42
yaitumenggunakan  variabel  penyesuaian  diri  sebagai  variabel  terikat  dan kecerdasan  emosi  sebagai  variabel  bebas.  Perbedaan  penelitian  ini  terletak
pada  variabel  penyesuaian  diri  yang  digunakan  yaitu  penyesuaian  diri  di sekolah.  Penelitian  ini  membantu  dalam  memahami  variabel  kecerdasan
emosi dan penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian ini. 2.  Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh N.M.W.I. Artha  Supriyadi 2013
menyatakan  bahwa  ada  hubungan  positif  antara  kecerdasan  emosi  dengan pemecahan  masalah  penyesuaian  diri  remaja  awal.  Hal  ini  ditunjukkan
dengan  nilai  korelasi  sebesar  0,632  dan  sig  0,000.  Artinya  semakin  tinggi kecerdasan  emosi  maka  semakin  tinggi  pula  penyesuaian  diri  remaja  awal,
sebaliknya  semakin  rendah  kecerdasan  emosi  maka  semakin  rendah  pula penyesuaian  diri  remaja  awal.  Berdasarkan  kesimpulan  pada  penelitian  ini,
maka  remaja  awal  yang  memiliki  kecerdasan  emosi  dan  penyesuaian  diri yang  tinggi  diharapkan  mampu  mempertahankan  dan  membagikan
pengalaman-pengalamannnya terhadap remaja lain. Berdasarkan  beberapa  penelitian  yang  telah  dipaparkan  di  atas,  dapat
disimpulkan  bahwa  kecerdasan  emosi  berhubungan  dengan  penyesuaian  diri. Penelitian  ini  akan  mengkaji  hubungan  antara  kecerdasan  emosi  dengan
penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas XI di SMA N 5 Yogyakarta, dengan kecerdasan  emosi  sebagai  variabel  bebas  dan  penyesuaian  diri  sebagai  variabel
terikat.
43
E. Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Penyesuaian Diri dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling
Menurut  Uman  Suherman  2007:  10  bimbingan  merupakan  proses bantuan  kepada  individu  konseli  sebagai  bagian  dari  program  pendidikan  yang
dilakukan  oleh  tenaga  ahli  konselor  agar  individu  mampu  memahami  dan mengembangkan
potensinya secara
optimal sesuai
dengan tuntutan
lingkungannya. Sedangkan menurut Shertzer dan Stone dalam Syamsu  Yusuf Juntika  Nurihsan,  2009:  6  bimbingan  merupakan  proses  pemberian  bantuan
kepada  individu  agar  mampu  memahami  diri  dan  lingkungannya.  Berdasarkan pendapat  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  bimbingan  merupakan  proses
pemberian  bantuan  oleh  konselor  kepada  individu  konseli  agar  individu  dapat memahami  diri  dan  mengembangkan  potensinya  secara  optimal  sesuai  dengan
tuntutan lingkungannya. Konseling menurut Syamsu Yusuf  Juntika Nurihsan 2009: 9 diartikan
sebagai  proses  helping  atau  bantuan  dari  konselor  helper  kepada  konseli,  baik melalui  tatap  muka  maupun  media  cetak  maupun  elektronik,  internet  atau
telepon,  agar  klien  dapat  mengembangkan  potensi  dirinya  atau  memecahkan masalahnya, sehingga berkembang menjadi seorang pribadi  yang bermakna, baik
bagi  dirinya  sendiri,  maupun  orang  lain,  dalam  rangka  mencapai  kebahagiaan bersama.
Berdasarkan  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  bimbingan  dan konseling  merupakan  suatu  bantuan  yang  diberikan  oleh  konselor  pada  konseli
agar konseli
mampu menyelesaikan
permasalahannya serta
mampu
44
mengembangkan  potensi  dirinya  seoptimal  mungkin  sesuai  dengan  tuntutan lingkungannya.
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat bidang layanan,  yaitu  bidang  layanan  pribadi,  sosial,  belajar,  dan  karir.  Bimbingan  dan
konseling  pribadi  merupakan  suatu  proses  pemberian  bantuan  dari  konselor  atau guru  bimbingan  dan  konseling  kepada  peserta  didikkonseli  untuk  memahami,
menerima, mengarahkan,
mengambil keputusan,
dan merealisasikan
keputusannya  secara  bertanggung  jawab  terhadap  aspek  pribadinya.  Sehingga individu  dapat  mencapai  perkembangan  aspek  pribadinya  secara  optimal  dan
mencapai  kebahagiaan,  kesejahteraan  dan  keselamatan  dalam  kehidupannya Permendikbud, 2014: 12.
Bimbingan  dan  konseling  bidang  sosial  merupakan  proses  pemberian bantuan  untuk  memahami  lingkungannya  dan  dapat  melakukan  interaksi
sosail,mampu  mengatasi  masalah-masalah  sosial  yang  dialaminya,  mampu menyesuaikan  diri  dan  memiliki  keserasian  hubungan  dengan  lingkungan
sosialnya sehingga
mencapau kebahagiaan
dan kebermaknaan
dalam kehidupannya Permendikbud, 2014: 13.
Penelitian  ini  secara  khusus  akan  memberikan  kontribusi  dalam pengembangan layanan bimbingan pribadi dan sosial. Fokus dalam penelitian ini
adalah pengaruh aspek-aspek kecerdasan emosi dengan penyesuaian diri. Dengan dilakukannya  penelitian  ini,  maka  kita  dapat  melihat  kecerdasan  emosi  yang
dimiliki  siswa  dan  penyesuaian  dirinya  di  sekolah.  Dari  hasil  penelitian  tersebut kita  dapat  mengembangkan  program-program  layanan  bimbingan  dan  konseling