Pengolahan dan Analisis Data

Tujuan penelitian ini menganalisis aspek etnobiologi kekuak mencakup etnoekologi, etnozoologi dan taksonominya, yaitu karakteristik lingkungan habitat dan biota serta status taksonomi kekuak. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk melengkapi, mengklarifikasi dan mengilmiahkan pengetahuan lokal terkait pemanfaatan kekuak oleh masyarakat setempat, dan menjadi dasar ilmiah bagi upaya pengelolaan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

5.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiap periode musim tangkap kekuak, terutama pada puncaknya April-Juni. Difokuskan sebagai studi kasus pada kehidupan masyarakat nelayan dan penangkap kekuak di Pebuar, Nangkabesar dan Kota Pangkalpinang. Penelitian juga dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan pengamatan partisipatif kegiatan pemanfaatan kekuak di lokasi tangkap, kediaman warga dan pasar Lampiran 9. Informan kunci terpilih berasal dari warga setempat sebagai nelayan, penangkap, pedagang dan konsumen produk kekuak. Kegiatan lapangan berupa pengumpulanpembuatan spesimen biota kekuak kering dan basah, segar dan awetan dan pengambilan contoh substrat habitatnya. Kegiatan laboratorium berupa analisis tanah untuk memperoleh data subtstrat habitat, dan pengamatan serta pengukuran spesimen biota untuk data morfologi dan anatominya. Data yang terkumpul dibuat uraian dan penjelasaannya, dilengkapi foto dokumentasi hasil pengamatan di lapangan dan laboratorium. Analisis data pada umumnya secara kualitatif, berupa analisis konten terhadap spesimen biota, dokumentasi situs habitat, catatan pengamatan lapangan dan keterangan dari para informan. Hasil analisis kualitatif ini dikonfirmasi dengan hasil analisis kuantitatif dari analisis tanah substrat habitat dan isi perut biota kekuak, serta pengukuran tubuh atau spesimennya.

5.2.1 Prosedur analisis substrat

Analisis ini diawali pengambilan sampel tanah habitat secara purposive pada beberapa lokasi tangkap stasiun sebagai habitat utama kekuak. Di perairan pantai Pebuar dilakukan pada empat stasiun dua di zona nyucok dan dua di zona ngerangkang, sedangkan di perairan pantai Nangkabesar dilakukan pada dua stasiun zona nyucok dan zona nyerampang. Pengambilan sampel tanah habitat memakai alat berupa pipa paralon PVC berdiameter 2 inci sepanjang 50 cm yang telah diberi skala. Caranya dengan membenamkan pipa itu sedalam 20-25 cm tegak-lurus pada permukaan tanah yang akan diambil substratnya. Diasumsikan pada kedalaman itu dari perkiraan penangkap normalnya tubuh kekuak berdiam di lubang dan mengeluarkan introvertnya untuk makan, di bawah kedalaman itu teksturnya lebih kasar, berair dan sulit ditembus. Setelah itu pipa diungkitkan dan bagian bawahnya ditahan dengan telapak tangan, kemudian sampel substratnya dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label sesuai lokasi stasiunnya, siap untuk dianalisis. Sebagai pembanding dilakukan juga pengambilan sampel tanah dalam atau isi perut kekuak. Caranya sejumlah individu kekuak dipilih secara purposive dari hasil ngerangkang di perairan pantai Pebuar. Dari sekitar 4 kg kekuak basah utuh belum dikeluarkan jeroan dan belum dibalik tubuhnya dikeluarkan tanah dalam perutnya dengan cara membelah tubuhnya memanjang memakai gunting, saluran ususnya yang tipis bening berisi tanah dipisahkan dari tubuhnya dan ditampung semuanya dalam kantong plastik, siap untuk dianalisis. Sampel tanah isi perut kekuak berikut sampel-sampel tanah habitatnya tadi dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Setiap sampel substrat dicuci, dipisahkan dari bagian organiknya dan dikeringkan, baru kemudian dianalisis. Yang akan dianalisis adalah bagian anorganiknya. Analisis substrat yang dilakukan berupa pemisahan menjadi 7 fraksi berdasarkan ukuran teksturnya, yaitu: L liat 2 μ, debu 2-50μ, PSH pasir sangat halus 50-100μ, PH pasir halus 100-200 μ, PS pasir sedang 200-500μ, PK pasir kasar 500-1.000μ dan PKS pasir kasar sekali 1.000-2.000 μ Lampiran 3.

