PERBEDAAN MANAJEMEN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA ATLET DAN MAHASISWA NON-ATLET PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FIK UNY.

(1)

i

PERBEDAAN MANAJEMEN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA ATLET DAN MAHASISWA NON-ATLET PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

KESEHATAN DAN REKREASI FIK UNY

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Niken Cahyaningsih NIM 11104241037

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Karena sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan ”

(QS. Al-Insyirah: 5-6 )

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar” (Khalifah Umar)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:  Kedua orang tua

 Almamater saya BK FIP UNY  Agama, Bangsa, dan Negara saya


(7)

vii

PERBEDAAN MANAJEMEN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA ATLET DAN MAHASISWA NON-ATLET PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FIK UNY

Oleh

Niken Cahyaningsih NIM 11104241037

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuantitatif komparasi. Sampel yang diambil 60 mahasiswa atlet dan 60 mahasiswa non-atlet. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik disproportionate stratified random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah skala manajemen diri akademik. Skor validitas skala manajemen diri akademik dari angka 0,302 sampai dengan 0,628. Nilai koefisien reliabilitas alpha (α) pada skala manajemen diri akademik sebesar 0,936. Analisis data dilakukan dengan teknik statistik uji-t (t-test independent samples test).

Hasil analisis uji-t (t-test independent samples test) menunjukkan koefisien komparasi sebesar 1,987 dengan signifikansi sebesar 0,049 (sig<0,05) yang berarti hasil uji t-test independent samples test signifikan. Nilai signifikansi menandakan terdapat perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY. Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata sebesar 161,3 untuk mahasiswa atlet dan nilai rata-rata sebesar 167,2 untuk mahasiswa non-atlet, yang berarti bahwa mahasiswa non-atlet memiliki manajemen diri akademik yang lebih tinggi dibanding mahasiswa atlet.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Manajemen Diri Akademik pada Mahasiswa Atlet dan Mahasiswa Non-atlet Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan uluran tangan dari berbagai pihak, maka penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu perkenankanlah menyampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjalani dan menyelesaikan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memfasilitasi kebutuhan akademik penulis selama menjalani masa studi. 3. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin penelitian skripsi.

4. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan skripsi.

5. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan izin dalam penyusunan skripsi.

6. Ibu Rosita Endang Kusmaryani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar meluangkan waktu, perhatian, tenaga juga pikirannya untuk membimbing penyusunan skripsi.

7. Dosen-dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY atas segala ilmu dan pelajaran yang diberikan.

8. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Manajemen Diri Akademik ... 14

1. Pengertian Manajemen Diri Akademik ... 14

2. Komponen Manajemen Diri Akademik ... 16

3. Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Diri Akademik ... 19

B. Status Keatletan Mahasiswa UNY ... 23

1. Pengertian Status Keatletan Mahasiswa UNY... ... 23

2. Karakteristik Atlet ... 25

C. Perkembangan Dewasa Dini ... 33


(11)

xi

2. Karakteristik Masa Dewasa Dini... 34

3. Aspek-aspek Perkembangan Dewasa Dini ... 40

4. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Dini ... 44

D. Kerangka Pikir ... 45

E. Paradigma Penelitian ... 49

F. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 51

B. Variabel Penelitian ... 52

C. Definisi Operasional... 52

1. Manajemen Diri Akademik ... 52

2. Status Keatletan Mahasiswa UNY ... 53

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

1. Populasi Penelitian ... 53

2. Sampel Penelitian ... 55

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 57

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Metode Pengumpulan Data ... 58

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan ... 62

1. Uji Validitas Instrumen ... 62

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 66

H. Metode Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 73

1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Peneitian ... 73

2. Deskripsi Subyek Penelitian... 74

3. Deskripsi Data Hasil Penelitian... 75

a. Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Atlet ... 75


(12)

xii

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 78

1. Uji Normalitas ... 78

2. Uji Homogenitas ... 79

C. Pengujian Hipotesis ... 80

D. Pembahasan ... 82

E. Keterbatasan Penelitian ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran . ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data Kelulusan Mahasiswa Prodi PJKR ... 4

Tabel 2. Distribusi Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3. Sampel Penelitian ... 56

Tabel 4. Rentang Nilai Jawaban... 60

Tabel 5. Kisi-kisi Skala Manajemen Diri Akademik ... 61

Tabel 6. Rangkuman Item Valid Skala Manajemen Diri Akademik Hasil Uji Coba ... 65

Tabel 7. Penentuan Skor Minimal, Maksimal, Rentang, dan Mean Data Manajemen Diri Akademik ... 69

Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Data Manajemen Diri Akademik ... 69

Tabel 9. Distribusi Sampel Penelitian ... 75

Tabel 10. Hasil Analisis Statistik Deskripstif Mahasiswa Atlet ... 75

Tabel 11. Data Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Atlet ... 76

Tabel 12. Hasil Analisis Deskripstif Mahasiswa Non-Atlet. ... 77

Tabel 13. Data Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Non-Atlet. ... 77

Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ... 79

Tabel 15. Output Uji-t Perbedaan Manajemen Diri ... 81


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Paradigma Penelitian ... 49 Gambar 2. Diagram Data Manajemen Diri Akademik ... 76 Gambar 3. Diagram Data Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Non-Atlet 78


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Skala Manajemen Diri Akademik ... 98

Lampiran 2. Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Manajemen Diri Akademik ... 104

Lampiran 3. Skala Manajemen Diri Akademik Setelah Uji Validitas ... 106

Lampiran 4. Rekapitulasi Data Skor Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Atlet Sebelum Uji Validasi ... 110

Lampiran 5. Rekapitulasi Data Skor Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Non-Atlet Sebelum Uji Validasi ... 114

Lampiran 6. Rekapitulasi Data Skor Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Atlet Setelah Uji Validasi ... 117

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Skor Manajemen Diri Akademik Mahasiswa Non-Atlet Setelah Uji Validasi ... 121

Lampiran 8. Hasil Uji Prasyarat ... 125

Lampiran 9. Hasil Uji Hipotesis ... 127


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merupakan salah satu universitas

keguruan di Indonesia yang menyediakan 63 jurusan jenjang Strata-1 (S1), 12

program studi jenjang Strata-2 (S2), dan 5 program studi jenjang Strata-3 (S3)

baik kependidikan maupun murni. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

memiliki 7 fakultas diantaranya Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas

Bahasa dan Seni (FBS), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ilmu Sosial (FIS), Fakultas Ilmu

Keolahragaan (FIK) dan Fakultas Ekonomi (FE).

Menurut Intan Ayu (2014) salah satu fakultas yang memiliki daya minat

tinggi yakni Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) dengan passing grade pada

program studi Pendidikan Jasmasni Kesehatan dan Rekreasi sebanyak 31,1

%, Pendidikan Kepelatihan Olahraga 24,2%, Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Pendidikan Jasmani 25,6 % (sumber: http://infodaftarsbmptnsnmptn.

blogspot.com. Hal ini juga diperkuat oleh Nurhadi (2014) yang dikutip dari

http://www.uny.ac.id). Rektor UNY yaitu Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd,

M.A menjelaskan bahwa jurusan di Universitas Negeri Yogyakarta memiliki

animo yang tinggi dan tidak bisa lepas dari prestasi yang akhir-akhir ini

semakin mantap. Salah satu fakultas di Universitas Negeri Yogyakarta yaitu

Fakultas Ilmu Keolahragaan. Fakultas Ilmu Keolahragaan memiliki berbagai


(17)

2

seperti, Laboratorium Media Pembelajaran, Terapi dan Rehabilitasi,

Laboratorium Anatomi, Laboratorium Tes Pengukuran, Laboratorium

Fisiologi, Laboratorium Kondisi Fisik, Laboratorium Histologi,

Laboratorium Prestasi Olahraga, Kolam Renang, Gedung Olahraga, Sport

Smart, Fitness Center, Wisma Olahraga, Perpustakaan, serta Lapangan Tenis.

(sumber: http://fik.uny.ac.id/profil-fik)

Fakultas Ilmu Keolaragaan memiliki tiga jurusan dan empat Program

Studi (Prodi). Jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Keolahragaan meliputi

Jurusan Pendidikan Olahraga (POR), Jurusan Pendidikan Kepelatihan (PKL)

serta Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi (PJKR). Adapun empat

Program Studi (Prodi) tersebut meliputi Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan

dan Rekreasi (PJKR), Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan

Jasmani (PGSD Penjas), Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) dan

Prodi Ilmu Keolahragaan (IKORA). Program studi tersebut tiga diantaranya

adalah program kependidikan (PJKR, PGSD Penjas dan PKO) dan satu

program non kependidikan (IKORA).

Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR)

mencetak calon guru olahraga. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(PJKR) mempunyai kompetensi dasar yang harapannya dimiliki oleh

mahasiswanya seperti, kemampuan akademis atau profesional sesuai dengan

perkembangan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga,

kemampuan pedagogis (guru) dalam melakukan pembelajaran dengan


(18)

3

pendidikan. Kepribadian dan kemampuan sosial yang baik dalam

melaksanakan fungsi pendidikan dan pembelajaran.

