Pola zonasi dan pindah lokasi tangkap 1 Pola zonasi tangkap

penangkapan kekuak. Kala itu komoditas kekuak kering di pasar masih mahal, apalagi jadi pangan spesial orang Tionghoa, menangkapnya tanpa modal besar. Kian semangatnya kaum nelayan terutama perempuan menangkap kekuak untuk dijual, memunculkan gagasan bagi seorang warga Semulut Manap untuk membuat alat tangkap kekuak yang lebih efektifproduktif Lampiran 5. Alat itu dinamakan rangkang, ketika diterapkan pertama kali di perairan sekitar Semulut dan ternyata berhasil. Rangkang lalu diperkenalkan kepada warga Pebuar, diajari membuat dan memakainya, saat diterapkan di perairan Pebuar dan sekitarnya ternyata berhasil juga. Penangkap kekuak yang juga nelayan di Pebuar, lalu mencari umpan juga dengan alat baru ini untuk gawe ngerawai. Di daerah lain yang tidak ada dan belum terganggu tambang timah, kegiatan penangkapan kekuak tetap berjalan seperti di Pebuar dan Teritip Bangka Barat dan Belinyu Bangka Induk. Bahkan pada pertengahan 1997, dipimpin Sunoto, beberapa warga Pebuar seperti Sumarni, Aliyanto dan Imro berhasil mengenalkan dan mengajarkan cara menangkap kekuak kepada masyarakat Nangkabesar Bangka Tengah. Pulau itu lalu menjadi daerah penangkapan kekuak komersial yang baru. Keberhasilan Sunoto dan kawan-kawan mengajarkan cara menangkap kekuak dengan cucok rotan di pulau itu, juga bersamaan dengan kegagalan Imro menerapkan rangkang, tapi dia segera berhasil menemukan dan menerapkan serampang sebagai modifikasi rangkang. Serampang ini lain dengan serampang yang dulu dipakai nelayan pulau itu untuk mencari kekuak umpan. Setelah keberhasilan itu, kegiatan penangkapan kekuak komersial di sana tetap berlanjut sampai kini, meski tidak kontinu tiap musim, produknya masih kekuak kering. Sementara itu di Pebuar, kelanjutan dari penemuan dan penerapan rangkang, beberapa tahun setelah itu kekuak hasil ngerangkang lalu dijual sebagai kekuak segar untuk diolah basah. Hal itu terjadi setelah orang Tionghoa tengkulak dan konsumen diperkenalkan dengan cara mengonsumsi kekuak basah, yang ternyata jauh lebih enak rasanya daripada kekuak kering, dan komoditasnya menjadi lebih mahal. Agar mutu kekuak tetap segar, durasi gawe ngerangkang dalam sehari dipersingkat, tapi periode penangkapan dalam semusim menjadi lebih panjang daripada gawe nyucok. Sayangnya, sejak 2001 krisis moneter juga memicu maraknya tambang timah rakyat inkonvensional atau TI di daerah pesisir. Limbahnya dibuang ke laut mencemari habitat kekuak, membuat kegiatan penangkapan di beberapa daerah di Bangka Barat dan Bangka Induk ikut hilang, termasuk di Penganak, Semulut dan sekitarnya. Kejadian ini makin parah sejak muncul dan menjamurnya TI apung sejak 2003, yaitu tambang timah di perairan pantai dengan mesin kompresor. Dan tentunya makin parah lagi sejak beroperasinya kapal-kapal hisap sejak tahun 2008 sampai kini. Penemuan mutakhir masih terjadi pada kurun masa ini di Manggar Belitung Timur pada 2004 yaitu alat tangkap cucok dibuat dari bahan pipa paralon oleh seorang pemancing hobi Nursyam, mendukung penangkapan kekuak komersial untuk umpan pada kegiatan mancing hobi. Kemudian, pada 2008 di Pebuar ditemukan penangkapan kekuak komersial ‘ngerangkang plus’ dengan kompresor untuk membantu bernapas dalam air oleh seorang nelayan Desiri, tapi cuma dua musim saja dilakukan terhenti pada 2009 setelah disadari banyak dampak buruknya.