5.2.2 Prosedur pengamatan spesimen Pembuatan spesimen

di lapangan yang diambil secara purposive pada sejumlah individu ukuran variatif, meliputi: 1 Spesimen basah kekuak utuh segar. Terdiri dari kekuak hasil nyucok dan hasil ngerangkang. Caranya dengan menyediakan 2 buah botol plastik bening polos 600 ml berlabel, diisi air laut hampir penuh, lalu masing-masing diisi beberapa ekor kekuak secara terpisah menurut hasil tangkap dan ditutup rapat. Botol-botol lalu dibawa dan disimpan-dingin dalam coolerbox dan freezer sampai tiba waktunya digunakan. 2 Spesimen basah kekuak awetan. Terdiri dari kekuak hasil nyucok dan hasil ngerangkang, masing-masing berupa kekuak utuh, tanpa jeroan, dan sudah dibalik. Caranya dengan menyediakan 2 buah botol plastik bening polos 1000 ml berlabel, diisi larutan formalin 40 secukupnya, lalu masing-masing diisi beberapa ekor kekuak secara terpisah, agar spesimen tidak menekuk botolnya dimiringkan saat diisi, lalu ditutup rapat dan disimpan terbaring. Setelah 24 jam larutan formalin tadi diganti dengan larutan alkohol 70. Pengamatan morfologi kekuak, paling baik dipilih spesimen basah awetan hasil nyucok, karena sedikit cacat atau luka pada bagian luar tubuhnya, apalagi bila ditangkap dengan alat tangkap cucok bermata kecil dan tanpa penusukan berulang. Pengamatannya dilakukan tanpa pembedahan disertai pemotretan terhadap bagian-bagiannya, seperti kondisi saat introvert keluarmasuk dan kondisi introvert keluar penuhsebagian. Dilakukan juga beberapa pengukuran yang perlu Lampiran 4. Pengamatan anatomi kekuak, sebaiknya digunakan spesimen hasil ngerangkang, baik spesimen basah segar maupun spesimen basah awetannya, karena rusak dan cacat atau luka pada bagian dalamnya paling sedikit dibandingkan hasil tangkapan dengan alat tangkap lainnya. Pengamatan anatomi diawali dengan pembedahan beberapa spesimen pada beberapa posisi, diikuti pengamatan dan pemotretan terhadap bagian-bagiannya, termasuk membedakan antara introvert sedang keluar dan sedang masuk. Pengukuran terhadap panjang dan berat ususnya juga dilakukan pada beberapa spesimen Lampiran 4. 5.3 Hasil dan Pembahasan 5.3.1 Analisis etnoekologi kekuak Pengetahuan masyarakat setempat khususnya para nelayan dan penangkap kekuak tentang lingkungan perairan pantai terkait biota kekuak yang dikaji disini merupakan pengetahuan lokal tentang satuan-satuan lingkungan laut marinsekap terkait kegiatan penangkapan kekuak, yang meliputi lingkungan habitat lokasi tangkap dan lingkungan sekitarnya.