Berbagai prestasi dicapai oleh mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan

dan Rekreasi (PJKR) baik akademik maupun non akademik. Pada prestasi

non akademik mahasiswa mencapai prestasi dalam berbagai kejuaraan cabang

olahraga baik tingkat daerah, provinsi, nasional maupun internasional.

Sebaran data menunjukkan bahwa jumlah atlet di program studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) cukup tinggi yaitu 114 orang

(sumber: Sub Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Keolahragaan).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 98) atlet diartikan

sebagai olahragawan yang terlatih kekuatan, ketangkasan untuk

diikutsertakan dalam pertandingan. Cabang keatletan dipillih sesuai dengan

keterampilan yang dimiliki oleh atlet. Basuki Wibowo (2002: 5)

mendefisinisikan atlet yaitu seseorang yang berprofesi atau menekuni suatu

cabang olahraga tertentu dan berprestasi pada cabang olahraga tersebut. Atlet

dapat mengukir prestasi pada tingkat daerah, nasional maupun internasional.

Atlet adalah seseorang yang menggeluti dan aktif melakukan latihan untuk

meraih prestasi pada cabang olahraga yang dipilihnya.

Beragamnya kegiatan yang dilakukan atlet seperti latihan rutin, latihan

tanding, mengikuti kejuaraan dan kegiatan lain yang membutuhkan

pengelolaan diri yang baik, misalnya teratur dalam makan, istirahat, dan

pembagian waktu latihan. Sebagian mahasiswa Fakultas Ilmu keolahragaan


(19)

4

mampu mengelola diri dalam belajar atau sering disebut manajemen diri

akademik termasuk mahasiswa atlet maupun non-atlet. Apabila dibandingkan

dengan siswa, mahasiswa memiliki kehidupan yang lebih kompleks, seperti

halnya mengatur waktu belajar dan mengurus kebutuhan untuk hidup karena

sebagian mahasiswa hidup mandiri tanpa pengawasan orang tua, sehingga

menajemen diri diperlukan oleh mahasiswa termasuk manajemen diri

akademik. Menurut Dembo (2004: 5-6) individu yang memiliki manajemen

diri akademik yang tinggi memiliki strategi untuk mengatur atau mengontrol

faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Adapun mahasiswa yang

tingkat manajemen diri akademiknya rendah, cenderung memiliki

kepercayaan yang salah mengenai kemampuan akademiknya, proses belajar

yang kurang dalam persiapan, dan rendahnya motivasi seperti tidak

menyadari akan perilaku belajarnya yang tidak efektif, tidak mampu untuk

mempertahankan strategi belajar dan motivasi yang efektif, serta tidak siap

untuk mengubah perilaku belajar.

Berdasarkan data kelulusan mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani,

Kesehatan dan Olahraga per Februari 2015 menunjukkan data sebagai

berikut.

Tabel 1. Data Kelulusan Mahasiswa Prodi PJKR Angkatan Mahasiswa yang Telah

Menyelesaikan Studi

Mahasiswa yang Belum Menyelesaikan Studi

Persentase

2008 269 mahasiswa 14 mahasiswa 4.9 %

2009 263 mahasiswa 49 mahasiswa 15.7 %

2010 227 mahasiswa 84 mahasiswa 27 %


(20)

5

Hal ini menunjukkan rentang masa studi mahasiswa Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) berkisar antara 3 tahun 7 bulan sampai 7

tahun. Berbagai faktor yang mempengaruhi mahasiswa tidak dapat

menyelesaikan dengan tepat waktu diantaranya yakni aktivitas lain (bekerja,

organisasi dan menikah), tidak dapat mengatur waktu belajar, sikap malas,

dan prokrastinasi.

Selain itu, apabila ditinjau dari aktivitas belajar di kelas Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) pada tanggal 26 Februari 2015 di

salah satu kelas angkatan 2013 menggunakan metode pengamatan,

menunjukkan bahwa beragam perilaku belajar yang ditunjukkan oleh

mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan yaitu sebesar 30% mahasiswa yang

menghadiri perkuliahan dengan tepat waktu. Dalam proses perkuliahan

berlangsung beberapa mahasiswa yang bermain handphone, tidur, makan di

kelas serta perilaku belajar yang kurang antusias.

Berdasarkan wawancara dari dua staf pengajar di Fakultas Ilmu

Keolahragaan pada tanggal 23 Februari 2015 menyatakan bahwa mahasiswa

Fakultas Ilmu Keolahragaan sebagian besar kurang memiliki kedisiplinan

dalam memasuki ruang perkuliahan. Jika dibandingkan dengan fakultas lain

yang ada di UNY, tugas yang dikumpulkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan memiliki kualitas tugas yang kurang maksimal. Selain itu ada

beberapa mahasiswa atlet yang tidak mengumpulkan tugas sebagai pengganti


(21)

6

Di Fakultas Ilmu Keolahragaan terdapat dukungan bagi kegiatan para

atlet misalnya, ketika atlet membutuhkan waktu ekstra untuk latihan

sehingga mengharuskan atlet tidak mengikuti perkuliahan, fakultas

memberikan kompensasi yaitu perkuliahan digantikan dengan tugas. Terdapat

beberapa kelebihan dan kekurangan dari atlet. Salah satu kelebihan yaitu

individu tersebut dapat mengembangkan dirinya sesuai bakat serta minat

yang dimiliki, namun terdapat pandangan bahwa mahasiswa yang menjadi

atlet kurang antusias dalam mengerjakan tugas serta kurang memperdalam

materi perkuliahan.

Peneliti melakukan wawancara pada mahasiswa tanggal 23 Februari 2015

pada 6 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan dari program studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR), memaparkan bahwa

dalam penyelesaian tugas lebih sering menggunakan sumber dari internet

yang kurang relevan dibandingkan dari buku maupun jurnal, selain itu salah

seorang mahasiswa memaparkan kelelahan fisik menyebabkan beberapa

mahasiswa tidak memasuki perkuliahan, persepsi mahasiswa FIK lebih

mementingkan keterampilan praktik dari pada menguasai pembelajaran di

dalam kelas.

Berdasarkan beberapa fakta di lapangan yang ditemukan mahasiswa

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) terindikasi memiliki

manajemen diri akademik yang rendah. Terlihat dari mahasiswa memiliki

persepsi bahwa perkuliahan praktik lebih penting daripada teori, sedangkan


(22)

7

Selain itu juga ditemukan sebagian mahasiswa yang kurang mencari referensi

untuk menunjang penyelesaian tugas, sedangkan orang yang memiliki

manajemen diri akademik yang tinggi cenderung mengoptimalkan berbagai

sumber guna berhasil dalam akademiknya.

Mahasiswa yang menjadi atlet sering terkendala dalam mengikuti proses

perkuliahan dikarenakan adanya latihan untuk kejuaraan cabang keolahragaan

yang diikutinya. Terdapat sebagian mahasiswa atlet yang kurang mampu

dalam membagi porsi belajar untuk akademik dan porsi latihan untuk

kejuaraan. Sebagian mahasiswa atlet tidak mengumpulkan tugas yang

diberikan oleh dosen sebagai pengganti ketidakhadiran dalam perkuliahan.

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian mahasiswa atlet kurang memiliki

manajemen diri akademik.

Penelitian mengenai perbandingan antara mahasiswa atlet dan non-atlet

dilakukan oleh Pedescleaux (2010: 123). Tujuan penelitian untuk mengetahui

faktor-faktor motivasi non-kognitif sebagai indikator pencapaian akademik

atlet pria dan non-atlet pria. Hasil dari penelitian yaitu terdapat perbedaan

motivasi dan IPK antara atlet laki-laki dan bukan atlet. Non-atlet laki-laki

lebih menikmati diskusi dan lebih nyaman dalam aktivitas belajar mengajar di

dalam kelas dibandingkan atlet laki-laki sepakbola. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan perlunya dukungan akademik dan sosial untuk siswa atlet pria

dan siswa non-atlet pria untuk memastikan perkembangan positif terhadap


(23)

8

Penelitian lain mengenai hubungan antara partisipasi atlet dan prestasi

akademik dengan pertimbangan jenis kelamin, etnis, partisipasi di sekolah

menengah oleh Cathey (2008: 76-77) menunjukkan hasil adanya perbedaan

yang signifikan antara siswa atlet dan non-atlet pada pembelajaran membaca,

matematika, dan ilmu pengetahuan, sedangkan siswa atlet memilki kewajiban

yang sama dengan siswa non-atlet. Salah satu tugas pokok sebagai siswa

yaitu mampu menguasai berbagai khasanah ilmu termasuk membaca,

berhitung dan ilmu pengetahuan. Apabila siswa kurang menguasai

pembelajaran akan mengganggu kelancaran studi serta tujuan pendidikan

tidak akan tercapai.

Perkembangan di bidang keolahragaan di Indonesia sangat pesat. Hal ini

tidak lepas dari peran seorang atlet. Atlet yang menyandang status mahasiswa

tentunya memiliki kewajiban dalam keberhasilan akademik maupun cabang

olahraga yang diikutinya. Menurut Carodine, Almond, & Gatto dalam

Pedescleaux (2010: 118) mahasiswa atlet menghadapi tantangan untuk

menguasai tugas perkembangan kognitif dan psikososial yang sama dengan

mahasiswa lainnya. Bagi mahasiswa atlet yang menempuh pendidikan di

program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) harus

memiliki kompetensi dasar untuk menjadi guru profesional. Untuk menjadi

lulusan yang kompeten tentunya manajemen diri akademik diperlukan untuk

menunjang keberhasilan akademik individu tersebut.