6.3.3.2 Adaptasi masyarakat terhadap inovasi

Krisis di masyarakat merupakan pendorong kreativitas bagi inovator lokal Koentjaraningrat 1990 seperti terjadi pada kurun masa 1997 sampai kini. Dari berbagai perkembangan dan penemuan di atas, yang menonjol adalah kasus Pebuar dan kasus Nangkabesar Tabel 15 dan 16. Proses dari discovery menuju invention yang biasanya butuh waktu lama pada masyarakat peasant karena harus memastikan dulu manfaat suatu temuan teknologi dengan bukti empirik Satria 2002, adalah mekanisme adaptasi. Secara antropologis perubahan yang terjadi pada kedua kasus di kedua tempat itu adalah proses inovasi yang terjadi relatif cepat. Di Nangkabesar bahkan amat cepat karena begitu terjadi penemuan, langsung diterapkan dan diterima masyarakat luas saat itu juga tahunmusim pertama kali belajar dan menangkap, tanpa konflik. Sedangkan sebelumnya, di Pebuar cuma berlangsung kurang dari dua tahunmusim. Kedua peristiwa tadi cukup fenomenal karena relatif singkatnya jarak waktu dari penemuan alatteknik discovery sampai diakui diterima luas oleh masyarakat invention. Pada kasus Pebuar, walau akhirnya diterima luas oleh warga masyarakatnya, sebelumnya sempat terjadi konflik saat alatteknik tangkap rangkangngerangkang dioperasikan pertama kali di Pebuar. Warga penangkap kekuak dengan cucoknyucok yang mayoritas kaum ibuperempuan umumnya tua-tua dan keluarga mengadakan aksi-protes. Bukan cemburu kalau-kalau kekuak hasil tangkapan mereka dengan cucoknyucok berkurangtersaingi, tapi kuatir penerapan alat baru itu sama seperti pelanggaran pemali ngesik, yang akibatnya kekuak bisa “menghilang” di habitatnya. Tabel 15 Proses adaptasi inovasi penangkapan kekuak komersial di Pebuar No. Item Substansi 1 Bentuk inovasi Penerapan alat tangkap rangkang dan teknik ngerangkang 2 Agen pembuat pembawa Orang luar Manap, dari Semulut; masih dalam wilayah Jebus Bangka Barat 3 Sikap awal warga Minoritas beberapa lelaki langsung menerimamenerapkan, mayoritas perempuan menolak 4 Adatidaknya konflik Terjadi konflik aksi protes dan perang dingin antara dua kelompok 5 Alasan yang mengemuka Alasan menerima karena manfaat jauh lebih menguntungkan secara komersial; alasan menolak karena dianggap melanggar pemali dan kuatir akan akibat pelanggarannya 6 Fakta kemudian Terbukti kekuatiran akibat buruk melanggar pemali tidak terjadi; terjadi dua zona tangkap terpisah; manfaat yang didapat tiada henti 7 Sikap akhir warga Semua warga akhirnya menerima dan malah mendukung; yang dulu ikut memprotes kemudian ikut ngerangkang juga 8 Jarak inovasi Kurang dari dua tahun dua musim penangkapan diselingi satu musim tidak menangkap 9 Akibatnya Penangkapan terus berlanjut secara berdaur-ulang; manfaat tetap didapat tiada henti; selalu kembali ke lokasi tangkap semulasebelumnya ada pergiliran lokasi 10 Prediksi Pemanfaatan kekuak di sini tetap akan terus berlanjut; kekuak tidak akan pernah punah; karena pola pemanfaatan yang tidak menentang alam; warga belajar dari alam dan pengalaman Tabel 16 Proses adaptasi inovasi penangkapan kekuak komersial di Nangkabesar No. Item Substansi 1 Bentuk inovasi Penerapan alat tangkap cucok dan teknik nyucok; serampang dan nyerampang 2 Agen pembuat pembawa Orang luar Sunoto, Imro dan Aliyanto dari Pebuar; cukup jauh, beda wilayah dari Bangka Barat ke Bangka Tengah 3 Sikap awal warga Semua warga langsung