kekuak perlu diungkap dan dikembangkan, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pemanfaatan, demi kesejahteraan nelayan terutama para penangkapnya.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis aspek pemanfaatan kekuak, mencakup manfaat umpan, manfaat pangan dan manfaat komersialnya terkait
keberlanjutannya. Hasilnya bermanfaat sebagai informasi dasar bagi upaya pengembangan potensi kekuak sebagai umpan komersial dan diversifikasi produk
pangannya, demi peningkatan pendapatan nelayan dan kesejahteraannya secara berkesinambungan.
7.2 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Kepulauan Bangka-Belitung dalam periode musim tangkap kekuak April-Juni puncaknya. Difokuskan sebagai studi kasus kegiatan
nelayan, penangkap, pedagang dan konsumen produk kekuak di Pebuar Bangka Barat, Nangkabesar Bangka Tengah, Pangkalpinang dan Manggar Belitung
Timur. Pengujian pangan dan uji-coba kuliner di laboratorium pengujian pangan Balai Besar Pascapanen Pertanian Cimanggu-Bogor, dapur dan halaman warga,
dan kampus IPB Darmaga Bogor Lampiran 9. Data penelitian dikumpulkan melalui pengamatan partisipatif kegiatan
pemanfaatan kekuak sebagai umpan dan pangan di lokasi tangkap, kediaman nelayan dan pasar; di Pebuar, Nangkabesar, Pangkalpinang dan Manggar.
Wawancara langsung juga dilakukan dengan informan kunci terpilih dari warga setempat terkait, didukung pencatatan dan dokumentasi. Uji laboratorium
dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif pangan, begitu juga dengan uji-coba gagasan kulinernya.
Data yang terkumpul dan diolah dibuat uraian dan matriksnya, dilengkapi foto dokumentasi. Analisis data pada umumnya dilakukan secara kualitatif,
diperkuat analisis kuantitatif sebagai konfirmasi. Analisis kualitatif bervariasi dilakukan secara deskriptif dan komparatif terutama terhadap hasil inventarisasi
dan dokumentasi pengetahuan masyarakat lokal. Hasil uji laboratorium data kuantitatif pangan dipakai untuk konfirmasi data emik sebagai bagian analisis
konten. Kegiatan dokumentasi dilakukan untuk merekam berbagai bentuk gagasan kuliner pangan kekuak dan hasil uji-cobanya.
7.2.1 Prosedur analisis kandungan kimia 1 Analisis proksimat
Pemilihan purposive 6 macam sampel daging kekuak bagian terkonsumsi,
tanpa jeroan dan sudah dibalik, meliputi: kekuak kering mentah hasil nyucok dari pasar Pangkalpinang; kekuak kering mentah hasil nyucok dari Nangkabesar;
kekuak segar mentah hasil ngerangkang dari Pebuar; kekuak segar mentah hasil nyucok dari Pebuar; kekuak kering hasil nyucok dari pasar Pangkalpinang; dan
kekuak segar panggang-kelup hasil ngerangkang dari Pebuar. Masing-masing perlu 300 g untuk bahan kering dan 500 g untuk bahan segarbasah. Bahan
dibawa ke laboratorium uji pangan. Kandungan yang dianalisisdiuji yaitu: air, abu dan serat kasar Gravimetri, protein Kjedahl, lemak Soxlet, karbohidrat
dan total gula Spektrofotometri, dan total gula. Analisis ini dengan metode standar AOAC 2000.
2 Analisis asam amino
Pemilihan purposive 3 macam sampel daging kekuak bagian terkonsumsi
meliputi: kekuak segar mentah hasil ngerangkang dari Pebuar; kekuak segar dipanggang-kelup hasil ngerangkang dari Pebuar; dan kekuak kering mentah hasil
nyucok dari pasar Pangkalpinang. Masing-masing perlu 500 g. Kadar protein sampel harus diketahui dulu dengan metode Kjehdal AOAC 2000, kemudian
baru dilakukan analisis asam aminonya dengan metode HPLC.
3 Analisis asam lemak penting
Sampel uji ini sama dengan pada analisis asam amino di atas. Analisis kolesterol denan metode HPLC, sedangkan analisis omega-3, EPA dan DHA
dengan metode GC, cuma sampel tertentu saja yang diuji lengkap.
4 Analisis unsur penting dan logam berat
Sampel uji berupa daging kekuak segar mentah hasil ngerangkang dari Pebuar dan jeroan segarnya termasuk isi perut. Yang dianalisis adalah Ca, Mg,
Fe, Se, Zn, Pb dan Sn, untuk jeroannya cuma Ca, Pb dan Sn, dengan metode AAS.
