Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

82 5 diperoleh harga t 1,980. Sehingga harga t lebih besar dari t t pada taraf signifikasi 5 1,9871,980. Selain itu nilai sig. 2-tailed menunjukan angka 0,049 yang berarti bahwa Sig. 2-tailed0,05. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti. Hasil penelitian yaitu terdapat perbedaan manajemen diri akademik antara mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet. Data menunjukan bahwa manajemen diri akademik mahasiswa non-atlet lebih tinggi dari pada manajemen diri akademik mahasiswa atlet.

D. Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan manajemen diri akademik antara mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY. Berdasarkan hasil penelitian diketahui mahasiswa non-atlet memiliki manajemen diri akademik yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa atlet. Hal ini didasarkan pada nilai t lebih besar dari t t pada taraf signifikasi 5 1,9871,980. Nilai sig. 2-tailed menunjukan angka 0,049 yang berarti bahwa Sig. 2-tailed0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan manajemen diri akademik yang signifikan antara mahasiswa atlet dan non- atlet. Berdasarkan perhitungan, diperoleh mean sebesar 161,3 untuk mahasiswa atlet dan 167,2 untuk mahasiswa non-atlet. Hal ini berarti manajemen diri akademik mahasiswa non-atlet lebih tinggi dibandingkan manajemen diri akademik mahasiswa atlet. Hasil penelitian tersebut sesuai 83 dengan penelitian yang dilakukan oleh Pedescleaux 2010: 123 mengenai perbandingan antara mahasiswa atlet dan non-atlet. Tujuan penelitian yang dilakukan Pedescleaux yaitu untuk mengetahui faktor-faktor motivasi non- kognitif sebagai indikator pencapaian akademik atlet pria dan non-atlet pria. Hasil dari penelitian yaitu terdapat perbedaan motivasi dan prestasi akademik antara atlet laki-laki dan bukan atlet. Siswa non-atlet laki-laki lebih menikmati diskusi dan lebih nyaman dalam aktivitas belajar mengajar di dalam kelas dibandingkan atlet laki-laki sepakbola. Pada penelitian ini terdapat perbedaan manajemen diri akademik mahasiswa atlet dan non-atlet di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang ditunjukkan masih terdapat beberapa mahasiswa atlet kurang mampu mengatur diri bidang akademik. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Ali Maksum 2007: 114 bahwa atlet memiliki kecenderungan karakter seperti ambisi prestatif, kerja keras, gigih, komitmen, cerdas dan dapat mengatur dirinya. Faktor yang mempengaruhi manajemen diri akademik yaitu penyusunan tujuan, regulasi emosi, regulasi usaha, pengaturan waktu, pengaturan lingkungan fisik dan sosial Dembo. 2004: 93-165. Faktor pertama, yaitu penyusunan tujuan. Menurut Locke dalam Dembo 2004: 98 penyusunan tujuan adalah seberapa sadar individu mencoba untuk melakukan sesuatu hal dan menetapkan tujuan. Hal ini mengacu pada proses pembentukan standar untuk melakukan kinerja. Sebagian individu memiliki tujuan dalam berbagai domain seperti akademik, sosial, pekerjaan, dan pribadi. Beberapa tujuan 84 bersifat jangka pendek, jangka panjang dan jangka sangat panjang. Mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet memiliki tujuan dalam berbagai ranah kehidupan, salah satunya dalam bidang akademik. Namun mahasiswa atlet memiliki tujuan yang lebih kompleks dibanding mahasiswa non-atlet. Mahasiswa atlet memiliki tujuan dalam bidang akademik dan pencapaian prestasi keatletan. Salah satu karakteristik atlet yaitu memiliki harapan untuk sukses dalam pertandingan Monty P. Satiadarma, 2000: 41. Sehingga para atlet menyusun perencanaan tujuan yang akan dicapai antara kesuksesan dalam bidang akademik kuliah atau tercapainya prestasi keatletan. Adapun mahasiswa non-atlet memiliki kecenderungan akan menyusun pencapaian tujuan berfokus pada bidang akademik. Faktor kedua yang mempengaruhi manajemen diri akademik yaitu regulasi emosi dan usaha. Mahasiswa termasuk pada kategori dewasa dini. Monks, Knoers, Haditono 2002: 292 menyebutkan bahwa para dewasa dini memiliki kecenderungan untuk mampu berdiri sendiri. Selain itu Dewasa dini menggunakan pikiran untuk memecahkan masalah praktis yang berhubungan dengan tanggung jawab terhadap orang lain yang ditekankan pada pemenuhan tanggung jawab pada lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya, seperti anggota keluarga dan teman Schaie Willis, dalam Papalia, dkk., 2009: 141. Pada kalangan mahasiswa, tanggung jawab lebih cenderung pada penyelesaian studi hal ini dapat ditunjukan seberapa tinggi regulasi usaha yang dilakukan oleh mahasiswa. Observasi pra penelitian menunjukan bahwa beberapa mahasiswa atlet yang tidak mengumpulkan 85 tugas sebagai pengganti perkuliahan dengan tepat waktu. Sehingga dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh mahasiswa atlet dalam hal akademik masih belum maksimal. Faktor ketiga yaitu mengenai penggunaan waktu. Tujuan dari pengaturan waktu adalah untuk memastikan bahwa individu menyelesaikan semua tugas- tugas penting setiap harinya. Smith dalam Dembo 2004: 140 menyatakan bahwa mengontrol hidup berarti mengendalikan waktu. Mengendalikan waktu berarti mengendalikan peristiwa dalam kehidupan. Salah satu faktor penting dalam mengembangkan sistem manajemen waktu yang efektif adalah memprioritaskan tugas. Kegiatan mahasiswa atlet terbagi atas kewajiban dalam melaksanakan perkuliahan dan latihan dalam mempersiapkan pertandingan. Berbeda dengan mahasiswa atlet, mahasiswa non-atlet fokus dalam memanajemen waktu hanya pada kegiatan perkuliahan atau aktivitas harian, artinya mahasiswa non-atlet tidak diberikan beban waktu latihan seperti mahasiswa atlet sehingga memiliki waktu yang lebih banyak daripada mahasiswa atlet. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mahasiswa non-atlet memiliki rerata skor penggunaan waktu yang lebih tinggi dibanding rerata skor mahasiswa atlet misalnya kemampuan mengatur waktu dalam penyelesaian tugas, pengaturan waktu istirahat dan waktu belajar, ketepatan kehadiran dalam perkuliahan, persiapan untuk mengikuti ujian. Dilihat dari hasil observasi pra penelitian, mahasiswa atlet memiliki kepadatan waktu latihan untuk persiapan pertandingan atau peningkatan kompetensi keatletan, sehingga mempengaruhi kondisi fisik mahasiswa 86 tersebut dengan manajemen waktu untuk belajar. Hal ini didukung oleh pernyataan Muhibbinsyah dalam Sugihartono, dkk., 2013: 77 mengenai tiga faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal yang meliputi jasmani dan rohani, faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa, dan faktor pendekatan belajar, sehingga ketidaksiapan fisik pada mahasiswa atlet berdampak pada manajemen diri akademiknya. Oleh sebab itu, mahasiswa atlet memiliki prioritas penggunaan waktu belajar lebih sedikit daripada mahasiswa non-atlet. Faktor keempat yaitu pengaturan lingkungan fisik dan sosial. Menurut Sugihartono, dkk., 2013: 90 dalam teori belajar faktor lingkungan akan mempengaruhi kelancaran dalam proses belajar. Faktor lingkungan terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana, serta suasana belajar yang kondusif. Di Fakultas Ilmu Keolahragaan terdapat fasilitas perkuliahan yang memadai seperti, Laboratorium Media Pembelajaran, Terapi dan Rehabilitasi, Laboratorium Anatomi, Laboratorium Tes Pengukuran, Laboratorium Fisiologi, Laboratorium Kondisi Fisik, Laboratorium Histologi, Laboratorium Prestasi Olahraga, Kolam Renang, Gedung Olahraga, Sport Smart , Fitness Center , Wisma Olahraga, Perpustakaan, serta Lapangan Tenis. sumber: http:fik.uny.ac.idprofil-fik. Hal ini menunjukan bahwa dukungan fasilitas yang berbentuk fisik untuk mahasiswa atlet maupun non-atlet memadai. Namun fasilitas fisik apabila tidak dimanfaatkan dengan baik maka kegiatan akademik juga tidak akan maksimal. Selain pengaturan lingkungan fisik. Hal yang mempengaruhi manajemen diri akademik yaitu lingkungan 87 sosial. Lingkungan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk menentukan kapan individu harus bekerja sendiri atau dengan orang lain, mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman sebaya, dan sumber-sumber non-sosial seperti buku referensi, buku teks tambahan, atau internet Zimmerman Risemberg dalam Dembo, 2004: 166. Lingkungan sosial mahasiswa atlet diluar jam perkuliahan cenderung bersama teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa dikarenakan waktu yang digunakan lebih banyak bersama tim dan pelatih, sedangkan mahasiwa non-atlet memiliki waktu yang lebih banyak dengan teman sebaya atau sekelas untuk berdiskusi atau menyelesaikan tugas kelompok. Dikarenakan kesibukan mahasiswa atlet untuk berlatih, mereka lebih mengoptimalkan sumber-sumber belajar dengan internet, sedangkan mahasiswa non-atlet memiliki kesempatan untuk belajar di perpustakaan fakultas dan universitas. Pada dasarnya individu yang memiliki manajemen diri akademik yang tinggi diindikasikan memiliki motivasi tinggi dalam kegiatan akademik, metode belajar yang sesuai dengan masing-masing individu, manajemen waktu yang baik, lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mendukung aktivitas akademik, serta mampu mengontrol kinerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen diri akademik mahasiswa non-atlet lebih tinggi daripada mahasiswa atlet. Namun, berdasarkan data tidak semua mahasiswa atlet memiliki manajemen diri akademik yang rendah. Selain itu nilai signifikansi hasil hipotesis menunjukan perbedaan manajemen diri 88 akademik mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet yang sedikiit. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor manajemen diri akademik. Berdasarkan pembahasan di atas lebih rendahnya manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet tidak sepenuhnya menjadi hal yang negatif bagi mahasiswa atlet. Mahasiswa atlet memiliki beberapa tujuan yaitu fokus dalam akademik maupun keatletan. Mahasiswa atlet memiliki prestasi bidang keolahragaan sehingga bakat yang ada pada dirinya berkembang. Misalnya mahasiswa atlet dapat mengukir prestasi olahraga pada tingkat daerah, nasional maupun internasional. Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa non- atlet memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa atlet. Walaupun demikian mahasiswa non-atlet dapat mengembangkan bakat dan minat pada kegiatan non olahraga atau kegiatan lainnya, seperti kegiatan organisasi atau bidang lain. Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen diri akademik sangat penting bagi individu untuk mengontrol diri atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Seseorang yang mampu mengontrol kegiatan akademiknya akan membantu dalam kesuksesan dalam pendidikannya. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan manajemen diri akademik antara mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet. Skor manajemen diri akademik mahasiswa non-atlet lebih tinggi dibanding mahasiswa atlet. 89

E. Keterbatasan Penelitian