Kerangka Pikir KAJIAN TEORI

45 kompetensi dasar pada pendidikan yang sedang di tempuhnya. salah satu cara menjadi mahasiswa yang baik yaitu memiliki manajemen diri akademik yang baik. Hal ini ditunjukan mahasiswa mampu mengatur hal-hal yang berkaitan dengan akademik.

D. Kerangka Pikir

Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR merupakan salah satu program studi di kependidikan bidang keolahragaan di Universitas Negeri Yogyakarta memiliki keragaman mahasiswa baik atlet maupun non-atlet. Berbagai prestasi dicapai oleh mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR baik akademik maupun non akademik. Pada prestasi non akademik mahasiswa mencapai prestasi dalam berbagai kejuaraan cabang olahraga baik tingkat daerah, provinsi, nasional maupun internasional. Atlet merupakan seseorang yang menekuni dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga yang dipilihnya. Latihan dilakukan untuk mendapatkan prestasi tingkat daerah maupun nasional bahkan internasional. Berdasarkan kajian psikologi perkembangan, mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR termasuk dalam kategori dewasa dini. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun. Terdapat beberapa aspek perkembangan dewasa dini yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan emosi. Perkembangan fisik dewasa awal merupakan dasar fungsi fisik permanen yang dipengaruhi oleh gen, makanan, dan pola hidup, sehingga perlu juga memperhatikan nutrisi 46 dan pola makan, olahraga, serta ketergantungan obat. Ketika fisik dilatih pada masa dewasa dini maka akan mencapai hasil latihan yang maksimal. Beberapa mahasiswa atlet Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR Universitas Negeri Yogyakarta telah mengikuti pelatihan khusus yang didampingi oleh tim pelatih sehingga memiliki aktivitas fisik yang baik. Berdasarkan pembahasan tersebut diketahui bahwa masa dewasa dini merupakan masa puncak pada perkembangan fisik. Sehingga ketika fisik mendapat pelatihan maka hasil yang didapatkan akan optimal. Beberapa mahasiswa atlet Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR mengikuti pelatihan bidang olahraga yang didampingi oleh pelatih sehingga keterampilan fisik terasah dengan baik Dalam perkembangan emosi dewasa dini cenderung menjadi individu yang mandiri tanpa meminta bantuan orangtua dalam segi afektif maupun ekonomi. Dalam perkembangan kognitif pada masa dewasa dini terdiri dari tahap pencapaian dan tahap tanggungjawab. Pertama, tahap pencapaian memiliki konsekuensi besar yang berkaitan dengan tujuan hidup jangka panjang berupa pencapaian karir dan pemerolehan pengetahuan. Kedua, tahap tanggungjawab. Pada tahap ini menggunakan pikiran untuk memecahkan masalah praktis yang berhubungan dengan tanggung jawab terhadap orang lain yang ditekankan pada pemenuhan tanggung jawab pada lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya, seperti anggota keluarga dan teman. Pada kalangan mahasiswa, tanggung jawab lebih cenderung pada penyelesaian studi. Akan tetapi, dalam realitanya masih banyak mahasiswa yang 47 mengalami permasalahan dalam menyelesaikan studi misalnya menyelesaikan tugas dengan baik, masalah mengatur waktu belajar, aktivitas lain bekerja, organisasi dan menikah, lulus dengan waktu yang lama bahkan dropout . Hal tersebut disebabkan oleh sikap malas dan sikap menunda-nunda pekerjaan atau prokrastinasi. Oleh sebab itu, pentingnya mahasiswa untuk mengoptimalkan manajemen diri akademik atau academic self management. Manajemen diri akademik merupakan kunci penting dalam mencapai kesuksesan belajar. Individu mengontrol diri atau faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Terdapat beberapa komponen manajemen diri akademik meliputi motivasi, metode belajar, penggunaan waktu, lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen diri akademik yakni penyusunan tujuan, meregulasi emosi dan usaha, pengaturan waktu, serta pengaturan fisik dan sosial. Individu yang memiliki manajemen diri akademik yang baik diindikasikan mampu mengendalikan faktor-faktor untuk mencapai tujuan belajar. Misalnya menyusun jadwal belajar, berlatih menyelesaikan soal-soal latihan, me- review atau mengulangi pelajaran yang telah didapatkan di sekolah, menggarisbawahi materi-materi yang penting, memonitor kemajuan belajar, diskusi dalam kelas, mencari sumber di perpustakaan, membagi waktu antara waktu luang dengan belajar. Individu yang kurang memiliki manajemen diri akademik tidak memiliki kepercayaan pada kemampuan yang dimiliki, motivasi belajar yang rendah, tidak menyadari ketidakefektifan cara 48 belajar, gagal mempertahankan cara belajar yang efektif, dan tidak dapat memilih atau mennetukan cara belajar yang tepat. Mahasiswa yang memiliki aktivitas selain perkuliahan misalnya dalam penelitian ini yakni mahasiswa sebagai atlet paling tidak memiliki kegiatan dan tanggungjawab lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet atau mahasiswa yang memiliki kegiatan utamanya sekolah saja. Selaras dengan hal tersebut, hasil penelitian Pedescleaux 2010: 123 yaitu terdapat perbedaan motivasi dan IPK Indeks Prestasi Kumulatif antara atlet laki-laki dan bukan atlet. Perbandingan antara atlet laki-laki sepakbola dengan non- atlet laki-laki menunjukan bahwa non-atlet laki-laki lebih menikmati diskusi dan lebih nyaman dalam aktivitas belajar mengajar di dalam kelas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perlunya dukungan akademik dan sosial untuk siswa atlet laki-laki dan siswa non-atlet laki-laki untuk memastikan perkembangan positif terhadap prestasi akademik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Cathey 2008: 76-77 menjelaskan adanya hubungan antara partisipasi atlet dan prestasi akademik berdasarkan jenis kelamin, etnis, partisipasi di sekolah menengah. Penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa atlet dan non- atlet pada pembelajaran membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan permasalahan dilapangan, kajian teori dan penelitian sebelumnya di atas, peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian yang membandingan manajemen diri akademik mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi PJKR yang atlet dan non-atlet. 49 Peneliti memiliki hipotesis bahwa mahasiswa atlet memiliki manajemen diri akademik yang lebih rendah daripada mahasiswa non-atlet. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam memperdalam materi perkuliahan yang disebabkan oleh waktu latihan dan tanding, orientasi pencapaian prestasi yang berbeda, kegiatan yang melibatkan fisik lebih banyak sehingga mahasiswa cenderung capek dan mengalami penurunan konsentrasi. Berbeda dengan mahasiswa non-atlet yang memiliki kesempatan untuk fokus dalam memahami materi perkuliahan dengan baik, sehingga dalam penyelesaian tugas maupun penetapan tujuan belajar dapat tercapai sesuai dengan harapan.

E. Paradigma Penelitian