17
Menurut  Syamsu  Yusuf  2007,  113-114  menyebutkan  aspek-aspek kecerdasan  emosi  berdasarkan  pendapat  Goleman  yang  telah  dikembangkan  ke
dalam  beberapa  indikator  dari  berbagai  tindakan  seseorang  dapat  dilihat  pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Aspek Kecerdasan Emosi
No Aspek
Indikator 1.
Kesadaran diri a. Mengenal dan merasakan emosi sendiri
b. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
2. Mengelola emosi
a. Bersikap toleran terhadap Frustasi dan mampu mengelola amarah secara
lebih baik b. Mampu mengungkapkan amarah dengan
tepat tanpa harus berkelahi c. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang
merusak diri sendiri dan orang lain d. Memiliki perasaan yang positif tentang diri
sendiri, sekolah, dan keluarga e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi
ketegangan jiwa stres
3 Memanfaatkan emosi secara
produktif a. Memiliki rasa tanggung jawab
b. Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan
4 Empati
a. Mampu menerima sudut pandangsaran orang lain
b. Peka terhadap perasaan orang lain dan suka menolong
5 Membina hubungan
a. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
c. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya
d. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerjasama
Sumber: Syamsu Yusuf 2007: 113-114 Berdasarkan  pendapat  di  atas,  mengacu  pada  pendapat  Goleman  maka
dapat  disimpulkan  bahwa  aspek-aspek  kecerdasan  emosi  ada  lima  yaitu,
18
mengenali  emosi  diri  sendiri,  mengelola  emosi,  memotivasi  diri  sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.
3. Ciri-Ciri Individu yang Memiliki Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang berbeda-beda, tinggi rendahnya kecerdasan  emosi  yang  dimiliki  seseorang  dapat  dilihat  kemampuan  individu
dalam  menghadapi  suatu  permasalahan.  Menurut  Goleman  2004:  60-61 karakteristik  individu  yang  memiliki  kecerdasan  emosi  yang  tinggi  dan  rendah
sebagai berikut:
a.  Memiliki  kemampuan  untuk  memotivasi  diri  sendiri  dan  dapat  bertahan dalam menghadapi frustasi.
Seorang individu  yang memiliki kecerdasan emosi mampu memotivasi diri  untuk  mencapai  tujuan  yang  telah  ditentukan  serta  mampu  bertahan
ketika menghadapi frustasi ketika mengalami suatu masalah. b.  Dapat  mengendalikan  dorongan-dorongan  hati  sehingga  tidak  melebih-
lebihkan suatu kesenangan. Individu  yang  memiliki  kecerdasan  emosi  mampu  mengendalikan
dorongan  hati  ketika  mengalami  emosi  dan  tidak  melebih-lebihkan  ketika  ia mengalami kesenangan
c.  Mampu mengatur suasana hati dan dapat menjaganya agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir seseorang.
Individu  yang  memiliki  kecerdasan  emosi  mampu  mengatur  suasana hatinya  sesuai  dengan  batasan-batasan  ketika  ia  mengalami  emosi.  Stress
yang  dialami  individu  merupakan  hal  yang  wajar,  namunindividu  memiliki
19
kemampuan  yang  berbeda-beda  dalam  menghadapi  stress.  Individu  yang memiliki  kecerdasan  emosi  akan  menjaga  kemampuan  berfikirnya  dengan
baik sehingga mampu menghadapi masalah yang dialaminya dengan mudah. d.  Mampu untuk berempati terhadap orang lain dan tidak lupa berdoa.
Individu  yang  memiliki  kecerdasan  emosi  mampu  berempati  pada orang lain, karena ia mampu menempatkan diri pada kondisi orang lain yang
sedang  mengalami  msalah  atau  tertimpa  musibah.  Individu  yang  memiliki kecerdasan emosi senantiasa berdoa dalam hidupnya.
Menurut  Dapsari  dalam  Casmini,  2007:  24  ciri-ciri  kecerdasan  emosi yang tinggi, yaitu:
a.  Optimal  dan  selalu  positif  pada  saat  menangani  situasi-situasi  dalam hidupnya,  seperti  saat  menangani  peristiwa  dalam  hidupnya  dan
menangani tekanan masalah-masalah pribadi yang dihadapi. b.  Terampil dalam membina emosinya, dimana orang tersebut terampil di
dalam  mengenali  kesadaran  emosi  diri  dan  ekspresi  emosi,  juga kesadaran emosi terhadap orang lain.
c.  Optimal  pada  kecakapan  kecerdasan  emosi,meliputi  kecakapan internasionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antar-pribadi, dan
ketidakpuasan konstruktif. d.  Optimal  pada  nilai-nilai  belas  kasihan  atau  empati,  intuisi,  radius
kepercayaan, daya pribadi, dan integritas. e.  Optimal  pada  kesehatan  secara  umum,  kualitas  hidup,  relationship
quotient dan kinerja optimal. Goleman  2004:  xi-xv  mengungkapkan  bahwa  seseorang  dikatakan
memiliki  kecerdasan  emosi  rendah  apabila  seseorang  tersebut  tidak  memiliki keseimbangan  emosi,  bersifat  egois,  berorientasi  pada  kepentingan  sendiri,  tidak
dapat  menyesuaikan  diri  dengan  beban  yang  dihadapi,  selalu  gelisah,  tidak memiliki penguasaan diri, mudah putusa asa dan tenggelam dalam kemurungan.
20
Berdasarkan  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  ciri-ciri  individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi secara umum mampu memotivasi diri
dan dapat bertahan mengatasi frustasi, mampu mengendalikan dorongan hati serta tidak  melebih-lebihkan  kesenangan,  mampu  mengatur  suasana  hati  dan  dapat
menjaganya,  mampu  berempati  terhadap  orang  lain,  optimal  dalam  menangani situasi  dalam  hidupnya,  serta  terampil  dalam  membina  emosinya.Sedangkan
individu  yang  mempunyai  kecerdasan  emosi  rendah  cenderung  pemarah,  mudah putus asa, bersifat egois, gelisah.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Tingkat  kecerdasan emosi  yang dimiliki individu berbeda-beda, hal  ini di sebabkan oleh faktor-faktor  yang mempengaruhinya baik  faktor internal  maupun
faktor eksternal. Menurut Goleman dalam Casmini, 2007: 23terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a.  Faktor Internal Merupakan  faktor  yang  timbul  dari  dalam  individu  yang  dipengaruhi
oleh  keadaan  otak  emosional  seseorang.  Otak  emosional  dipengaruhi  oleh keadaan  amigdala,  neokorteks,  sistem  limbic,  lobus  prefrontal  dan  hal  lain
yang ada pada otak emosional. b.  Faktor eksternal
Merupakan  faktor  yang  datang  dari  luar  individu  dan  mempengaruhi individu  untuk  mengubah  sikap.  Pengaruh  luar  yang  bersifat  individu  dapat
secara  perorangan  ataupun  kelompok.  Pengaruh  dari  luar  juga  dapat  bersifat