Hasil Uji Hipotesis Hasil Penelitian

88 2 Uji statistik t aspek-aspek kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah Tabel 26. Nilai Beta Aspek Kecerdasan Emosi terhadap Penyesuaian Diri Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh nilai beta untuk aspek- aspek kecerdasan emosi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa aspek kecerdasan emosi mempengaruhi penyesuaian diri dengan persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 atau Y = 11,135 + 0,133 X1 + 0,449 X2 + 0,938 X3 + 0,516 X4 + 1,822 X5 Keterangan: Y= penyesuaian diri X1= Mengenali Emosi Diri X2= Mengelola Emosi X3= Memotivasi Diri X4= Empati X5= Membina Hubungan Persamaan tersebut berarti bahwa: 1 Nilai konstanta a 11,135 menunjukkan bahwa jika tidak ada kecerdasan emosi maka nilai penyesuaian diri sebesar 11,135. 89 2 Nilai koefisien regresi aspek mengenali emosi diri sebesar 0,133 menyatakan bahwa setiap peningkatan aspek mengenali emosi diri sebesar 100 akan meningkatkan penyesuaian diri sebesar 13,3. 3 Nilai koefisien regresi aspek mengelola emosi sebesar 0,449 menyatakan bahwa setiap peningkatan aspek mengelola emosi sebesar 100 akan meningkatkan penyesuaian diri sebesar 44,9. 4 Nilai koefisien regresi aspek memotivasi diri sebesar 0,938 menyatakan bahwa setiap peningkatan aspek memotivasi diri sebesar 100 akan meningkatkan penyesuaian diri sebesar 93,8. 5 Nilai koefisien regresi aspek empati sebesar 0,516 menyatakan bahwa setiap peningkatan aspek empati sebesar 100 akan meningkatkan penyesuaian diri sebesar 51,6. 6 Nilai koefisien regresi aspek membina hubungan sebesar 1,822 menyatakan bahwa setiap peningkatan aspek membina hubungan sebesar 100 akan meningkatkan penyesuaian diri sebesar 182,2. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui nilai korelasi masing-masing aspek kecerdasan emosi. Diketahui aspek mengenali emosi diri sebesar 0,033; aspek mengelola emosi 0,121; aspek memotivasi diri 0,377; aspek empati 0,180; dan aspek membina hubungan 0,398. Dari hasil nilai korelasi tersebut diketahui koefisien determinasi masing-masing aspek kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri. Koefisien determinasi aspek mengenali emosi diri sebesar 0,109; aspek mengelola emosi sebesar 0,015; aspek memotivasi 90 diri sebesar 0,142; aspek empati sebesar 0,032; aspek membina hubungan sebesar 0,158. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat terlihat bahwa 3 dari 5 aspek-aspek kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyesuaian diri di sekolah, hal ini dapat dilihat dari hasil t hitung ≥ t tabel 2,015 serta memiliki nilai signifikansi ≤ 0,05. Aspek- aspek tersebut antara lain, aspek membina hubungan memiliki nilai t hitung paling besar yaitu 5,552 dengan signifikansi 0,000; aspek memotivasi diri memiliki hasil t hitung 5,218 dengan signifikansi 0,000; aspek empati memiliki t hitung 2,348 dengan nilai signifikansi sebesar 0,020. Sedangkan aspek mengelola emosi memiliki nilai t hitung ≤ t tabel yaitu sebesar 1,565 dengan nilai signifikansi 0,119 dan aspek mengenali emosi diri memiliki nilai t hitung ≤ t tabel yaitu 0,418 dengan nilai signifikansi sebesar 0,676. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta antara lain aspek membina hubungan, aspek memotivasi diri dan aspek empati.

B. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilakukan pembahasan mengenai hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis utama dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta. Hipotesis tambahannya adalah pengaruh antara aspek-aspek kecerdasan emosi yaitu mengenali emosi diri 91 atau kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain atau empati, serta membina hubungan terhadap penyesuaian diri di sekolah.