menerimamenerapkan 4 Adatidaknya konflik Tanpa konflik 5 Alasan yang mengemuka Alasan menerima karena manfaatnya amat menguntungkan secara komersial, membuka lapangan kerja dan sumber penghasilan baru 6 Fakta kemudian Manfaat yang didapat tiada henti; terjadi dua zona tangkap beririsan; pemali tidak diindahkan dipercaya; dampak buruknya tidak belum disadari terlihat 7 Sikap akhir warga Sebagian besar warga tetap menangkap dengan melangar pemali; sebagian kecil saja yang percayamengindahkan 8 Jarak inovasi Tidak ada jarak waktu langsung; bahkan saat penerapan nyucok terjadi lagi penemuan berikutnya nyerampang 9 Akibatnya Penangkapan masih berlanjut tapi tidak berdaur-ulang; manfaat masih didapat tiada henti; lokasi tangkap makin jauh dari semulasebelumnya tidak ada pergiliran lokasi 10 Prediksi Pemanfaatan masih bisa bertahan; kekuak belum sampai punah; karena penangkapan tidak kontinu akibat serentak musimnya dengan panen cengkeh; warga kurangtidak belajar dari alam dan pengalaman tapi masih diselamatkan oleh alam dan kebijaksanaan pengumpul utama Aliyanto Walaupun pada waktu itu aksi-protes berlangsung, kegiatan ngerangkang beberapa orang warga lelaki Pebuar disana tetap berlanjut, begitupun kegiatan nyucok. Setelah beberapa lama disadari tidak terjadi akibat kegiatan ngerangkang seperti dikuatirkan, apalagi meski di lokasi yang sama tapi zona tangkap keduanya tidak bertemu pada waktu bersamaan. Perang dinginpun usai, bahkan yang tadi memprotes pun ikut pada kegiatan ngerangkang, termasuk kaum perempuan. Sejak itu gawe ngerangkang dan gawe nyucok dilakukan oleh warga Pebuar berdampingan setiap tahun musim tangkap. Pada kasus Nangkabesar, pengenalan dan penerapan kegiatan penangkapan kekuak dengan cucok dan serampang pertama kali, langsung diterima luas oleh warga tanpa konflik. Namun aturan tentang pemali ngesik yang juga diajarkan, tidak diindahkan dianggap tahayul, selain itu operasi kedua alat tangkap itu di lokasi yang sama pada saat yang sama ada tumpang-tindih. Akibat pelanggaran pemali ngesik seperti warga Pebuar kuatirkan pun terjadi di pulau ini, meskipun kekuak tidak hilang sama sekali tapi daerahlokasi tangkap saat ini semakin jauh dari daerahlokasi tangkap pertama kali. Hal itu sudah sering diingatkan oleh pengumpul utama sebagai warga asal Pebuar yang pertama kali ikut mengajarkan teknik nyucok kekuak di pulau itu. Dia merupakan koordinator bagi sebagian besar penangkap, yang merasa bertanggungjawab atas kesinambungan pemanfaatan kekuak di sana. Dia berinisiatif mengatur kegiatan penangkapan menjadi minimal dua tahun sekali, dan mengalihkannya ke kegiatan panen cengkeh, demi menyelamatkan populasi kekuak di sisa-sisa habitatnya. Karena itu, meskipun tidak kontinu produk kekuak kering dari pulau ini mutunya amat baik, lebih panjangbesar. Ada hal kecil yang menarik pada kasus Nangkabesar, pengoperasian dua jenis alat tangkap sejak ada penangkapan komersial, memang tanpa konflik antar penangkap. Jikapun terjadi amat jarang sekali, yaitu bila ada yang nyerampang pada bagian zona nyucok kering pasti gagal, kekuak selalu putus karena bertahan dalam sarang sulit diantisipasi, perbuatan ini disebut ‘ngacau’ sia-sia. Dahulu, nelayan mencari kekuak umpan memang seperti itu, jika terputus tidak apa-apa, bentuk serampangnya pun berbeda tidak sesempurna seperti yang dibuat pada masa sekarang ini.