Berdasarkan paparan di atas mengenai manajemen diri akademik


(24)

9

manajemen diri akademik yang cenderung rendah serta belum banyaknya

penelitian mengenai perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa

atlet dan mahasiswa non-atlet program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan

dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY maka dianggap perlu

mengadakan penelitian. Apabila penelitian ini dilakukan, memberikan

manfaat bagi berbagai pihak. Salah satu manfaat yang diberikan oleh

penelitian ini yaitu ilmu pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan

bagi para mahasiswa serta penyelenggara pendidikan pada khususnya.

Selain untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan manajemen diri

akademik pada mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet program studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu

Keolahragaan UNY, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam layanan Bimbingan dan Konseling pada bidang belajar.

Misalnya pemberian bimbingan mengenai strategi memiliki manajemen diri

akademik yang baik. Manajemen diri akademik merupakan cara pengaturan

diri dalam belajar. Memiliki manajemen diri akademik berdampak dalam

kelancaran studi mahasiswa. Oleh karena itu, apabila perguruan tinggi yang

memiliki mahasiswa dengan manajemen diri akademik yang baik dapat

menghasilkan lulusan yang berkompeten. Salah satu unit pelaksana teknis di

UNY yaitu Unit Pelaksana Teknis Layanan Bimbingan dan Konseling (UPT

LBK). UPT LBK berkontribusi dalam memberikan pelayanan bimbingan dan

konseling bagi mahasiswa, karyawan beserta keluarga dan masyarakat


(25)

10

oleh UPT LBK yaitu bidang belajar, salah satunya manajemen diri akademik.

Hal ini sesuai dengan misi UPT LBK yaitu menyelenggarakan pelatihan

kepada civitas akademika yang berhubungan dengan peningkatan prestasi

belajar termasuk peningkatan belajar bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi (PJKR).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan permasalahan

sebagai berikut.

1. Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR)

memiliki kecenderungan sulit menyeimbangkan pemenuhan tanggung

jawab dalam pencapaian kompetensi praktik dan teori yang berdampak

pada kelancaran studi mahasiswa di perguruan tinggi.

2. Sebagian mahasiswa atlet memiliki aktivitas latihan yang padat sehingga

mengalami ketertinggalan perkuliahan dan belum ada penanganan

intensif sebagai upaya penyelesaian.

3. Berdasarkan perilaku yang nampak, terindikasi bahwa sebagian

mahasiswa atlet memiliki kecenderungan manajemen diri akademik yang

rendah. Sementara ini belum diketahui ada tidaknya perbedaan

manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan non-atlet program

studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu


(26)

11 C. Batasan Masalah

Kompleksnya permasalahan yang ada dan keterbatasan penelitian maka

perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini yaitu mahasiswa atlet memiliki kecenderungan manajemen diri

akademik yang rendah serta sejauh ini belum diketahui ada tidaknya

perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan non-atlet

program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Fakultas

Ilmu Keolahragaan UNY.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran manajemen diri akademik mahasiswa atlet

program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu

Keolahragaan UNY?

2. Bagaimana gambaran manajemen diri akademik mahasiswa non-atlet

program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu

Keolahragaan UNY?

3. Adakah perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan

mahasiswa non-atlet Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan


(27)

12 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan batasan masalah dan rumusan masalah di atas maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran manajemen diri akademik pada mahasiswa

atlet Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas

Ilmu Keolahragaan UNY.

2. Untuk mengetahui gambaran manajemen diri akademik pada mahasiswa

non-atlet Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

3. Untuk mengetahui perbedaan manajemen diri akademik pada mahasiswa

atlet dan mahasiswa non-atlet Program Studi Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling.

Sumbangsih yang dapat diberikan yakni kajian tentang perbedaan

manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan non-atlet Program

Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu


(28)

13 2. Secara Praktis

a. Bagi Mahasiswa Program Studi PJKR

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

menjadi masukan bagi mahasiswa mengenai manajemen diri

akademik pada mahasiswa.

b. Bagi Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Sebagai bahan informasi mengenai masalah-masalah dalam

manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet maupun non-atlet

serta membantu program studi untuk meningkatkan kualitas

mahasiswa baik atlet maupun non-atlet, sehingga dapat mencetak

lulusan yang kompeten di bidangnya.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bukti nyata

dan wawasan mengenai perbedaan manajemen diri akademik pada

mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet Program Studi Pendidikan


(29)

14 BAB II KAJIAN TEORI

A. Manajemen Diri Akademik

1. Pengertian Manajemen Diri Akademik

Menurut The Liang Gie (1996: 95) mendefinisikan tentang

manajemen diri yaitu kemampuan seseorang mengatur dan mengelola

dirinya untuk membawanya ke arah tercapainya tujuan hidup.

Masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga

pengelolaan diri disesuaikan dengan karakter serta tujuan yang akan

dicapai. Definisi lain mengenai manajemen diri merupakan perilaku yang

bertanggung jawab terhadap pengaturan segala perilakunya sendiri,

dengan tujuan agar menjadi individu yang lebih mandiri dan lebih

independen (Hamzah B. Uno, 2006: 219). Sebagai mahasiswa bentuk

dari tanggung jawab yaitu menyelesaikan studi dengan usaha semaksimal

mungkin. Kedua pendapat ahli tersebut mengungkapkan bahwa

pengaturan diri bermuara pada pencapaian tujuan hidup seseorang.

Manajemen diri (Woolfolk, 2009: 345) didefinisikan sebagai

pengelolaan perilaku dan menerima tanggung jawab pada tindakannya

sendiri. Pada teori behavioral manajemen diri menggunakan

prinsip-prinsip perilaku untuk mengubah perilaku sendiri. Manajemen diri

dibutuhkan dalam penyelesaian tugas di dalam kehidupan, misalnya

dalam penyelesaian pendidikan dan mendapatkan pekerjaan. Manajemen


(30)

15

dilakukannya dalam upaya mensukseskan kehidupannya. Pada

manajemen diri terdapat fase penetapan tujuan, proses monitoring dan

evaluasi serta pemberian penguatan pada diri.

Selanjutnya Wong (2009: 115) menjelaskan bahwa manajemen diri

merupakan kemampuan individu untuk menggunakan strategi agar

mampu mengelola dan melakukan pengawasan terhadap tujuan hidup.

Penetapan tujuan membutuhkan strategi khusus. Kemampuan dalam

penetapan tujuan mencakup manajemen waktu, motivasi, penyusunan

tujuan, manajemen stress, konsentrasi dan manajemen prokastinasi.

Selanjutnya Dembo memfokuskan manajemen diri pada akademik.

Dembo (2004: 4) menyatakan bahwa “management is a key term in understanding successful learners. They self-manage or control the factors influencing their learning”. Hal tersebut menerangkan manajemen diri akademik merupakan kunci penting dalam mencapai

kesuksesan belajar. Individu mengontrol diri atau faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar. Komponen manajemen diri meliputi

motivasi, metode belajar, penggunaan waktu, lingkungan fisik,

lingkungan sosial, dan kinerja.

Individu yang memiliki manajemen diri akademik yang baik

diindikasikan mampu mengendalikan faktor-faktor untuk mencapai

tujuan belajar. Misalnya menyusun jadwal belajar, berlatih

menyelesaikan soal-soal latihan, me-review atau mengulangi pelajaran


(31)

16

penting, memonitor kemajuan belajar, diskusi dalam kelas, mencari

sumber di perpustakaan, membagi waktu antara waktu luang dengan

belajar (Dembo, 2004: 5). Individu yang kurang memiliki manajemen

diri akademik tidak memiliki kepercayaan pada kemampuan yang

dimiliki, motivasi belajar yang rendah, tidak menyadari ketidakefektifan

cara belajar, gagal mempertahankan cara belajar yang efektif, dan tidak

dapat memilih atau mennetukan cara belajar yang tepat (Dembo, 2004:

8-9).

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa manajemen diri akademik merupakan strategi yang digunakan

individu untuk mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar. Komponen manajemen diri meliputi motivasi, metode belajar,

penggunaan waktu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan kinerja.

Melalui manajemen diri akademik memungkinkan seorang mampu

mengendalikan faktor-faktor untuk mencapai tujuan belajar.

2. Komponen Manajemen Diri Akademik

Dembo (2004: 10-17) menyatakan beberapa komponen manajemen

diri akademik sebagai berikut:

a. Motivasi

Motivasi merupakan proses internal dalam diri individu yang

membentuk energi dan menentukan tingkah laku. Proses internal

pada motivasi berupa tujuan, kepercayaan, persepsi, dan harapan.


