Penerimaan dan Penolakan Sosial terhadap Difabel

26 diabaikan oleh anggota dan kelompok sosialnya maka ia akan berpengaruh pada konsep diri yang negatif, kurang aktif dalam kelompok, kecakapan sosialnya rendah, lebih stress dan depresi, serta berdampak pada hal-hal yang negatif seperti kenakalan atau permusuhan.

B. Pendidikan Inklusi

1. Pengertian Pendidikan Inklusi

Mohammad Takdir Ilahi 2013: 24 menyatakan bahwa pendidikan inklusi merupakan sebuah konsep dalam pendidikan yang menampung anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus maupun memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Pendidikan inklusi menjamin akses dan kualitas anak sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki serta menjamin kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik. Konsep dari pendidikan ini mencerminkan pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali, baik anak dengan kebutuhan khusus maupun anak yang tidak memiliki kemampuan dalam finansial. Direktorat PSLB 2004 mendefinisikan pendidikan inklusif di Indonesia sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian, baik dari segi kurikulum, sarana dan 27 prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Hildegun Oslen Tarmansyah, 2007: 82 menyatakan bahwa pendidikan inklusi berarti sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik maupun kondisi yang lainnya. Termasuk di dalamnya anak dengan kebutuhan khusus penyandang cacat dan anak berbakat serta anak dengan kemampuan finansial yang kurang mencukupi seperti anak jalanan dan lain sebagainya. Staub dan Peck Tarmansyah, 2007: 82 mengemukakan pendidikan inklusi merupakan penempatan anak berkelainan ringan, sedang, dan penuh di kelas. Hal tersebut menunjukkan kelas reguler sebagai kelas yang relevan untuk belajar bagi anak yang berkelainan, apapun jenis kelainannya. Freiberg Tarmansyah, 2007: 82 mengemukakan dalam pendidikan inklusi anak-anak dengan kebutuhan khusus dididik bersama dengan anak-anak normal yang lainnya, hal tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan potensi yang mereka miliki. Landasan dari konsep tersebut adalah kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak-anak normal dan anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sebagai suatu komunitas manusia dan sebagai makhluk sosial. 28 Pendidikan inklusi ini memandang bahwa semua anak memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosio-emosional, linguistik yang mencakup anak dengan kebutuhan khusus dan anak berbakat, anak jalanan dan lain sebagainya. Pendidikan inklusi dapat diartikan sebagai pendidikan yang memberikan layanan terbuka bagi siapa saja yang memiliki keinginan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Kesempatan belajar yang sama tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang normal saja, namun juga bagi anak dengan kebutuhan khusus yang dididik secara bersama-sama dalam kelas reguler. Di dalam pendidikan inklusi ini, semua anak memiliki akses yang sama pada seluruh sumber-sumber belajar serta sarana yang tersedia. Maka dari itu, sekolah reguler dalam orientasi pendidikan inklusi merupakan alat yang efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai “pendidikan bagi semua” education for all. Sehingga dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh semua anak tanpa terkecuali. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan dimana semua anak, baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus serta anak dengan kemampuan finansial yang kurang mencukupi, memiliki akses yang sama untuk mendapat 29 sumber-sumber dan sarana pendidikan yang sama. Mereka ada di dalam satu kelas yang sama, mendapatkan pendidikan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Perkembangan pendidikan inklusi di Indonesia mengalami perkembangan peningkatan yang cukup pesat. Tetapi dampak dari pendidikan inklusi belum dirasakan sepenuhya oleh anak didik yang memiliki kebutuhan khusus, sehingga membutuhkan pelayanan yang lebih intensif dari pihak-pihak terkait yang ikut serta menentukan masa depan mereka nantinya Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 52-55. Keberadaan lembaga-lembaga sekolah yang menampung anak dengan kebutuhan khusus atau yang disebut juga dengan different ability difabel menjadi sangat penting keberadaannya untuk menopang aktivitas belajar mereka agar semakin berkembang menjadi anak yang lebih mandiri dan terampil. Selama ini anak dengan kebutuhan khusus disediakan fasilitas pendidikan khusus yang disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa SLB. Perkembangan pendidikan inklusi di Indonesia sudah menunjukkan peningkatan yang cukup baik, tetapi masih perlu membutuhkan penanganan yang serius dari pemerintah. Pada saat ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang pertumbuhan anak dalam memperoleh pendidikan serta cara bergaul dengan orang lain. Selain itu, lembaga pendidikan tidak hanya sebagai tempat untuk memperoleh ilmu dan 30 pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi keterampilan yang diharapkan dapat bermanfaat di dalam masyarakat. Perkembangan pendidikan inklusif dapat dilihat dari beberapa sekolah yang telah dibuka bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan dari sekolah inklusif. Keberadaan sekolah inklusif penting untuk mengembangkan potensi dan keterampilan peserta didiknya, baik yang berkebutuhan khsusus maupun normal, sekolah inklusif dapat juga sebagai tempat untuk melatih agar dapat hidup dengan mandiri dan tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain.

2. Tujuan Pendidikan Inklusi