5 Analisis tanin
Sampel uji adalah daun muda atau pucuk segar pohon kendu, sekitar 300 g, menggunakan metode Spektrofotometri.
7.3 Hasil dan Pembahasan 7.3.1 Analisis pemanfaatan kekuak untuk umpan
Para nelayan di Bangka-Belitung pada umumnya memakai kekuak sebagai umpan untuk kegiatan memancing profesi. Namun, kajian disini terutama
didasarkan pada pengetahuan lokal terkait pemakaian umpan kekuak untuk memancing sebagai hobi pada kasus Manggar dan sebagai profesi nelayan pada
kasus Pebuar.
7.3.1.1 Kebiasaan memakai umpan
Pada dasarnya pemakaian umpan kekuak oleh para nelayan untuk kegiatan memancing, sebagai salah satu kegiatan menangkap ikan yang merupakan bagian
dari profesi, baik di Bangka maupun di Belitung relatif tidak ada perbedaan. Perbedaan mulai muncul ketika pemakaian umpan kekuak kemudian berkembang
di Belitung untuk kegiatan musiman hobi atau rekreasi mancing gagok oleh warga masyarakat. Seiring perkembangan penangkapan kekuak komersial di Bangka,
penemuan alat tangkap baru ikut mempengaruhi perubahan dalam pemakaian umpan kekuak untuk memancing ikan oleh nelayan setempat.
1 Kebiasaan di Belitung
Pencarian kekuak untuk keperluan umpan memancing oleh nelayan di daerah Belitung dilakukan kapan saja asalkan terjadinya surut air laut masih di
siang hari sehingga masih sempat menangkapnya, baik yang tinggal di bagian barat maupun timur pulau ini. Kekuak biasanya ditangkap sendiri oleh mereka di
pantai dengan alat tangkap cucok yang terbuat dari rotan, yang mereka sebut penyucok, pencucokn atau cucokn. Alat itu dibuat dan dimiliki sendiri oleh
nelayan, tapi biasa dipinjamkan kepada sesama rekannya, karena itu biasanya disimpan di perahu.
Kekuak umpan biasanya ditangkap nelayan tidak mesti masih utuh, karena cuma untuk umpan saja. Selain itu tidak perlu penanganan khusus seperti
membalik badannya dan membersihkan jeroannya. Untuk dipakai cukup ditaruh di wadah berair boleh juga diberi pasir, atau diletakkan begitu saja di dasar
perahu yang biasanya tergenang sedikit air. Meskipun tahan beberapa hari tanpa disimpan-dingin, biasanya cuma untuk dipakai sehariansemalaman atau sehari-
semalam.
Umpan kekuak biasa dipakai nelayan untuk memancing berbagai jenis ikan. Menurut mereka umpan ini disukai ikan apa saja dari ukuran sedang sampai
besar, apalagi jika memancing di siang hari dan airnya jernih, di habitat karang ataupun pasir, khususnya kakap merah, seminyak, kerisi dan pari. Namun
demikian, juga baik efektif dipakai pada malam ataupun siang hari yang airnya keruh, apalagi jika umpannya mulai membusuk. Pengunaan yang terakhir ini bisa
diterapkan untuk target jenis-jenis pemakan bangkai seperti hiu, mayong dan terutama gagok Gambar 57.
Gambar 57 Ikan gagok, target mancing hobi
Inzet: kekuak; umpan membulat
Cara nelayan setempat memakai umpan kekuak relatif sama dengan cara nelayan Bangka-Belitung umumnya, dengan mengaitkan dan melilitkan potongan
tubuhnya membulat pada mata kail Gambar 57. Seekor kekuak utuh kira-kira panjangnya 25-30 cm biasanya dibagi 6-9 potong. Setiap potong itu tidak mudah
habis sehingga bisa dipakai berkali-kali. Jenis pancing yang dipakai biasanya pancing ambor tanpa joran, satu atau beberapa kail atau pancing biasa dengan
joran dan kail tunggal. Tali pancing atau joran bisa dipegang sambil dimainkan, atau ditambatkan bebanjor di sisi perahu saat beroperasi di tengah laut.
