Pengumpulan Informasi dan Data

kekuak. Karena itu, jika ada pekerjaan yang relatif lebih ringan dan lumayan pendapatannya atau pada saat sedang musim tangkap ikan-ikan penting atau mahal, maka menangkap kekuak bisa ditinggalkan atau ditunda dulu. Kaum perempuan sering beralih menjadi buruh upahan di perkebunan sawit, dan kaum lelaki di tambang timah inkonvensional TI. Penyebab lain adalah karena di Pebuar sejak dua dekade belakangan mulai banyak warga yang berkecukupan, yang berusia remaja makin banyak yang sekolah dan waktu luang libur tidak lagi diisi dengan melaut seperti menangkap kekuak, apalagi lokasi tangkap relatif jauh dari pemukiman, karena itu para penangkapnya cenderung sudah tua-tua terutama ‘tukang nyucok’. Sebaliknya di Nangkabesar, warga usia remaja belum banyak yang sekolah, dan kalaupun sekolah karena lokasi tangkap kekuak relatif dekat mudah dijangkau, maka masa liburan dan waktu luang sepulang sekolah bisa dipakai untuk belajarbekerja menangkap kekuak, karena itu para penangkap cenderung muda-muda, bahkan masih anak-anak sudah mulai ikut. Berarti kaderisasi penangkapan kekuak komersial pada keluarga nelayan penangkap sebagai profesi, proses berjalannya lebih mulus di Nangkabesar daripada di Pebuar. Dengan usia penangkap di Pebuar yang cenderung sudah tua-tua, khususnya ‘para tukang nyucok’ kaum perempuan, serta ketiadaan fasilitas pendidikan kecuali sebuah bangunan SD yang letaknya relatif jauh, itupun ada setelah era 1980-an tanpa kemajuan berarti, maka tingkat pendidikan formal mereka sangat rendah, rata-rata tidak sekolah dan tidak lulus SD. Sementara itu untuk ‘para tukang ngerangkang’ yang relatif lebih muda kaum lelaki, minimal tidak buta huruf bahkan ada yang lulusan SMPMTs. Yang terakhir ini hampir sama dengan kondisi di Nangkabesar dimana usia para penangkap ‘tukang nyucok dan nyerampang’, kaum lelaki dan perempuan yang cenderung relatif lebih muda, minimal mereka tidak buta huruf dan rata-rata lulus atau pernah mengenyam pendidikan SD di pulau itu. 5 ETNOBIOLOGI KEKUAK DI KEPULAUAN BANGKA-BELITUNG 5.1 Pendahuluan Sipuncula adalah filum yang dikenal sebagai cacing kacang, hidupnya di laut terutama perairan dangkal, paling tidak anggotanya ada 147 jenis yang sudah jelas teridentifikasi Cuttler 1994. Kekuak atau wak-wak adalah salah satu anggotanya yang sudah dikenal di Indonesia khususnya di Kepulauan Bangka- Belitung, meskipun terbatas cuma di kalangan nelayan atau masyarakat yang memanfaatkan. Belum jelas diketahui apakah biota ini sudah termasuk jumlah jenis yang telah teridentifikasi tadi. Sebagai biota yang telah dimanfaatkan dan selama ini diambil dari habitatnya hanya dengan penangkapan, kekuak belum diketahui secara baik bagaimana karakteristik biologisnya, padahal kegiatan penangkapannya sudah berkembang menjadi bersifat komersial. Pengkajian aspek biologi zoologi dan ekologi biota ini sangatlah perlu terkait kelestarian populasinya di habitat dan keberlanjutan pemanfaatannya oleh masyarakat. Pengetahuan masyarakat setempat baik berupa tradisi warisan leluhur maupun pengalaman mereka selama ini, adalah salah satu sumber informasi untuk mengkaji aspek biologi kekuak, bahkan sebagai sumber pertama dan utama. Hal itu karena belum tersedia literatur khusus perihal itu, dan fakta fenomenal selama ini mereka telah rutin memanfaatkan kekuak relatif tanpa menyebabkan kerusakangangguan pada lingkungan dan tetap terjaga kelestarian populasinya sepanjang masa. Tidak mungkin hal itu terjadi begitu saja, tanpa pengetahuan yang memadai sebagai bekal mereka dalam mengelola pemanfaatan biota ini, meskipun masih sangat sederhana. Aspek biologi biota bisa dikaji dengan pendekatan etnosains interdisiplin, karena itu dalam mempelajari etnobiologi kekuak, penelitian ini menerapkan metode yang memadukan pendekatan emik dan etik, mencakup pengetahuan masyarakat lokal tentang habitat dan biotanya sendiri, termasuk taksonominya. Pengetahuan itu dieksplorasi, dikaji dan dikonfirmasi dengan pengetahuan ilmiah, melalui pengamatan lapangan partisipatif, pengamatan dan pengujian laboratorium, maupun pengkajian literatur terkait status taksonominya. Tujuan penelitian ini menganalisis aspek etnobiologi kekuak mencakup etnoekologi, etnozoologi dan taksonominya, yaitu karakteristik lingkungan habitat dan biota serta status taksonomi kekuak. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi untuk melengkapi, mengklarifikasi dan mengilmiahkan pengetahuan lokal terkait pemanfaatan kekuak oleh masyarakat setempat, dan menjadi dasar ilmiah bagi upaya pengelolaan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

5.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan tiap periode musim tangkap kekuak, terutama pada puncaknya April-Juni. Difokuskan sebagai studi kasus pada kehidupan masyarakat nelayan dan penangkap kekuak di Pebuar, Nangkabesar dan Kota Pangkalpinang. Penelitian juga dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Data dikumpulkan dengan wawancara langsung dan pengamatan partisipatif kegiatan pemanfaatan kekuak di lokasi tangkap, kediaman warga dan pasar Lampiran 9. Informan kunci terpilih berasal dari warga setempat sebagai nelayan, penangkap, pedagang dan konsumen produk kekuak. Kegiatan lapangan berupa pengumpulanpembuatan spesimen biota kekuak kering dan basah, segar dan awetan dan pengambilan contoh substrat habitatnya. Kegiatan laboratorium berupa analisis tanah untuk memperoleh data subtstrat habitat, dan pengamatan serta pengukuran spesimen biota untuk data morfologi dan anatominya. Data yang terkumpul dibuat uraian dan penjelasaannya, dilengkapi foto dokumentasi hasil pengamatan di lapangan dan laboratorium. Analisis data pada umumnya secara kualitatif, berupa analisis konten terhadap spesimen biota, dokumentasi situs habitat, catatan pengamatan lapangan dan keterangan dari para informan. Hasil analisis kualitatif ini dikonfirmasi dengan hasil analisis kuantitatif dari analisis tanah substrat habitat dan isi perut biota kekuak, serta pengukuran tubuh atau spesimennya.

5.2.1 Prosedur analisis substrat

Analisis ini diawali pengambilan sampel tanah habitat secara purposive pada beberapa lokasi tangkap stasiun sebagai habitat utama kekuak. Di perairan