5.3.1.1 Pengetahuan ekologis lokal 1 Lingkungan lokasi tangkap

Habitat utama biota kekuak biasanya dipilih oleh nelayan atau penangkap sebagai lokasi tangkapnya. Selain sebagai tempat dilakukan kegiatan penangkapan, lingkungan habitat utama atau lokasi tangkap ini menurut mereka sebenarnya juga sekaligus sebagai lokasi cadangan utama populasi kekuak. Pengetahuan warga masyarakat setempat tentang lingkungan perairan pantai terkait biota kekuak adalah pengetahuan lokal tentang satuan-satuan lingkungan laut marinsekap terkait kegiatan penangkapan kekuak, meliputi lingkungan habitat atau lokasi tangkap dan lingkungan sekitarnya. Pantai pasir putih Pantai dalam bahasa Melayu berarti dataran yang melandai atau tepi perairan mantai = mendatar, terhampar; pantaien = lantai kayu tanpa atap untuk menjemur, lalu mengkhusus berarti pertemuan antara laut dan darat. Akibat pasang-surut air laut, pantai bisa menyempit atau meluas, dan maknanya lalu melebar juga mencakup tepi laut yang tidak rata dan curam tergantung topografi, misalnya pantai jurang, pantai karang, pantai batu, pantai pasir garam, pantai bakau dan pantai pasir putih. Pantai pasir putih pantai pasér puté adalah pantai yang hamparannya berupa tanah pasir putih pasir kuarsa, dalam hal ini di tepi laut, biasanya merupakan habitat utama kekuak Gambar 7. Sejatinya semakin luas hamparan semakin luas juga habitat biota ini sekaligus zona tangkapnya, tapi tidak semua pantai pasir putih didiami kekuak, karena itu sebelum menjadi lokasi tangkap biasanya dicek dulu oleh nelayan atau penangkap yang berpengalaman. Salah satunya adalah pantai Masar di Pebuar, pada periode air surut siang hari merupakan lokasi tangkap kekuak yang luas, para penangkap berdatangan dari Pebuar dan desa lain, terutama Desa Teritip. Gambar 8 Pantai pasir putih berupa beting 1 dan gosong 2 Beting atau pambong Beting dalam bahasa Melayu Jerieng Pebuar lebih dikenal dengan pambong, berarti hamparan luas pantai pasir putih pada suatu pulau, atau bersambung dengan pantai suatu pulau, seolah-olah muncul saat air laut surut Gambar 7. Pambong atau beting di Bangka-Belitung bisa merupakan satuan marinsekap alami, yang amat luas, apalagi di Bangka. Menurut pemahaman setempat, beting adalah dasar perairan laut yang tampak muncul saat air laut surut, karena itu umumnya berupa hamparan pasir putih meskipun ada juga yang sedikit berkarang. Akibat terhampar seperti daratan luas menyatu dengan daratan pulau, juga dikategorikan sebagai variasi dari pantai pasir putih. Menurut masyarakat setempat dan hasil pengamatan, beting adalah habitat utama atau tempat mencari kekuak, khususnya kegiatan gawe nyucok. Beberapa diantaranya telah diketahui sejak dulu atau ditemukan kemudian sebagai lokasi tangkap kekuak seperti Beting Curong di Nangkabesar. Gosong Gosong gusong dalam bahasa Melayu berarti hamparan pasir putih di tengah laut yang tersembul muncul saat air laut surut dan menghilang terendam saat pasang Gambar 7. Jadi letak gosong terpisah dari pulau oleh air laut pada saat surut ataupun pasang, atau hamparannya tidak menyatu dengan pantai suatu pulau. Gosong termasuk marinsekap alami tempat nelayan mencari kekuak dengan cucok gawe nyucok pada saat air laut surut. Terkadang masyarakat setempat tidak membedakan antara gosong dan beting, tergantung keadaan surutnya air laut, atau akibat dinamika pembentukan daratan oseanik. Gosong sebagai sebuah hamparan yang seolah-olah muncul di tengah laut, jika maksimal surutnya memang ada yang menyatu dengan beting dan 2 1 pantai sebuah pulau. Perbedaan keduanya akan lebih mudah jika dilihat dari udara pada saat