Macam-macam Difabel Pendidikan Inklusi
46
kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan alat bantu dengar hearing aids maupun tanpa
menggunakannya. Tunawicara merupakan suatu kelainan baik dalam
pengucapan artikulasi bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga hal tersebut akan mengganggu dan
menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi secara lisan dalam lingkungan.
Gangguan bicara atau tunawicara merupakan suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi
dan bunyi bicara ataupun kelancaran bicara. 2 Klasifikasi
Samuel A. Kirk Haenudin, 2013: 57 menyebutkan klasifikasi anak tunarungu sebagai berikut:
a 0 dB : menunjukkan pendengaran optimal.
b 0-28 dB : menunjukkan seseorang masih mempunyai
pendengaran yang normal. c 27-40 dB
: mempunyai kesulitan mendengar bunyi- bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang
strategis letaknya, dan memerlukan terapi bicara tergolong tunarungu ringan.
d 41-45 dB : mengerti bahasa percakapan, tidak dapat
mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara.
e 56-70 dB : hanya bisa mendengar suara dari jarak
yang dekat, masih sisa pendengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar
dengan cara khusus tergolong tunarungu agak berat.
f 71-90 dB : hanya bisa mendengar bunyi yang sangat
dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan khusus yang intensif, membutuhkan alat bantu
dengar, dan latihan bicara secara khusus tergolong tunarungu berat.
47
g 91 dB ke atas : mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara, dan getaran, banyak tergantung pada penglihatan
daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli tergolong tunarungu
sangat berat.
Klasifikasi menurut taraf tunarungu menurut Andreas Dwijosumarto T. Sutjihati Somantri, 2006: 95 adalah:
a Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar antara
35 sampai 54 dB, penderita tunarungu tingkat I hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar
secara khusus. b Tingkat II
: Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB, penderita tunarungu tingkat II kadang
memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari mereka memerlukan latihan berbicara
dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. c Tingkat III
: Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB.
d Tingkat IV : Kehilangan kemapuan mendengar di atas
90 dB.
c. Tunadaksa 1 Pengertian
Mohammad Effendi 2006: 114 menyatakan gambaran seseorang dapat diidentifikasikan sebagai tunadaksa apabila
48
seseorang mengalami kesulitan dalam mengoptimalkan fungsi anggota tubuhnya sebagai akibat dari luka, penyakit atau
pertumbuhan yang salah bentuk, akibatnya kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan tubuh
tertentu mengalami
penurunan. Kelainan fungsi anggota tubuh tersebut merupakan ketidakmampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya
yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, sehingga untuk
kepentingan pembelajarannya memerlukan layanan secara khusus.
T. Sutjihati Somantri 2006: 121 menyatakan tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu akibat dari
gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi tunadaksa dapat
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.
Misbach D. 2012: 15 mendefinisikan tunadaksa sebagai keadaan dimana seseorang atau anak yang memiliki cacat fisik,
tubuh, dan cacat orthopedi. Istilah tunadaksa dalam bahasa asing sering disebut sebagai crippled, physically disabled,
physically handicapped, tunadaksa merupakan istilah lain dari cacat tubuh atau tunafisik yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh
49
yang mengakibatkan kelainan fungsi dari tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
Frieda Mangungsong 2011: 25 mengemukakan pengertian anak tunadaksa sebagai anak yang menderita hambatan akibat
polio myelitis, akibat kecelakaan, akibat keturunan, cacat sejak lahir, kelayuan otot-otot, akibat peradangan otak, dan kelainan
motorik yang disebabkan oleh kerusakan pada pusat syaraf cerebrum. Sementara hambatan fisik menurut bidang kesehatan
adalah anak atau seseorang yang menderita kekurangan yang sifatnya menetap pada alat gerak tulang, otot, dan sendi
sedemikian rupa sehingga untuk keberhasilan pendidikannya memerlukan perlakuan khusus.
2 Klasifikasi a Anak tunadaksa ortopedi
Merupakan anak tunadaksa dengan kelainan, kecacatan, ketunaan tetentu pada bagian tulang, otot tubuh,
ataupun pada bagian persendian. Penyebab tunadaksa dapat dibawa sejak lahir congenital maupun dapat disebabkan
penyakit ataupun kecelakaan yang pada akhirnya
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh secara normal. Contoh kelainan tunadaksa pada kateori ortopedi ini adalah
poliomyelitis, tuberculosis tulang, osteomyelitis, arthritis, paraplegia,
hemiplegia, muscledystrophia,
kelainan
50
pertumbuhan pada anggota maupun anggota badan yang tidak sempurna, cacat punggung, amputasi tangan, lengan,
kaki dan lain sebagainya.
b Anak tunadaksa saraf neurologically handicapped Merupakan anak tunadaksa yang mengalami
kelainan yang diakibatkan oleh gangguan pada susunan saraf di otak. Otak yang berfungsi sebagai pengontrol tubuh
memiliki sejumlah saraf yang menjadi pengendali mekanisme tubuh, sehingga apabila otak mengalami
kelainan akan mengakibatkan terjadinya sesuatu pada organisme fisik, emosi atau mental. Luka pada bagian otak
tertentu akan memberikan efek pada gangguan dalam perkembangan, yang mungkin akan mengakibatkan
ketidakmampuan dalam melaksanakan berbagai bentuk kegiatan. Salah satu bentuk kelaianan dapat dilihat pada
anak celebral palsy CP. Celebral palsy berarti gangguan pada aspek motorik yang disebabkan oleh disfungsi otak.
