Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 dan penyakit; perkembangan dan kematangan; penentu psikologis mencakup pengalaman, belajar, determinasi, dan konflik; kondisi lingkungan mencakup keluarga, masyarakat, dan sekolah; dan penentu kultural yang mencakup budaya dan agama. Perbedaan tingkat penyesuaian diri juga dialami oleh siswa SMA. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, diketahui terdapat berbagai permasalahan mengenai kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di sekolah. Permasalahan yang sering terjadi di SMA N 5 Yogyakarta salah satunya adalah terlambat datang sekolah, hampir setiap hari terdapat siswa yang terlambat datang sekolah terutama pada siswa kelas XI dan XII yang mengikuti pendalaman materi PM. PM merupakan jam tambahan bagi siswa kelas XI dan XII yang dimulai pukul 06.25 WIB, yang diadakan pihak sekolah untuk mempertahankan serta meningkatkan prestasi siswa. Beberapa siswa beralasan terlambat datang ke sekolah karena bangun kesiangan, dan tidak ada yang mengantar ke sekolah. Guru BK dalam wawancara mengatakan bahwa sekolah bertindak tegas pada siswa yang terlambat datang ke sekolah dengan memberikan peringatan, sedangkan untuk siswa yang sering terlambat datang sekolah akan diberikan poin pelanggaran serta dilakukan kunjungan rumah home visit oleh guru BK atau dengan memanggil orang tua datang ke sekolah untuk mengetahui penyebab pasti siswa terlambat datang sekolah. Berdasarkan hasil observasi lebih lanjut, permasalahan lain yang muncul adalah siswa tidak menggunakan atribut sekolah secara lengkap, seperti sabuk, dan bed lokasi, tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, selain 6 itu dijumpai beberapa siswa yang memakai sepatu berwarna, tidak memakai pakaian adat ketika hari Kamis Pahing dimana semua siswa di wilayah Kota Yogyakarta harus memakai pakaian adat. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu menyesuaikan diri dengan otoritas atau tata tertib sekolah, hal ini karena tidak adanya aspek kesadaran diri pada siswa. Peneliti menemukan beberapa siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan. Dari hasil wawancara yang dilakukan, siswa mengaku sering mengantuk dan tidak paham dengan materi yang diajarkan pada pelajaran tertentu, selain itu juga karena siswa tidak berminat dengan pelajaran atau cara guru mengajar terasa membosankan. Siswa biasanya berbicara dengan teman sebangku, tidur atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Hal ini didukung dengan adanya kasus seorang siswa yang dikeluarkan guru dari kelas pada saat jam pelajaran berlangsung. Guru mata pelajaran terkait dalam wawancara menyampaikan bahwa siswa tidak memperhatikan ketika guru sedang mengajar, justru berbicara sendiri dan membuat suasana kelas menjadi ramai. Hal ini membuat guru kesal dan mengeluarkan siswa dari kelas untuk memberikan pelajaran pada siswa. Siswa sendiri mengaku bahwa sudah menjadi wataknya berbicara dengan sedikit berteriak. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak menguasai aspek kesadaran diri dan mengelola emosi, sehingga siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan guru maupun pelajaran. Sebagai siswa di sekolah, seharusnya siswa mampu menempatkan diri ketika berada di sekolah, terutama ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. 7 Observasi selanjutnya dilakukan ketika mengerjakan tugas kelompok. Beberapa siswa laki-laki tidak setuju jika berkelompok dengan siswa perempuan, sehingga mereka lebih memilih untuk membagi kelompok dengan memilih sendiri anggotanya dibandingkan pembagian secara acak. Selanjutnya, ketika jam istirahat berlangsung, beberapa siswa memilih untuk tidak bergabung dengan teman-temannya yang lain. Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa merasa dirinya mudah merasa malu dengan kawan lawan jenis, selain itu siswa juga merasa lebih suka menyendiri dibandingkan bergabung dengan teman-temannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menguasai aspek membina hubungan dengan teman sebaya, sehingga siswa kurang mampu menyesuaikan diri dengan teman sebayanya. Pada saat tugas kelompok berlangsung, ditemukan beberapa siswa yang memaksakan pendapatnya agar diterima oleh teman- temannya,namun siswa tersebut tidak mau menerima pendapat teman-temannya yang tidak sependapat dengannya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang mampu menerima sudut pandang orang lain, yang berarti bahwa siswa tersebut tidak menguasai aspek mengenali emosi orag lain atau empati. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat dikatakan bahwa masih banyak siswa yang memiliki masalah tentang kecerdasan emosi dan penyesuaian diri di sekolah. Banyaknya permasalahan penyesuaian diri di sekolah ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulisworo Kusdiyati, dkk 2011 yang menunjukkan hasil bahwa 52,5 siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih banyak siswa yang kurang mampu menyesuaikan diri di sekolah. 8 Perlunya kecerdasan emosi bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak, dan naluri moral. Semakin banyak bukti bahwa sikap etik dasar dalam kehidupan berasal dari kemampuan emosional yang melandasinyaAgus Efendi 2005: 191.Baik buruknya emosi yang dimiliki siswa, akan menentukan tindakan dan perilaku yang akan dilakukan siswa dalam mencapai tujuan. Emosi remaja yang tidak stabil memungkinkan remaja melakukan penyesuaian diri yang salah, sehingga siswa SMA sebagai remaja memerlukan kematangan emosi yang baik dalam menyelesaikan permasalahan. Seseorang yang matang secara emosi berarti mampu menerapkan aspek-aspek kecerdasan emosi dalam menyelesaikan permasalahan. Siswa diharapkan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi agar dapat menyelesaikan masalah penyesuaian diri, sehingga siswa dapat menentukan tindakan dan perilaku yang dilakukan dalam mencapai tujuannya. Kesuksesan seseorang tidak hanya ditetapkan oleh kecerdasan intelektual saja, melainkan juga membutuhkan kecerdasan emosi. Hal ini sejalan dengan pendapat Goleman 2004: 44 yang menyebutkan bahwa kecerdasan intelektual IQ hanya menyumbang 20 bagi kesuksesan, sedangkan 80 berasal dari faktor lain, diantaranya adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan intelektual tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kecerdasan emosi. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi merupakan kunci keberhasilan siswa dalam menyesuaikan diri di sekolah. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, kecerdasan emosi mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah. Penyesuaian diri dapat berhasil apabila siswa memiliki aspek-aspek kecerdasan emosi dalam dirinya, karena aspek-aspek 9 kecerdasan emosi saling berkaitan satu sama lain. Fernandez Berrocal dalam Lusiawati, 2013: 174 mengungkapkan bahwa remaja yang mampu mengelola emosi akan lebih mampu dalam mengatasi kehidupan sehari-hari, memfasilitasi penyesuaian diri yang lebih baik sehingga dapat mengatasi rasa ketidaknyamanan yang dialami. Siswa diharapkan memiliki aspek-aspek kecerdasan emosi yang tinggi agar kecerdasan emosi yang dimiliki tinggi.Semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula penyesuaian diri yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi siswa, maka semakin rendah pula penyesuaian dirinya. Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan emosi secara keseluruhan diduga berpengaruh terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta. Aspek-aspek kecerdasan emosi diduga juga memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri di sekolah. Namun besarnya peranan kecerdasan emosi secara keseluruhan serta aspek-aspek kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakartabelum diteliti. Maka dipandang perlu dilakukan penelitian untuk menguji pengaruh kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah serta aspek-aspek kecerdasan emosi yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut: 10 1. Terdapat siswa SMA N 5 Yogyakarta yang masih menunjukkan penyesuaian diri di sekolah kurang, ditandai dengan adanya sejumlah siswa yang kurang menguasai kemampuan membina relasi yang baik dengan guru ketika pelajaran berlangsung. 2. Terdapat siswa yang menunjukkan penyesuaian diri kurang, ditandai dengan kurangnya kemampuan siswa dalam menerima dan menghormati otoritas sekolah. 3. Terdapat siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang kurang, ditandai dengan adanya sejumlah siswa yang belum menguasai kemampuan mengenali emosi diri atau kesadaran diri. 4. Terdapat siswa yang memiliki kecerdasan emosi kurang, ditandai dengan kurangnya kemampuan siswa dalam menerima sudut pandang orang lain. 5. Diduga kurangnya penyesuaian diri di sekolah pada siswa dipengaruhi oleh kecerdasan emosi yang dimiliki siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, batasan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu pengaruh kecerdasan emosi serta aspek-aspeknya terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan pembatasan masalah diatas, dapat diajukan rumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: Apakah ada pengaruh kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas 11 XI di SMA N 5 Yogyakarta dan aspek-aspek kecerdasan emosi mana saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah, serta aspek-aspek kecerdasan emosimana yang berpengaruh secara signifikan terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat dua manfaat dari penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam Bimbingan dan Konseling, terutama dalam bidang BK Pribadi dan BK Sosial.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan: a. Bagi Siswa Kelas XI Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang dimiliki, agar dapat menyelesaikan permasalahan penyesuaian diri dengan melakukan tindakan dan perilaku yang tepat sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 12 b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA N 5 Yogyakarta Dapat memberikan masukan berupa gambaran tentang kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri di sekolah yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta, sehingga guru dapat memberikan layanan bimbingan yang tepat bagi siswa. c. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kecerdasan emosi, dan penyesuaian diri di sekolah. 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Kecerdasan Emosi

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Setiap individu memiliki kecerdasan dalam dirinya, baik kecerdasan intelektual, maupun kecerdasan emosional. Dimana kecerdasan tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda.Kecerdasan intelektual tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan kecerdasan emosi. Goleman 2004: 45 memberikan pandangan bahwa “kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati; dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa”. Menurut Cooper Sawaf dalam Agus Efendi, 2005: 172 “kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan da n pengaruh”. Agus Efendi 2005:172 menambahkan penjelasan mengenai kecerdasan emosional sebagai suatu jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin perasaan diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam meningkatkan, mengelola, dan memimpin motivasi diri sendiri dan orang lain untuk mengoptimalkan fungsi energi, informasi, hubungan dan pengaruh bagi pencapaian-pencapaian tujuan yang dikehendaki.