laut pasang Gambar 7. Meskipun amat jarang, ada juga gosong yang dihuni sedikit karang sehingga disebut gusong karang. Laut tepi Laut tepi atau laut dekat adalah istilah nelayan penangkap kekuak setempat, yang selalu menangkap di kolom air yaitu baik ngerangkang terutama maupun nyerampang dan nyucok. Istilah ini bermakna perairan laut dangkal yang umumnya tetap tergenang baik pada saat surut maupun pasang. Perairan laut ini jika substrat dasarnya sedimennya berupa pasir putih biasanya menjadi habitat kekuak dan dijadikan lokasi tangkapnya. Ukuran kedalaman laut tepi ini didasarkan pada kemampuan atau keefektifan pengoperasian alat tangkap kekuak oleh nelayan atau warga penangkap, kedalaman perairan laut maksimal untuk menangkap kekuak adalah sebatas kepala 2 m. Jadi kawasan laut tepi pantai ini meski merupakan satuan marinsekap alami, tapi lebih bersifat teknis pembatasannya terkait alat tangkap, teknik dan operasionalnya. 2 Lingkungan sekitar lokasi tangkap Lingkungan sekitar lokasi tangkap kekuak umumnya mencakup lingkungan selain habitat utama kekuak, yang menghalangi jalan penangkap, dan dihindari karena berbahaya terlalu dalam, berlumpur atau berkarang. Palo Palo dalah bahasa Melayu setempat bermakna cekungan berisi air laut yang terlihat muncul saat air laut surut di tengah hamparan beting atau gosong. Biasanya cekungan ini menjadi tempat biota berkumpul, berdiam atau terperangkap seperti kepiting, udang, kerang, dan ikan-ikan lainnya. Palo menjadi salah satu tujuan nelayan untuk menangkap ikan, tapi di dalamnya terkadang juga terdapat karang atol dan biota berbahaya seperti ular laut. Untuk kegiatan penangkapan kekuak palo adalah salah satu satuan marinsekap alami yang terkadang dihindari menghambat para nelayan penangkap nyucok dan nyerampang. Hal itu karena biasanya palo lebih dalam dan berlumpur, sarang kekuak tidak ditemukanterlihat, tidak aman dan menyulitkan jalan terutama untuk pulang. Kalaupun lumpurnya sedikit, biasanya ngerangkang dan nyerampang di situ selalu dihindari karena terlalu dalam, penangkapan kekuak jadi tidak efektif sulit. Karang Karang atau karang-karang terumbu karang menurut nelayan setempat bermakna hamparan pantai atau kawasan perairan yang dipenuhi karang Gambar 9. Karang adalah salah satu marinsekap alami yang menjadi tujuan nelayan untuk mancing dan ngembubu, khususnya yang ada di tengah laut. Bila letaknya di tepi pulau sebagai pantai berkarang dengan lapisan sedikitbanyak lumpur, saat air laut surut biasanya jadi tempat mencari kerang, anemon, ikan karang dan gurita kecil. Karang di tepi pantai bagi gawe nangkap kekuak biasanya termasuk satuan marinsekap yang dihindari karena tidak aman khususnya untuk jalan pulang para penangkap. Disamping itu, kekuak juga tidak akan ditemukan di situ, jika ada pun sulit ditangkap. Pada peralihannya dengan pantai pasir putih sering ditemukan kekuak, tapi sulit ditangkap tidak efektif karena serpihan kerastajam karang ditambah pecahan kulit kerang dan krustase bisa melukai tangan penangkap. Gambar 9 Pantai berterumbu karang 1 dan pantai berhutan bakau 2 Bakau Bakau atau bakau-bakau mangrove menurut masyarakat nelayan setempat bermakna kawasan tepi pulau pantai yang tertutup hutan bakau utan bakau. Gambar 9. Kawasan bakau adalah satuan marinsekap alami yang tergenang saat air laut pasang atau basah-berlumpur saat surut, penuh sesak dengan akar-akarnya. Biasanya jadi tempat mencari kepiting ketam bakau, kerang, siput dan udang apalagi yang dekat muara dan aliran sungai. Lebih khusus lagi biasanya kawasan ini jadi tempat mencari tembilok tambelo yang hidup dalam kayu tertentu. 1 2