40
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, artinya remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan
bukan sebagaimana adanya, sehingga menyebabkan emosi remaja meningkat. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, artinya untuk memberikan kesan
bahwa remaja sudah hampir dewasa, mereka mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yang mereka anggap dapat
memberikan citra yang mereka inginkan.
3. Tugas perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan remaja yang harus dilalui dalam masa itu, menurut
Havighurst dalam Rita Eka Izzaty, 2008: 126, adalah sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab. e. Mempersiapkan karier ekonomi.
f. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. g. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi. Selain itu, menurut William Kay dalam Yudrik Jahja, 2011: 238
mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja, sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya. b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas. c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual, maupun kelompok.
41
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya
sendiri. f. Memperkuat self-control kemampuan mengendalikan diri atau dasar skala
nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.Weltranschauung g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri sikapperilaku kekanak-
kanakan.
D. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu dapat digunakan untuk membedakan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian lain dan membantu memahami variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kecerdasan emosi dan penyesuaian diri.
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Hapsariyanti Ni Made Taganing 2009 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri dalam perkawinan pada pasangan yang baru menikah selama tiga tahun. Kecerdasan emosi
memberikan sumbangan relatif sebesar 43,3 pada penyesuaian diri dalam perkawinan. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan pada
penelitian ini, maka kecerdasan emosi sangat berpengaruh dalam proses penyesuaian diri seseorang dalam pernikahan. Oleh karena itu diharapkan
dalam praktek bimbingan pra nikah dapat memberikan materi mengenai pentingnya kecerdasan emosional. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Dian Hapsariyanti dan Ni Made Taganing dengan penelitian ini
42
yaitumenggunakan variabel penyesuaian diri sebagai variabel terikat dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas. Perbedaan penelitian ini terletak
pada variabel penyesuaian diri yang digunakan yaitu penyesuaian diri di sekolah. Penelitian ini membantu dalam memahami variabel kecerdasan
emosi dan penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini. 2. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh N.M.W.I. Artha Supriyadi 2013
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan pemecahan masalah penyesuaian diri remaja awal. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai korelasi sebesar 0,632 dan sig 0,000. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosi maka semakin tinggi pula penyesuaian diri remaja awal,
sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi maka semakin rendah pula penyesuaian diri remaja awal. Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini,
maka remaja awal yang memiliki kecerdasan emosi dan penyesuaian diri yang tinggi diharapkan mampu mempertahankan dan membagikan
pengalaman-pengalamannnya terhadap remaja lain. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi berhubungan dengan penyesuaian diri. Penelitian ini akan mengkaji hubungan antara kecerdasan emosi dengan
penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta, dengan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas dan penyesuaian diri sebagai variabel
terikat.