(32)

17

sosiokultural, lingkungan kelas, dan faktor internal. (Dembo, 2004:

55). Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi lebih mampu

menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dibandingkan mahasiswa

yang memiliki motivasi yang rendah.

b. Metode Belajar

Metode belajar adalah cara yang digunakan siswa untuk

memperoleh pengetahuan. Siswa yang menggunakan metode belajar

yang lebih tepat akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan metode

belajar. Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru tetapi dapat

diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan

ensiklopedia.

c. Penggunaan Waktu

Penggunaan waktu merupakan bagian penting dalam manajemen

diri akademik. Tujuan dari manajemen waktu adalah untuk

memastikan bahwa individu menyelesaikan semua tugas-tugas

penting setiap harinya. Terdapat hubungan positif antara manajemen

waktu dengan pencapaian akademik. Siswa dengan keterampilan

manajemen waktu yang baik cenderung memiliki nilai rata-rata yang

lebih tinggi daripada siswa dengan keterampilan manajemen waktu


(33)

18

d. Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial

Aspek penting lain dari manajemen diri adalah kemampuan

peserta didik untuk membentuk struktur baru berkaitan dengan

lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan. Zimmerman

& Martinez-Pons (dalam Dembo 2004:15) menemukan bahwa siswa

yang berprestasi tinggi lebih sering mencari bantuan orang lain dan

membentuk lingkungan belajar yang efektif daripada siswa yang

berprestasi rendah. Misalnya, kegiatan tersebut yaitu memilih lokasi

tempat untuk belajar yang tenang atau tidak mengganggu

konsentrasi.

e. Kinerja

Kinerja dibutuhkan dalam pemantauan dan mengontrol seberapa

jauh kesenjangan tujuan awal dengan hasil yang didapatkan. Untuk

mengetahui seberapa jauh kinerja, individu dapat berdiskusi dengan

guru atau dosen mengenai kekurangan dan kelebihan kinerja yang

sudah dilakukan. Setelah individu mengetahui hasil kinerja, langkah

selanjutnya yaitu mengkritik dan menentukan langkah selanjutnya

untuk mencapai tujuan selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

komponen manajemen diri akademik menurut Dembo terdiri dari lima

yaitu motivasi, metode belajar, penggunaan waktu, lingkungan fisik,

lingkungan sosial, serta kinerja. Kelima komponen tersebut membentuk


(34)

19

dapat digunakan untuk mengidentifikasi seberapa tinggi manajemen diri

akademik seseorang.

3. Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Diri Akademik

Beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen diri akademik

menurut Dembo (2004: 93-165) yaitu:

a. Penyusunan Tujuan

Penyusunan tujuan memberikan manfaat dalam diri individu

seperti membantu mencapai impian dan ambisi, serta mendirikan

harapan positif bagi prestasi. Siswa menetapkan tujuan dan

mengembangkan rencana secara bertanggung jawab untuk

tercapainya kehidupan. Menurut Zimmerman & Martinez-Pon dalam

Dembo (2004: 12) Ketika individu menetapkan dan berusaha untuk

mencapai tujuan pribadi, mereka lebih memperhatikan petunjuk,

mengeluarkan usaha yang lebih besar, dan meningkatkan rasa

percaya diri mereka ketika mereka melihat diri mereka membuat

kemajuan. Perencanaan tujuan penting sebagai dasar penentuan

langkah seseorang sehingga memperoleh tujuan yang diinginkan.

b. Meregulasi Emosi dan Usaha

Emosi akan mempengaruhi individu dalam melakukan kegiatan

belajar. Salah satu cara meregulasi emosi yaitu melalui self-talk.

Contoh self-talk yaitu melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan

positif pada diri sendiri, membuat siswa berpikir tentang cara-cara


(35)

20

Self-talk negatif dapat diubah dengan mengulang secara terus menerus pernyataan positif pada diri sendiri.

c. Pengaturan Waktu

Tujuan dari pengaturan waktu adalah untuk memastikan bahwa

individu menyelesaikan semua tugas-tugas penting setiap harinya

Smith dalam Dembo (2004: 140) menyatakan: "Mengontrol hidup

berarti mengendalikan waktu, dan mengendalikan waktu berarti

mengendalikan peristiwa dalam kehidupan". Salah satu faktor

penting dalam mengembangkan sistem manajemen waktu yang

efektif adalah memprioritaskan tugas.

d. Pengaturan Lingkungan Fisik dan Sosial

Lingkungan fisik dan sosial seseorang merupakan salah satu

faktor untuk mencapai belajar yang efektif. Oleh karena itu, penting

untuk memahami sejauh mana faktor-faktor lingkungan dan sosial

mempengaruhi belajar dan sejauh mana individu dapat membuat

perubahan yang diperlukan dalam lingkungan yang kondusif.

Individu menentukan tindakan untuk beradaptasi dengan

lingkungan kemudian mengubah lingkungan sesuai dengan

kebutuhan. Manajemen lingkungan sosial berkaitan dengan

kemampuan untuk menentukan kapan individu harus bekerja sendiri

atau dengan orang lain, mencari bantuan dari instruktur, tutor, teman


(36)

21

teks tambahan, atau Internet (Zimmerman & Risemberg dalam

Dembo, 2004: 166).

Motivasi dan persepsi menjadi pembeda individu satu dengan

yang lain berkaitan dengan kemampuan dalam mengelola

lingkungan fisik dan sosial. Ciri-ciri siswa yang kompeten yaitu

memiliki perasaan yang dapat mengendalikan keberhasilan akademis

mereka, memiliki orientasi pembelajaran yang efektif dan lebih

mungkin untuk mencari bantuan tutor atau pihak lain untuk

membantu kesuksesan akademiknya (Newman & Schwager, dalam

Dembo, 2004: 167).

Terkait dengan manajemen diri akademik Ahmad Abdul Jawwad

memakai istilah manajemen diri belajar. Belajar merupakan bagian dalam

proses kegiatan akademik. Beberapa faktor yang mempengaruhi

manajemen diri belajar menurut Ahmad Abdul Jawwad (2007: 25-36)

yaitu sebagai berikut.

a. Penggunaan Waktu

Kemampuan manajemen diri akademik juga dipengaruhi oleh

penggunaan waktu. Pembagian waktu bertujuan untuk mengatur

segala kegiatan agar mencapai tujuan awal yang diinginkan. Individu

yang mampu menggunakan waktu dengan efisien dapat diartikan

bahwa individu tersebut memiliki manajemen diri akademik yang


(37)

22 b. Kondisi Sosial

Kondisi sosial berkaitan dengan hubungan antara individu satu

dengan individu yang lain. Kondisi sosial secara tidak langsung akan

membentuk kepribadian individu.

c. Tingkat Kondisi Ekonomi

Manajemen diri akademik juga dipengaruhi kondisi ekonomi

individu. Individu yang mampu mengatur keperluannya, seperti

mengutamakan suatu hal yang lebih penting, maka individu

cenderung mampu menuntaskan berbagai urusannya yang berkenaan

dengan belajarnya dan dapat memenuhi segala kebutuhannya demi

mencapai tujuan yang ingin diraihnya.

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh pada pemahaman seseorang

mengenai pentingnya manajemen diri akademik. Seseorang yang

paham dengan pentingnya manajemen diri akademik bagi dirinya

berusaha menerapkan manajemen diri akademik yang baik.

e. Kendala Lingkungan Sekitar

Lingkungan memberikan kontribusi dalam membentuk pola

pikir, perbuatan dan pengalaman. Segala pola pikir maupun

perbuatan yang muncul akan menentukan bagaimana kemampuan

manajemen diri akademik terbentuk.

Dari pendapat kedua ahli di atas, penulis cenderung memilih


(38)

23

(2004: 93-165). Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri

akademik menurut Dembo yaitu penyusunan tujuan, meregulasi emosi

dan usaha, pengaturan waktu, dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial.

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri akademik

yang diungkapkan oleh Dembo memiliki kemiripan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi manajemen diri akademik Ahmad Abdul Jawwad

yaitu penggunaan waktu, tingkat kondisi ekonomi, tingkat pendidikan,

kondisi sosial dan kondisi lingkungan.

B. Status Keatletan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1. Pengertian Status Keatletan Mahasiswa Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mahasiswa adalah

mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarmita, 2005:

375). Perguruan tinggi terdiri dari universitas dan sekolah tinggi.

Sedangkan menurut Dwi Siswoyo, dkk (2007: 121) mahasiswa adalah

manusia yang tercipta untuk selalu berpikir dan saling melengkapi. Hal

ini berarti mahasiswa menggunakan pikiran serta berinovasi sesuai

dengan bidang yang dimilikinya sehingga menjadi manusia yang utuh.

Peneliti menyimpulkan definisi mahasiswa yaitu individu yang sedang

menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Penelitian ini menggunakan istilah status keatletan mahasiswa UNY

untuk menjabarkan salah satu variabel penelitian. Status keatletan

mahasiswa UNY terdiri dari mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet.


(39)

24

mencapai prestasi disebut mahasiswa atlet. Mahasiswa atlet UNY dapat

mengikuti pelatihan di unit kegiatan mahasiswa, serta pelatihan

keolahragaan melalui klub di luar universitas. Terdapat beberapa unit

kegiatan mahasiswa cabang keolahragaan seperti atletik, bulu tangkis,

karate, basket, sepak bola, panahan, tenis meja, pencak silat, taekwondo,

tenis lapangan, judo, hoki, takraw, volly, softball, renang dan catur.