1. Pengaruh Kecerdasan Emosi Keseluruhan terhadap Penyesuaian Diri

di Sekolah pada Siswa Kelas XI SMA N 5 Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI SMA N 5 Yogyakarta. Hasil analisis regresi menunjukkan nilai F hitung sebesar 189,314 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi terhadap penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta dapat diterima. Kecerdasan emosi memiliki kontribusi dalam membantu terwujudnya penyesuaian diri, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan memiliki penyesuaian diri yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah akan memiliki penyesuaian diri yang rendah pula. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairunnisa Nurbaiti 2015 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Universitas Esa Unggul angkatan 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta memiliki penyesuaian diri dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 118 siswa 69,4, 44 siswa 25,88 memiliki menyesuaian diri 92 dalam kategori sangat tinggi, dan 8 siswa 4,7 memiliki penyesuaian diri dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan siswa di sekolah. Kebutuhan dan tuntutan siswa di sekolah yang dimaksud mencakup aspek-aspek penyesuaian diri di sekolah. Sebagaimana dijelaskan Schneider dalam Kusdiyati, dkk, 2011: 187 aspek-aspek penyesuaian diri di sekolah ada 5, yaitu: menerima dan menghormati otoritas sekolah, tertarik dan mau berpartisipasi pada aktivitas sekolah, membina relasi yang baik dengan teman sekelas, guru, dan unsur-unsur sekolah lainnya, mampu menerima tanggung jawab yang diberikan sekolah, serta membantu sekolah dalam mewujudkan tujuannya. Penyesuaian diri yang tinggi ditandai dengan kemampuan siswa dalam memberikan respon ketika memenuhi tuntutan dan kebutuhannya di sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Mohammad Ali Mohammad Asrori 2014: 176 yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang positif apabila ia mampu memberikan respon-respon yang efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien apabila ia mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin, dan dikatakan sehat apabila respons-respons yang dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antarindividu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Sebagaiman dijelaskan di atas, maka dapat dikatakan bahwa siswa mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik apabila siswa tersebut mampu 93 memberikan respon yang efisien, memuaskan dan sehat. Siswa yang mampu memenuhi kebutuhannya ditandai dengan keikutsertaan siswa dalam aktifitas sekolah, dimana siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan sekolah baik dalam bidang akademik maupun non akademik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa juga mampu membina relasi yang baik dengan teman sekolah, guru dan unsur-unsur sekolah. Hasil penelitian menunjukkan skor tinggi pada indikator “membina relasi yang baik dengan teman sekolah, guru, dan unsur- unsur sekolah” dengan skor tertinggi pada pernyataan “Saya senang mendapatkan teman baru”, yaitu sebanyak 89 siswa memilih jawaban sangat sesuai dan 80 siswa memilih jawaban sesuai yang menggambarkan bahwa siswa mampu membina relasi yang baik dengan teman sekolah, guru dan unsur-unsur sekolah. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar siswa mampu memenuhi kebutuhannya selama di sekolah. Siswa yang mampu memenuhi tuntutan siswa di sekolah ditandai dengan kemampuan siswa dalam menerima dan menghormati otoritas sekolah, dimana siswa mampu menerima kebijakan dan tata tertib sekolah dengan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah. Selain itu, siswa mau menerima tanggung jawab, dimana siswa mampu mengikuti kegiatan akademik secara aktif dengan tidak meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung, tidak membolos, serta mengumpulkan tugas tepat waktu. Selanjutnya, siswa mampu membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan. Dimana siswa ikut serta dalam mewujudkan visi dan misi yang akan 94 dicapai sekolah dengan mengikuti kegiatan akademik maupun non akademik yang diadakan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan skor tinggi pada indikator “menerima dan menghormati otoritas sekolah” serta “membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan”. Hal ini menggambarkan bahwa siswa mampu menerima dan menghormati otoritas sekolah, serta mampu membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan, yang berarti bahwa sebagian besar siswa mampu memenuhi tuntutannya di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor penyesuaian diri. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yang diperoleh yaitu sebesar 53 yang berarti masih ada 47 faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri di sekolah yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, masih ada faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian diri. Seperti yang dijelaskan oleh Mohammad Ali Mohammad Asrori 2014: 181 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, antara lain kondisi fisik, kepribadian, proses belajar, lingkungan, agama serta budaya. Sunarto Hartono 2002: 222 menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional, penguasaan yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon, sehingga bisa mengatasi konflik, kesulitan, dan frustasi secara efisien. Sedangkan kematangan emosional adalah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi. Merujuk pada pendapat Sunarto