaten Sukabumi memiliki jumlah keluarga miskin diatas 20 persen sehingga pemberian sertifikat sebagai Kabupaten yang terentaskan dari ketertinggalan yang
diperoleh oleh pemerintah Kabupaten Sukabumi di akhir tahun 2014 banyak dipertanyakan dan diperdebatkan. Pembuktian lain dari tingginya jumlah keluarga
miskin di Kabupaten Sukabumi adalah tingginya persentase masyarakat yang memperoleh kartu perlindungan sosial Kartu Indonesia SehatKIS, Kartu
Indonesia PintarKIP dan kartu-kartu jaminan sosial lainnya serta penerima Beras Sejahtera Rastra.
Dikotomi utara-selatan juga sangat terlihat dari sebaran masyarakat miskin dan masyarakat sejahtera, dimana sebagian besar desa sejahtera di Kabupaten
Sukabumi ada di wilayah utara, dan hanya sedikit saja desa sejahtera yang ada di wilayah selatan. Berdasar data BPS tahun 2014, jumlah desa sejahtera adalah
sebanyak 61 desa dan 45 diantaranya ada di wilayah utara yang berarti hanya ada 16 desa sejahtera di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi. Tingginya keluarga
miskin di Kabupaten Sukabumi yang terdapat di 208 desa se Kabupaten Sukabumi menunjukkan tingkat perkembangan dan kemajuan desa di Kabupaten Sukabumi
berada pada kondisi yang kurang baik, sehingga fokus pembangunan perdesaan yang sedang gencar dilakukan oleh setiap desa harus terfokus pada upaya-upaya
pengentasan kemiskinan agar jumlah keluarga miskin menjadi semakin kecil dan masyarakat menjadi semakin sejahtera.
5.7 Perkembangan Desa-desa di Sukabumi Indikator Akses Pasar
Pasar bagi masyarakat perdesaaan sesuatu yang berdaya tarik kuat dimana aktivitas utama transaksi ekonomi berlangsung di pasar-pasar tradisional.
Dipasarlah perputaran ekonomi masyarakat tergenjot untuk melakukan proses jual beli hasil pertanian ataupun produk olahan yang dibutuhkan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Disamping berperan sebagai tempat transaksi ekonomi, pasar di perdesaaan seringkali merupakan ruang-ruang kultural bagi bagi
pertemuan dan pertukaran informasi.
Kemudahan akses pasar bagi masyarakat merupakan sebuah nilai penunjang perekonomian, karena akses pasar sangat berpengaruh pada lalulintas arus barang,
uang dan jasa antara masyarakat dan pasar. Semakin mudah akses pasar akan memangkas biaya dan waktu terjadinya sebuah proses jual beli.tidak semua
kecamatan di Kabupaten Sukabumi memiliki pasar, akan tetapi ada juga beberapa kecamatan yang lebih dari satu desanya memiliki pasar desa baik yang permanen
maupun non permanen, pasar harian maupun pasar mingguan. Berdasarkan data Kantor Pasar atau Bagian Pasar pada Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Diskoperindag, tercatat ada 17 Pasar Kecamatan dan 87 pasar Desa di seluruh wilayah Kabupaten Sukabumi. Hanya ada 19 pasar yang beroperasi
setiap hari, dan sisanya merupakan pasar mingguan.
Jarak antar kecamatan yang relatif jauh, kualitas jalan yang kurang baik serta terbatasnya layanan angkutan umumangkutan kota antar kecamatanantar
desa menjadi faktor penunjang bagi rendahnya skor perkembangan desa untuk indikator akses pasar. Berdasarkan hasil pengolahan data pasar, hanya terdapat 26
desa yang memiliki akses sangat mudah terhadap pasar, 35 Desa yang akses