Sedangkan untuk istilah mahasiswa non-atlet, peneliti

mendefinisikan mahasiswa yang tidak mengikuti pelatihan khusus bidang

keolahragaan guna memperoleh prestasi serta tidak mengikuti kegiatan

kemahasiswaan yang berkaitan dengan bidang keolahragaan. Mahasiswa

non-atlet fokus terhadap perkuliahan dan kegiatan lain yang namun

kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan pelatihan bidang

keolahragaan khusus untuk mengikuti kejuaraan. Berdasarkan

pembahasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa atlet yaitu

individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi serta

mengikuti pelatihan khusus bidang keolahragaan guna mencapai prestasi.

Sedangkan mahasiswa non-atlet yaitu individu yang sedang menempuh

pendidikan di perguruan tinggi, tidak mengikuti pelatihan khusus bidang

keolahragaan serta tidak mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang


(40)

25 2. Karakteristik Atlet

a. Pengertian Atlet

Menurut Hasan Sadili (1990: 316), atlet merupakan individu

yang memiliki prestasi yang lebih daripada individu yang lain dalam

bidang olahraga. Kata atlet berasal dari bahasa Yunani yakni atlite.

Atlet adalah orang yang melakukan latihan-latihan agar

mendapatkan kekuatan badan, daya tahan, kecepatan, kelincahan,

keseimbangan, dan kelentukan dalam mempersiapkan diri jauh

sebelum pertandingan dimulai. Basuki Wibowo (2002: 5)

mendefisinisikan atlet yaitu seseorang yang berprofesi atau

menekuni suatu cabang olahraga tertentu dan berprestasi pada

cabang olahraga tersebut. Atlet dapat mengukir prestasi pada tingkat

daerah, nasional maupun internasional. Seorang atlet yang

berprestasi tinggi memiliki karakteristik ambisi prestatif, kerja keras,

gigih, komitmen, mandiri, cerdas, dan swakendali (Ali Maksum,

2007: 114). Atlet akan memperlihatkan kegigihan dan kerja keras

apabila didukung oleh keluarga, lingkungan serta pelatih yang baik.

Sedangkan menurut Sukadiyanto (2005: 4) atlet atau

olahragawan adalah seseorang yang menekuni dan aktif melakukan

latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga yang dipilihnya.

Pelatihan yang disiplin ditunjang dengan sarana dan prasarana yang

baik akan menghasilkan atlet yang profesional. Selanjutnya Monty


(41)

26

individu yang memiliki keunikan tersendiri. Atlet memiliki bakat,

pola kepribadian serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi

secara spesifik pada dirinya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, peneliti

menyimpulkan atlet atau olahragawan adalah seseorang yang

menekuni dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada

cabang olahraga yang dipilihnya serta mempersiapkan diri jauh

sebelum pertandingan dimulai. Seorang atlet yang berprestasi tinggi

memiliki karakteristik seperti memiliki ambisi prestatif, kerja keras,

gigih, komitmen, mandiri, cerdas, dan swakendali.

b. Aspek Kepribadian Atlet

Terdapat tiga aspek kepribadian atlet menurut Weinberg &

Gould dalam Monty P. Satiadarma (2000: 35) para psikolog secara

garis besar terdiri atas 3 (tiga) aspek kepribadian atlet sebagai

berikut.

1) Pendekatan “Trait”: kecenderungan untuk berperilaku secara tertentu dalam bereaksi terhadap situasi tertentu. Atlet memiliki

kecenderungan perilaku seperti berprestasi tinggi dan pantang

menyerah.

2) Pendekatan Situasional: pendekatan ini ditentukan oleh

proses-belajar mencontoh dan adanya penguatan sosial. Perilaku atlet

akan mengalami perubahan perilaku apabila lingkungannya


(42)

27

berbanding terbalik dengan perubahan perilaku akibat

lingkungan.

3) Pendekatan Interaksional: Pendekatan ini dipengaruhi oleh

faktor pribadi, individu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut

mempengaruhi tingkah laku seorang atlet.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek

kepribadian atlet memiliki tiga pendekatan. Masing-masing dari

pendekatan tersebut terdapat perbedaan dan persamaan. Peneliti

memiliki kecenderungan pada pendekatan interaksional yaitu,

memiliki faktor yang mempengaruhi tingkah laku dari seorang atlet

dari pribadi atlet tersebut dan lingkungan yang mendukung atlet itu

sendiri.

Selanjutnya Monty P. Satiadarma (2000: 41) menjelaskan

beberapa disposisi psikologis atlet sebagai berikut.

1) Keberanian Mengambil Resiko

Atlet yang memiliki banyak prestasi cenderung lebih berani

dalam mengambil resiko. Atlet yang memiliki banyak prestasi

memiliki kecenderungan untuk bisa menjadi penguasa

gelanggang bahkan superior di lingkungan kehidupannya.

Dengan kata lain semakin seseorang atlet mengikuti

pertandingan dan memenangkannya memiliki tingkat keberanian


(43)

28 2) Haus Terhadap Tantangan

Seorang atlet yang mengikuti pertandingan selalu

menghadapi situasi yang berbeda sehingga menimbulkan

tantangan yang berbeda pula. Atlet cenderung mencari

tantangan karena hal yang menantang merupakan motivator bagi

mereka.

3) Kompetitif

Atlet yang mendapat banyak prestasi lebih mengutamakan

keinginan berkompetisi dan tampil secara baik daripada sekedar

menang atau memperoleh penghargaan atas kemenangannya.

Dengan kata lain, yang penting yaitu atlet dapat

membandingkan kemampuannya dengan orang lain.

4) Percaya Diri

Rasa percaya diri berkaitan erat dengan upaya atlet

mempertahankan kendali emosi, berpikir positif,

mempertahankan konsentrasi, meningkatkan usaha untuk

memenangkan pertandingan, membuat keputusan tepat dan

akurat. Atlet yang lebih sering mendapatkan prestasi memiliki

tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi.

5) Kemampuan Meningkatkan Konsentrasi

Konsentrasi dibutuhkan seorang atlet dalam pertandingan.

Konsentrasi digunakan untuk menyusun strategi dalam


(44)

29

lebih mampu meningkatkan konsentrasi dan membentuk

strategi.

6) Memiliki Harapan untuk Sukses

Atlet yang menjalani latihan secara berkala serta memiliki

kematangan persiapan memiliki harapan yang lebih tinggi untuk

memenangkan sebuah pertandingan. Atlet dapat menilai

kemampuannya dalam menentukan harapan bagi karir ke

depannya.

7) Mampu Mengatasi Tekanan atau Stress

Seorang atlet yang sering mengikuti pertandingan lebih

mampu mengatasi stres pada saat latihan, pertandingan maupun

saat gagal.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

karakteristik atlet dalam hal disposisi psikologis memiliki

kecenderungan berani mengambil resiko, haus terhadap tantangan,

kompetitif, percaya diri, kemampuan meningkatkan konsentrasi,

memiliki harapan untuk sukses, mampu mengatasi tekanan atau stres.

c. Permasalahan Psikologi Atlet

Permasalahan psikologi atlet yang dapat dialami oleh atlet

menurut Soeharsono (dalam Yusup Hadisasmita, 1996: 87) meliputi:

1) Ketahanan Mental

Menurut Monty P. Satiadarma (2000: 43) ketegangan yang


(45)

30

dalam bertanding. Atlet yang sering mendapat prestasi sudah

lebih siap dalam menghadapi kekalahan maupun kemenangan

sehingga mentalnya sudah terbentuk.

2) Kepercayaan diri

McClelland (dalam Luxori Y., 2005: 56) bahwa

kepercayaan diri merupakan kontrol internal, perasaan akan

adanya sumber kekuatan dalam diri, sadar akan

kemampuan-kemampuan dan bertanggung jawab terhadap

keputusan-keputusan yang telah ditetapkannya. Pada atlet kepercayaan

menghadapi pertandingan lebih tinggi ketika atlet tersebut sudah

merasa cukup dalam mempersiapkan pertandingan serta merasa

lawan yang dihadapi memiliki kemampuan dibawah dari

dirinya.

3) Penguasaan diri

Penguasaan diri merupakan poin penting bagi seorang atlet.

Penguasaan diri yang dilakukan oleh atlet diperlihatkan dengan

adanya sikap berdiam diri untuk memusatkan perhatikan dan

mempersiapkan diri dalam menghadapi pertandingan.

4) Disiplin, Motivasi dan Semangat Juang

Kedisiplinan dapat ditumbuhkan dari pembiasaan

lingkungan dan keteguhan individu dalam melaksanakan

kegiatan latihan maupun jadwal istirahat yang sudah ditentukan


(46)

31

sudah tersedia. Sedangkan disiplin merupakan salah satu faktor

penting dalam keberhasilan.

5) Ketenangan, Ketekunan dan Kecermatan

Ketenangan, ketekunan dan kecermatan merupakan salah

satu point penting ketika menghadapi lawan. Ketika tenang dan

cermat maka atlet dapat menentukan strategi yang baik untuk

melumpuhkan lawan.

Dalam pembinaan atlet terdapat beberapa permasalahan seperti

permasalahan pembinaan atlet, masalah medis, dan psikologis.