6.3.3.3 Penemuan mutakhir 1 Penemuan cucok paralon di Manggar

Pada pertengahan 2004, di Manggar Belitung Timur Nursyam Ma’Ete’ warga Desa Lalang yang hobi mancing dan selama ini menjadi penyedia umpan, membuatkan cucok dari pipa paralon Gambar 54 untuk pencari umpan langganannya, Amril Apolo, warga asal Desa Lalang yang tinggal di pantai Burongmandi, Desa Mengkubang. Cucok bahan alternatif ini relatif baru diterapkan pada penangkapan kekuak untuk umpan komersial, namun cukup potensial bagi pengembangan pemanfaatan kekuak ke depan, termasuk untuk pangan komersial. Gambar 54 Cucok dari rotan dan pipa paralon Cucok mutakhir ini pertama kali dibuat hanya dua buah, terbuat dari pipa paralon PVC, panjang 46 cm, tebal 1-1,5 cm, berat 40 g, berbentuk seperti anak panah lurus silindris-meruncing, ujungnya tumpul meruncing-kerucut. Terbagi tiga bagian yaitu: 1 ujung yang meruncing disebut mate mata atau takok panjang 1 cm, diameter pangkal mata 0,9 cm; 2 batang yang panjang disebut tangkai, diameter lehernya 0,3 cm; dan 3 pangkalnya rata disebut gagang atau ulu diameternya 1,8 cm. Sifatnya kurang lentur dan cenderung kaku. Secara teknis pada dasarnya penerapan cucok paralon sedikit bedanya dengan cucok rotan Tabel 17, tapi karena lurus dan kaku, saat ditusukkan kedalam lubang tanah jika buntu tidak perlu dipaksa, karena mudah patah ujungnya. Jika ditusuk terlalu dalam, dengan bentuk lubang sarang yang bengkok, kekuak bisa tertembus. Cucok paralon jauh lebih awet, takoknya tidak mudah tumpul. Lingkar kerucut takok rata, membuat kepala introvert kekuak cucok paralon cucok rotan yang terkena sulit lepas, jadi tidak perlu berulang menusuknya seperti pada cucok rotan dan cacat luka tusuknya pun sedikit. Pengunaan cucok paralon ini amat terbatas di Manggar saja, alih-alih menjadi sebuah tradisi. Jika dianggap sama saja dengan cucok rotan secara prinsip tidak ada perubahan fungsi mendasar, kecuali pada bahan dan sedikit bentuk, penangkapan dengan cucok paralon ini masih tergolong teknik tangkap tradisional. Kasus ini mirip trend koteka model baru di Papua belakangan yang juga dibuat dari pipa paralon, sehingga lebih kuat dan awet. Koteka model lama terbuat dari sejenis buah labu, tapi lebih unik dan berharga jika dijadikan sebagai cinderamata istimewa bagi para turis pelancong. Koteka model baru itu dinilai masih tradisional, karena tidak ada perubahan fungsi mendasar prinsipil kecuali sekedar melindungi alat kelamin pria gaya hidup dan pola pikir lama. Tabel 17 Perbedaan cucok rotan dengan cucok paralon Pembeda Cucok rotan Cucok paralon Tujuan pemakaian untuk umpan dan pangan umpan komersial Bahan pembuatan hayati tumbuhan non-hayati, plastik Asal bahan dari hutan barang bekas Ukuran relatif lebih panjang lebih pendek Bentuk lingkar takok tidak bulat merata bulat merata Kelengkungan melengkung lurus Kelenturan lentur tidak lentur kaku Keawetan awet jauh lebih awet Penemunya tidak diketahui lagi Ma’Ete’ Nursyam Lokalitas semua daerah nelayan cuma di Manggar Waktu penemuan sudah ada sebelum 1945 pertengahan 2004 2 Penemuan ngerangkang plus di Pebuar Di akhir musim tangkap kekuak 2007 awal September muncul gagasan seorang nelayan Pebuar DesiriBujang untuk mencoba ngerangkang dibantu mesin kompresor Gambar 55, Lampiran 7. Hal itu didasari fakta ngerangkang setelah Juli sulit, karena periode surut laut makin sore, pada pagi dan tengah hari kedalamannya melewati batas efektif ngerangkang dari dada sampai kepala, tapi angin dan arus terkadang masih tenang, masih bisa melihat jelas dalam air. Gagasan ini juga dikembangkan dari tiga fakta: 1 Jika menyelam dengan kompresor, bisa lebih dalam dan lebih lama dibanding menyelam pada