Selanjutnya, penggunaan umpan kekuak oleh pemancing hobi adalah kasus unik cuma terjadi di Kecamatan Manggar Belitung Timur, yaitu di
pantai bekas pelabuhan Olifir Desa Lalang Gambar 58. Biasanya hal ini terjadi pada sekitar bulan Juni sampai Juli atau musim angin selatan, saat itu
kondisi air laut jadi keruh, sehingga para pemancing hobi beroperasi siang dan malam, setiap hari. Targetnya pun khusus ikan gagok, yang amat baik dibuat
sambal lingkong abon ikan atau dimasak gangan khas Belitung, untuk tujuan ini kekuak adalah umpan favoritnya.
Gambar 58 Pantai bekas pelabuhan Olifir Manggar
Inzet: hobi mancing gagok
Umpan kekuak untuk keperluan hobi tidak dicari sendiri melainkan dipesan dan dibeli dari penangkap umpan khusus. Selama penelitian ini dilakukan
ditemukan ada dua orang penangkappenjual umpan kekuak yang ada saat ini, masing-masing beroperasi di pantai Burongmandi Gambar 59 dan pantai
Mudong. Alat tangkap yang mereka pakai sama dengan yang dipakai para nelayan, yaitu cucok rotan. Tapi sejak pertengahan 2004, salah seorang
diantaranya sudah memakai cucok paralon, yang dibuatkan oleh salah seorang pemancing hobi sekaligus penadah umpannya.
Gambar 59 Pantai Burongmandi
Inzet: nelayan mencari kekuak untuk umpan
Mirip seperti yang dilakukan para nelayan, umpan kekuak pesanan untuk hobi mancing tidak perlu dibalik dan dikeluarkan jeroannya, tapi diusahakan utuh
tidak terputus meskipun cacat tembus terkadang tidak bisa dihindari. Umpan ini dibawa dan diserahkan kepada pemesan atau bos umpan masih segar, dalam
kemasan kantong plastik berisi pasir dan air laut. Selama dibawa memancing umpan ini juga diletakkan dalam wadah berpasir dan air laut. Yang belum
sempat dipakai disimpan di freezer lemari es, caranya kekuak bersama pasir
laut basah dibungkus dulu dengan kertas koran kemudian dikemas dalam kantong plastik. Dengan begitu umpan tahan bermingu-minggu bahkan lebih dari sebulan
masih tetap baik untuk memancing walaupun mulai membusuk, yang makin bagus untuk memancing gagok.
Cara pemancing hobi memakai umpan kekuak relatif sama dengan yang dilakukan para nelayan. Bedanya, dulu pancing yang mereka pakai sama seperti
yang dipakai para nelayan, berupa tali nilon panjang bermata kail tunggal, tanpa joran pancing ambor atau dengan joran kayu atau bambu. Beberapa tahun
belakangan ini sudah banyak yang memakai joran fiberglass dengan tali nilon panjang bermata kail tunggal. Mereka biasanya beroperasi dengan berdiri atau
duduk di sepanjang dermaga pancang dan tembok bekas Pelabuhan Olifir, meski sudah rusak akibat penjarahan tapi mereka perbaiki dengan kayu dan bambu.
2 Kebiasaan di Bangka
Pada umumnya penggunaan kekuak sebagai umpan di daerah Bangka juga hanya dilakukan para nelayan saja, sebagai bagian dari kegiatan profesi utamanya
yaitu menangkap ikan. Kebiasaan penggunaannya untuk memancing oleh mereka di Bangka relatif sama kebiasaan para nelayan di Belitung. Alat tangkapnya juga
sama yaitu cucok dari rotan, begitupun kapan waktu dan di mana menangkapnya. Pebuar Bangka Barat sebagai salah satu sentra produksi kekuak untuk
tujuan pangan komersial, juga memiliki kasus yang tidak umum. Sebagian kecil penangkap kekuak disana juga merupakan nelayan pada umumnya profesi
utamanya menangkap ikan. Sejak ditemukanditerapkan rangkang sebagai alat tangkap yang baru, nelayan yang merangkap penangkap kekuak juga memakai
alat itu untuk menangkap kekuak sebagai umpan untuk keperluan memancing. Seperti telah disinggung sedikit pada bab sebelumnya, di Nangkabesar
jauh sebelum pulau itu menjadi sentra produksi kekuak komersial, sebagian nelayannya sudah mencari umpan kekuak dengan serampang, tapi belum
sesempurna seperti yang ditemukan kemudian. Lokasi nyerampangnya pun di bagian pantai yang sedang mengering saat air laut surut bukan yang tergenang,
kekuak yang tertangkap sering putus. Selain tidak harus utuh, juga tidak perlu dibalik dan dibuang jeroannya, adalah ciri khas penangkapan kekuak untuk umpan
oleh nelayan pada umumnya.
2 1