Permasalahan dapat muncul karena berbagai faktor misalnya masalah

muncul dari atlet, pembina maupun kendala teknis.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Individu dalam Menjadi Atlet

Menurut Gould, Dieffenbach & Moffett (dalam Toho Cholik

Mutohir & Ali Maksum, 2007: 140) mengidentifikasi sejumlah faktor

lingkungan yang mempengaruhi atlet untuk berkembang diantaranya

lingkungan keluarga (orangtua, saudara, anggota keluarga yang lain),

lingkungan sekolah (guru olahraga) dan lingkungan olahraga (pelatih,

pembina, psikolog, atlet atau kompetitor). Hal ini dijelaskan lebih

lanjut sebagai berikut.

1) Orang tua

Menurut Patrikakou & Markum (dalam Toho Cholik


(47)

32

penting dalam prestasi anak. Hal ini ditinjukkan dengan orang

tua yang menentukan standar prestasi yang tinggi kepada

anaknya. Prestasi yang dicapai berkaitan dengan harapan orang

tua terhadap prestasi yang ingin dicapai anaknya. Orang tua

yang menerapkan pola asuh otoritatif lebih mungkin

memunculkan anak berprestasi dibandingkan dengan pola asuh

yang lainnya.

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah memberikan iklim bagi tumbuhnya

minat anak terhadap olahraga. Pengaruh lingkungan sekolah

juga berasal dari guru olahraga baik melalui pengajaran

langsung dengan menciptakan proses pembelajaran yang

menarik, bimbingan terhadap potensi yang dimiliki anak,

maupun pola bina yang ditampilkan seorang guru.

3) Lingkungan Olahraga

Lingkungan olahraga menjadi lingkungan utamanya dalam

meraih dan meniti karir sebagai atlet yang berprestasi. Pelatih

merupakan pelatih figur sentral yang memiliki peranan penting

seperti menyusun dan melaksanakan program latihan, selain itu

memiliki peran sosial (orang tua, kakak maupun sahabat). Pola

pembinaan yang diberikan pelatih mempengaruhi atlet untuk

meraih prestasi (Gould, Dieffenbach & Moffett dalam Toho


(48)

33

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi atlet diantaranya faktor keluarga, faktor

lingkungan sekolah dan faktor lingkungan olah raga. Individu

pertama kali mendapat pendidikan di lingkungan keluarga hal ini

menuntukan bagaimana karakter individu terbentuk. Ketika keluarga

memberikan dukungan kepada anak untuk berprestasi di bidang

olahraga maka memiliki kesempatan yang lebih untuk mencapai

prestasi di bidang olahraga.

C. Perkembangan Dewasa Dini 1. Pengertian Dewasa Dini

Dilihat dari usianya mahasiswa termasuk dalam kategori dewasa

dini. Dewasa menurut Hurlock (1980: 246) berasal dari kata adultus yang

berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “menjadi dewasa”. Masa Dewasa terbagi menjadi tiga yaitu masa dewasa

dini, masa dewasa madya, masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai

pada umur 18 tahun sampai 40 tahun. Pada dewasa dini terjadi

perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya

kemampuan produktif. Selain itu masa dewasa dini merupakan periode

penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan

sosial baru.

Sementara menurut Andi Mappiare (1983: 19), menyatakan dewasa


(49)

kira-34

kira usia empat puluh tahun. Selain itu batasan memasuki usia dewasa

dapat ditinjau dari :

a. Segi hukum, bila orang dewasa tersebut telah dapat dituntut tanggung jawabnya atas perbuatan-perbuatannya.

b. Segi pendidikan, bila mencapai kematangan: kognitif, afektif, dan psikomotor, sebagai hasil ajar atau latihan.

c. Segi biologis, bila diartikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dalam ukuran tubuh dan mencapai kekuatan maksimal, serta siap berproduksi (meneruskan keturunan).

d. Segi Psikologis, bila ditinjau dari status keadaan dewasa telah mengalami kematangan.

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa masa dewasa dini

masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun yang

dapat dilihat juga dari segi hukum, pendidikan, biologis dan psikologis.

2. Karakteristik Masa Dewasa Dini

Karakteristik masa dewasa dini menurut Hurlock (1980: 247-252)

yaitu:

a. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Pengaturan

Masa pengaturan yaitu masa untuk menentukan pola hidup yang

diyakini dapat memenuhi kebutuhan sekarang dan masa yang akan

datang. Individu dapat mengembangkan pola-pola perilaku, sikap dan

nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasan selama hidupnya.

Hal ini seperti memilih pasangan hidup dan pekerjaan yang dirasa

cocok dengan dirinya.

b. Masa Dewasa Dini sebagai Usia Reproduktif

Masa dewasa sebagai usia produktif merupakan masa dimana


(50)

35

ibu. Individu akan memasuki kehidupan rumah tangga dipengaruhi

oleh pendidikan dan pekerjaan. Ketika individu sudah merasa nyaman

dengan pekerjaannya maka kecenderungan untuk memasuki

kehidupan rumah tangga lebih tinggi.

c. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Bermasalah

Dewasa dini menghadapi masalah penyesuaian diri dalam

berbagai aspek utama kehidupan orang dewasa. Hal ini disebabkan

oleh masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang singkat.

Pada usia 21-30 tahun laki-laki menghadapi permasalahan yang

berkaitan dengan kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua,

dan karir. Sedangkan untuk wanita berupaya menyesuaikan diri dalam

kehidupan perkawinan sebagai peran orang tua dan karir. Pada usia

30-40 tahun, penyesuaian diri lebih dipusatkan pada hubungan dalam

keluarga. Kesulitan penyesuaian diri muncul ketika kurangnya

kemampuan individu yang memiliki persiapan untuk menghadapi

jenis-jenis masalah yang perlu diatasi oleh orang dewasa. Selain itu

individu mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan serempak

biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil. Dewasa dini

juga mengalami kesulitan penyesuaian karena tidak memperoleh

bantuan dalam menghadapi permasalahan dan pemecahan suatu


(51)

36

d. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Ketegangan Emosional

Ketegangan emosi terjadi akibat dari berhasil tidaknya

penyesuaian diri. Pada masa ini terdapat kekhawatiran pada masalah

pekerjaan, hubungan sosial, keuangan perkawinan atau peran sebagai

orang tua. Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi

masalah-masalah utama dalam kehidupan, maka emosional akan

terganggu.

e. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial

Dimulainya pola kehidupan rumah tangga seperti pekerjaan dan

pernikahan, hubungan dengan teman-teman sebaya masa remaja

menjadi renggang dan keterlibatan kegiatan di luar rumah terus

berkurang. Sebagai akibatnya mengalami keterpencilan sosial. Selain

itu keramahtamahan persahabatan ketika remaja akan tergantikan oleh

persaingan dalam masyarakat dewasa. Pada dewasa dini sebagian

besar waktu disisihkan kepada pekerjaan. Mereka hanya dapat

menyisihkan waktu untuk bersosialisasi dan membina hubungan.

Akibatnya, menjadi egosentris dan menambah kesepian.

f. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Komitmen

Sewaktu menjadi dewasa, orang-orang muda mengalami

perubahan tanggung jawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya

tergantung pada orang tua menjadi tanggung jawab mandiri. Hal ini

menjadikan dewasa dini menentukan pola hidup baru, tanggung jawab


(52)

37

komitmen baru mungkin terdapat perubahan, namun pola-pola ini

menjadi landasan yang akan menjadi pola hidup baru, tanggung jawab

dan komitmen di kemudian hari.

g. Masa Dewasa Dini Merupakan Masa Ketergantungan

Sebagian dewasa dini masih agak tergantung bahkan sangat

tergantung dengan orang lain dalam waktu yang berbeda-beda.

Ketergantungan dapat terjadi kepada orang tua, lembaga pendidikan

yang memberikan beasiswa. Sebagaian lain tidak menyukai

ketergantungan, walaupun mereka menyadari bahwa hal ini perlu agar

mendapat pekerjaan yang diinginkan. Ada beberapa dewasa dini yang

menolak terhadap ketergantungan akibat pendidikan panjang menjadi

terbiasa dengan ketergantungan ini sehingga meragukan kemampuan

diri sendiri untuk mandiri secara ekonomi.

h. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Perubahan Nilai

Terdapat beberapa penyebab perubahan nilai pada masa dewasa

dini, diantaranya yaitu jika orang yang memasuki dewasa muda ingin

diterima oleh anggota-anggota kelompok orang dewasa, mereka harus

menerima nilai-nilai kelompok tersebut. Kedua, orang yang memasuki

dewasa muda segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial

berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam keyakinan-keyakinan

dan perilaku seperti juga halnya dalam berpenampilan. Ketiga, dewasa

muda yang menjadi orang tua tidak hanya cenderung mengubah


(53)

38

punya anak, tetapi mereka juga bergeser kepada nilai-nilai yang lebih

konservatif dan lebih tradisional.

i. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru

Diantara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang

muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah

penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat

yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisional, serta

pola-pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, keluarga

berorangtua tunggal, dan berbagai pola baru di tempat pekerjaan

khusunya pada unit-unit kerja yang besar dan impersonal di bidang

bisnis dan industri. Menyesuaikan diri pada suatu gaya hidup yang

baru memang selalu sulit, karena persiapan yang diterima sewaktu

kanak-kanak dan remaja tidak berkaitan dengan gaya-gaya hidup yang

baru.

j. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Kreatif

Bentuk kreatifitas yang akan terlihat pada individu sesudah

dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individu serta

kesempatan yang mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang

memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Minat pada

kegiatan-kegiatan yang kreatif sudah dimulai pada usia duapuluh tahunan

namun puncak kreatifitas baru tercapai pada usia setengah baya. Hal

ini disebabkan karena kreatifitas pada awal masa dewasa sering


(54)

39

Oleh karena itu pada awal masa dewasa, orang muda itu tidak saja

harus menemukan dimana letak minat mereka tetapi mereka harus

juga mengembangkan daya kreatifitas ini.

Selanjutnya menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 156) dewasa dini

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Usia Reproduktif (reproductive age). Reproduktivitas atau masa kesuburan sehingga siap menjadi ayah atau ibu dalam mengasuh atau mendidik anak

b. Usia memantapkan letak kedudukan (setting down age). Individu mantap dalam pola-pola hidup. Misalnya dalam dunia kerja, perkawinan, dan memaninkan perannya sebagai orang tua.

c. Usia banyak masalah (problem age). Persoalan yang pernah dialami pada masa lalu mungkin berlanjut, serta adanya problem baru yang berhubungan dengan rumah tangga baru, hubungan sosial, keluarga, pekerjaan dan faktor kesempatan.

d. Usia tegang dalam emosi (emotional tension age). Mengalami ketegangan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi. Misalnya, persoalan jabatan, karir, perkawinan, keuangan, hubungan sosial atau saudara, teman dan kenalan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa

dewasa dini berbeda dari masa remaja. Banyak perubahan-perubahan

yang terjadi seperti perubahan cara hidup, perubahan nilai, serta

tanggung jawab yang semakin besar pada individu menimbulkan

berbagai permasalahan seperti usia tegang, dan usia banyak masalah.

Pada masa dewasa dini terdapat masa pengaturan yang mengembangkan

perilaku, sikap dan nilai-nilai. Salah satu yang dapat dikembangkan

dewasa dini sebagai seorang mahasiswa yaitu mengatur dirinya mengenai

akademik. Bila dikaitan dengan hal itu seharusnya dewasa dini sebagai

mahasiswa memiliki manajemen diri akademik yang baik. Selain itu


(55)

40

mahasiswa terdapat kecenderungan lebih mandiri apabila dibandingkan

dengan masa sekolah menengah atas, sehingga mahasiswa juga dapat

menyesuaikan dirinya berkaitan dengan tugas pokok sebagai mahasiswa.

Salah satunya mempunyai manajemen diri akademik yang baik.

3. Aspek-aspek Perkembangan Dewasa Dini

Terdapat beberapa aspek perkembangan dewasa dini yaitu

perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan emosi,

perkembangan sosial dan perkembangan moral (Papalia, et al, 2009:

116). Aspek perkembangan dewasa dini yang berkaitan dengan

manajemen diri akademik pada mahasiswa atlet dan mahasiswa non-atlet,

yaitu:

a. Aspek Perkembangan Fisik

Menurut Papalia, et al, (2009: 117) berpendapat pada masa

dewasa awal merupakan dasar fungsi fisik permanen. Kesehatan

fisik dipengaruhi oleh gen, makanan, dan pola hidup. Sejalan dengan

pendapat Papalia, Santrock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 159)

mengemukakan puncak kemampuan fisik individu dicapai antara

usia 18-30 tahun diikuti dengan kesehatan yang baik. Beberapa hal

yang harus diperhatikan pada usia ini yaitu nutrisi dan pola makan,

olahraga, serta ketergantungan obat.

Menurut Andi Mappiere (1983: 33) puncak efisiensi fisik

manusia pada pertengahan dua puluhan (23-27 tahun). Pada wanita


(56)

41

yang terjadi dengan wajar, siklus menstruasi yang berjalan teratur,

dan penampakan fisik yang sehat. Pada laki-laki telah sampai pada

tingkat sempurna dalam pertumbuhan fisiknya, memungkinkan

mereka untuk menggunakannya secara efisien untuk memperoleh

lapangan kerja, mencari teman hidup, dan hidup berkeluarga. Puncak

efisiensi fisik ini apabila digunakan untuk mencapai karir akan

mencapai hasil yang maksimal.

Menurut Andi Mappiere (1983: 34) dewasa dini umumnya dapat

mempertimbangkan kemampuan motoriknya sebelum melakukan

pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik. Faktor yang menunjang

pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini yaitu

kemampuan-kemampuan motorik telah mencapai kesempurnaan.

Oleh karena keadaan fisik yang kuat dan rata-rata kesehatan yang

baik dalam masa dewasa dini ini, memungkinkan mereka melatih

keterampilan-keterampilan secara lebih baik dibandingkan dengan

dikala remaja mereka. Selain itu

Menurut Andi Mappiere (1983: 34) terdapat pembagian

mengenai fisik. Dalam hal kekuatan atau tenaga individu mencapai

puncaknya dalam usia 20-30 tahun. Kecepatan maksimum dalam

merespon terjadi pada usia 20-25 tahun. Dalam hal mempelajari

keterampilan-keterampilan motorik baru masa dewasa dini lebih baik


(57)

42

Keterampilan motorik tersebut dapat digunakan oleh individu untuk

mencapai prestasi karir.

Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR)

memasuki masa dewasa dini. Berdasarkan pembahasan tersebut

diketahui bahwa masa dewasa dini merupakan masa puncak pada

perkembangan fisik. Sehingga ketika fisik mendapat pelatihan maka

hasil yang didapatkan akan optimal. Beberapa mahasiswa atlet

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) mengikuti

pelatihan bidang olahraga yang didampingi oleh pelatih sehingga

keterampilan fisik terasah dengan baik.

b. Aspek perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada masa dewasa dini menurut Schaie

& Willis dalam Papalia, et al (2009: 141) sebagai berikut:

1) Tahap Pencapaian (achieving stage)

Merupakan tahap individu memperoleh pengetahuan dan

keterampilan hanya untuk memperoleh pengetahuan dan

prestasi. Selanjutnya individu menggunakan pengetahuan untuk

mengejar tujuan, seperti karier dan keluarga. Masing-masing

individu memiliki usaha pencapaian prestasi yang berbeda-beda.

Hal ini dikarenakan tujuan hidup dari masing-masing individu


(58)

43

2) Tahap Tanggung Jawab (responsible stage)

Pada tahap ini dewasa dini menggunakan pikiran untuk

memecahkan masalah praktis yang berhubungan dengan

tanggung jawab terhadap orang lain, seperti anggota keluarga

dan orang di sekitarnya. Penekanan pada fase ini yaitu

pemenuhan tanggung jawab pada lingkungan keluarga dan

lingkungan sosialnya. Misalnya tanggung jawab dewasa dini

sebagai mahasiswa yaitu menyelesaikan tanggung jawab kuliah.

Pada mahasiswa atlet tanggung jawab menjadi bertambah yaitu

tanggung jawab menjadi mahasiswa dan sebagai atlet. Sehingga

harus menyelesaikan kedua tanggung jawab tersebut dengan

baik.

c. Aspek perkembangan Emosi

Monks, Knoers, & Haditono (2002: 292) menyebutkan bahwa

para dewasa dini memiliki kecenderungan untuk mampu berdiri

sendiri. Pada waktu ini orang dewasa dini membebaskan dirinya dari

orang tua. Hal ini tidak berarti bahwa ia dalam usahanya berdiri

sendiri, mencoba membebaskan dirinya dari pengaruh orang tua,

baik dalam segi afektif maupun dalam segi ekonomi. Sedangkan

menurut Rita Eka Izzaty, dkk., (2008: 160) menjelaskan bahwa

kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa ini

diantaranya perubahan kondisi kesehatan, perubahan status sosial


(59)

44

perubahan dalam peran seks, perubahan status dari belum menikah

ke menikah, menjadi orang tua, perubahan tekanan budaya dan

lingkungan. Minat sendiri dipengaruhi oleh pribadi individu,

lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pembahasan tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa aspek dewasa dini yang berhubungan dengan manajemen diri

akademik mahasiswa yaitu aspek kognitif, aspek fisik, dan aspek

emosi. Pada dewasa dini fisik berada pada fase optimal dalam

kekuatan dan kecepatan. Ketika pada masa dewasa dini kesehatan

berada pada posisi yang paling atas hal ini dapat dimanfaatkan untuk

mencari pekerjaan maupun mendapatkan pretasi yang berhubungan

dengan fisik.

4. Tugas Perkembangan Dewasa Dini

Menurut Hurlock (1980: 10) menyebutkan tugas-tugas

perkembangan pada masa dewasa dini yaitu.

a. Mulai bekerja b. Memilih pasangan

c. Mulai membuka keluarga dan belajar hidup dengan pasangan d. Mengasuh anak

e. Mengelola rumah tangga

f. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara g. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

Sebagai individu yang memasuki masa dewasa dini mahasiswa

memiliki tugas perkembangan mengambil tanggung jawab sebagai warga

negara. Salah satu bentuk tanggung jawab seorang mahasiswa yaitu


(60)

45

kompetensi dasar pada pendidikan yang sedang di tempuhnya. salah satu

cara menjadi mahasiswa yang baik yaitu memiliki manajemen diri

akademik yang baik. Hal ini ditunjukan mahasiswa mampu mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan akademik.

D. Kerangka Pikir

Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR)

merupakan salah satu program studi di kependidikan bidang keolahragaan di

Universitas Negeri Yogyakarta memiliki keragaman mahasiswa baik atlet

maupun non-atlet. Berbagai prestasi dicapai oleh mahasiswa Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) baik akademik maupun non

akademik. Pada prestasi non akademik mahasiswa mencapai prestasi dalam

berbagai kejuaraan cabang olahraga baik tingkat daerah, provinsi, nasional

maupun internasional. Atlet merupakan seseorang yang menekuni dan aktif

melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga yang

dipilihnya. Latihan dilakukan untuk mendapatkan prestasi tingkat daerah

maupun nasional bahkan internasional.

Berdasarkan kajian psikologi perkembangan, mahasiswa program studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) termasuk dalam kategori

dewasa dini. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun.

Terdapat beberapa aspek perkembangan dewasa dini yaitu perkembangan

fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosi. Perkembangan fisik

dewasa awal merupakan dasar fungsi fisik permanen yang dipengaruhi oleh


(61)

46

dan pola makan, olahraga, serta ketergantungan obat. Ketika fisik dilatih pada

masa dewasa dini maka akan mencapai hasil latihan yang maksimal.

Beberapa mahasiswa atlet Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(PJKR) Universitas Negeri Yogyakarta telah mengikuti pelatihan khusus

yang didampingi oleh tim pelatih sehingga memiliki aktivitas fisik yang baik.

Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui bahwa masa dewasa dini

merupakan masa puncak pada perkembangan fisik. Sehingga ketika fisik

mendapat pelatihan maka hasil yang didapatkan akan optimal. Beberapa

mahasiswa atlet Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR)

mengikuti pelatihan bidang olahraga yang didampingi oleh pelatih sehingga

keterampilan fisik terasah dengan baik

Dalam perkembangan emosi dewasa dini cenderung menjadi individu

yang mandiri tanpa meminta bantuan orangtua dalam segi afektif maupun

ekonomi. Dalam perkembangan kognitif pada masa dewasa dini terdiri dari

tahap pencapaian dan tahap tanggungjawab. Pertama, tahap pencapaian

memiliki konsekuensi besar yang berkaitan dengan tujuan hidup jangka

panjang berupa pencapaian karir dan pemerolehan pengetahuan. Kedua, tahap

tanggungjawab. Pada tahap ini menggunakan pikiran untuk memecahkan

masalah praktis yang berhubungan dengan tanggung jawab terhadap orang

lain yang ditekankan pada pemenuhan tanggung jawab pada lingkungan

keluarga dan lingkungan sosialnya, seperti anggota keluarga dan teman. Pada

kalangan mahasiswa, tanggung jawab lebih cenderung pada penyelesaian


(62)

47

mengalami permasalahan dalam menyelesaikan studi misalnya

menyelesaikan tugas dengan baik, masalah mengatur waktu belajar, aktivitas

lain (bekerja, organisasi dan menikah), lulus dengan waktu yang lama bahkan

dropout. Hal tersebut disebabkan oleh sikap malas dan sikap menunda-nunda pekerjaan atau prokrastinasi. Oleh sebab itu, pentingnya mahasiswa untuk

mengoptimalkan manajemen diri akademik atau academic self management.

Manajemen diri akademik merupakan kunci penting dalam mencapai

kesuksesan belajar. Individu mengontrol diri atau faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa komponen manajemen diri

akademik meliputi motivasi, metode belajar, penggunaan waktu, lingkungan

fisik, lingkungan sosial, dan kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi

manajemen diri akademik yakni penyusunan tujuan, meregulasi emosi dan

usaha, pengaturan waktu, serta pengaturan fisik dan sosial.

Individu yang memiliki manajemen diri akademik yang baik

diindikasikan mampu mengendalikan faktor-faktor untuk mencapai tujuan

belajar. Misalnya menyusun jadwal belajar, berlatih menyelesaikan soal-soal

latihan, me-review atau mengulangi pelajaran yang telah didapatkan di

sekolah, menggarisbawahi materi-materi yang penting, memonitor kemajuan

belajar, diskusi dalam kelas, mencari sumber di perpustakaan, membagi

waktu antara waktu luang dengan belajar. Individu yang kurang memiliki

manajemen diri akademik tidak memiliki kepercayaan pada kemampuan yang


(63)

48

belajar, gagal mempertahankan cara belajar yang efektif, dan tidak dapat

memilih atau mennetukan cara belajar yang tepat.

Mahasiswa yang memiliki aktivitas selain perkuliahan misalnya dalam

penelitian ini yakni mahasiswa sebagai atlet paling tidak memiliki kegiatan

dan tanggungjawab lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet atau

mahasiswa yang memiliki kegiatan utamanya sekolah saja. Selaras dengan

hal tersebut, hasil penelitian Pedescleaux (2010: 123) yaitu terdapat

perbedaan motivasi dan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) antara atlet laki-laki

dan bukan atlet. Perbandingan antara atlet laki-laki sepakbola dengan

non-atlet laki-laki menunjukan bahwa non-non-atlet laki-laki lebih menikmati diskusi

dan lebih nyaman dalam aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan perlunya dukungan akademik dan sosial

untuk siswa atlet laki-laki dan siswa non-atlet laki-laki untuk memastikan

perkembangan positif terhadap prestasi akademik.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Cathey (2008: 76-77) menjelaskan

adanya hubungan antara partisipasi atlet dan prestasi akademik berdasarkan

jenis kelamin, etnis, partisipasi di sekolah menengah. Penelitian tersebut

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa atlet dan

non-atlet pada pembelajaran membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan permasalahan dilapangan, kajian teori dan penelitian

sebelumnya di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan

penelitian yang membandingan manajemen diri akademik mahasiswa


(1)

124

No

Responden 31 32 35 36 37 39 40 41 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 Σ Ket 31 2 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 166 B 32 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 158 B 33 4 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 165 B 34 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 172 B 35 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 173 B 36 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 2 3 4 180 A 37 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 206 A 38 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 163 B 39 3 1 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 165 B 40 1 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 2 3 2 4 2 4 2 3 3 2 3 2 165 B 41 2 4 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 3 153 B 42 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 155 B 43 3 3 4 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 4 161 B 44 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 189 A 45 4 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 165 B 46 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 162 B 47 4 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 157 B 48 2 3 3 1 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 156 B 49 3 3 3 1 1 3 1 4 2 4 1 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 146 B 50 3 2 2 1 2 4 2 1 4 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 3 4 4 2 4 170 B 51 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 203 A 52 2 4 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 155 B 53 3 3 4 3 2 3 2 3 3 2 3 1 3 2 4 1 3 2 3 4 3 3 2 1 3 4 162 B 54 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 202 A 55 3 1 2 1 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 4 3 3 1 4 3 4 4 4 3 4 153 B 56 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 160 B 57 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 2 3 3 3 3 2 3 161 B 58 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 182 A 59 3 4 4 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 189 A 60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 201 A


(2)

125

Lampiran 8. Hasil Uji Prasyarat

A.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Mahasiswa_atle t

Mahasiswa_No n_Atlet

N 60 60

Normal Parametersa,b Mean 161,2500 167,2000

Std. Deviation 15,25781 17,46260

Most Extreme Differences

Absolute ,084 ,177

Positive ,069 ,177

Negative -,084 -,109

Kolmogorov-Smirnov Z ,647 1,374

Asymp. Sig. (2-tailed) ,797 ,046

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

126

B.

Uji Homogenitas

Independent Samples Test

Levene' s Test for Equality of Varianc es

t-test for Equality of Means

F Si

g.

t df Sig.

(2-taile d) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upp

er Manajemen_Diri_Aka demik Equal varianc es assum ed ,61 3 ,43 5 -1,9 87

118 ,049

-5,9500 0 2,9937 2 -11,878 39 -,021 61 Equal varianc es not assum ed -1,9 87 115,9 14

,049

-5,9500 0 2,9937 2 -11,879 50 -,020 50


(4)

127

Lampiran 9. Uji Hipotesis

Group Statistics

Status_Keatletan_Mahasiswa N Mean Std.

Deviation Std. Error Mean Manajemen_Diri_Akademik

Atlet 60 161,2500 15,25781 1,96978

Non-atlet 60 167,2000 17,46260 2,25441

Independent Samples Test

Levene' s Test for Equality of Varianc es

t-test for Equality of Means

F Si

g.

t df Sig.

(2-taile d) Mean Differen ce Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upp

er Manajemen_Diri_Aka demik Equal varianc es assum ed ,61 3 ,43 5 -1,9 87

118 ,049

-5,9500 0 2,9937 2 -11,878 39 -,021 61 Equal varianc es not assum ed -1,9 87 115,9 14

,049

-5,9500 0 2,9937 2 -11,879 50 -,020 50


(5)

128

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian


(6)