Klasifikasi tunadaksa menurut Misbach D. 2012: 16 dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu:
51
a Kelainan pada sistem selebral celebral system disorders Penggolongan anak tunadaksa dalam kelainan sistem
selebral disebabkan pada letak penyeab kelahiran yang terletak di dalam sistem syaraf pusat otak dan sumsum
tulang belakang. Kerusakan pada sistem syaraf pusat tersebut mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial,
karena otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat dari aktivitas hidup manusia.
b Kelainan pada sistem otot dan rangka musculus scelatel system
Klasifikasi anak tunadaksa ke dalam kelompok sistem otot dan rangka disebabkan pada letak penyebab kelainan
anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu kaku, tangan serta sendi, dan tulang belakang.
d. Tunagrahita 1 Pengertian
Endang Rochyadi Zaenal
Alimin 2005: 10 mengemukakan istilah tunagrahita intellectual disability atau
dalam perkembangannya sekarang disebut dengan istilah developmental
disability adalah
kesenjangan antara
kemampuan berpikir mental age dengan perkembangan usia kronological age, sehingga anak dengan kondisi tunagrahita
tidak berperilaku
sesuai dengan
umurnya. American
52
Association on Mental Deficiency AAMD merumuskan definisi tunagrahita sebagai kondisi yang menunjukkan
kemampuan intelektual yang rendah serta mengalami hambatan dalam perilaku adaptifnya. Seseorang dapat dikategorikan
sebagai tunagrahita apabila ia memiliki kedua hal tersebut. Istilah perilaku adaptif tersebut mengacu kepada kemampuan
seseorang memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu.
T. Sutjihati Somantri 2006: 103 mendefinisikan tunagrahita sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata- rata. Kondisi tersebut adalah kondisi dimana anak memiliki
tingkat kecerdasan jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi
sosial. Lee Willerman Tin Suharmini, 2009: 42 mendefinisikan
anak tunagrahita sebagai anak yang memiliki fungsi intelektual di bawah normal, sehingga mengakibatkan gangguan dan
keterbelakangan pada perkembangan dan penyesuaian. 2 Klasifikasi
Seseorang dikatakan
sebagai tunagrahita
apabila kemampuan kecerdasannya menyimpang 2-3 standar deviasi
dari kemampuan kecerdasan rata-rata Endang Rochyadi
53
Zaenal Alimin, 2005: 11. Klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan skor IQ baik dari tes Standford-Binet maupun
David Wechsler adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tunagrahita
Klasifikasi IQ Skala Binet
SD-15 IQ Skala Wechsler
SD=16 Ringan mild
68-52 69-55
Sedang moderate 51-36
54-40 Berat severe
35-20 39-25
Sangat berat
profound 19
24
Dalam klasifikasi pendidikan educators classify dikenal dengan istilah mampu didik educable bagi anak tunagrahita
kategori ringan, mampu latih trainable bagi anak tunagrahita kategori sedang, dan mampu rawat severely and profoundly
bagi anak tinagrahita kategori berat dan sangat berat. Tunagrahita pada umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok yang pengelompokkannya berdasarkan pada taraf intelegensinya T. Sutjihati Somantri, 2006: 106. Kemampuan
anak tunagrahita pada umumnya diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschler WISC, yaitu:
1 Tunagrahita Ringan Tunagrahita ringan disebut juga dengan moron atau debil.
Kelompok tunagrahita ringan memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler WISC
memiliki IQ 69-55. Kelompok ini masih dapat belajar
54
membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, mereka dapat dilatih
agar nantinya mereka dapat hidup secara mandiri dan memiliki penghasilan sendiri.
2 Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang disebut juga dengan imbesil.
Kelompok anak tunagrahita sedang memiliki IQ 51-36 pada Skala Bienet dan 54-40 pada Skala Weschler WISC.
Kelompok ini dapat dididik untuk mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya, dan sebagainya. Anak
tunagrahita sedang tergolong sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik, misalnya belajar menulis,
membaca, dan berhitung. Mereka dapat dididik untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan dan
minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga sederhana seperti menyapu. Dalam kehidupan sehari-hari, anak
tunagrahita sedang memerlukan pengawasan secara terus menerus. Mereka juga dapat bekerja di tempat yang
terlindung sheltered workshop. 3 Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunarahita berat disebut juga dengan idiot. Kelompok ini dapat dibedakan lagi menjadi anak
tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat
55
severe memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler WISC. Tunagrahita
sangat berat profound memiliki IQ di bawah 19 menurut Skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut Skala Weschler
WISC. Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam kehidupan sehari-harinya.
Mereka juga memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya.
e. Anak lamban belajar Slow learner 1 Pengertian
Anak lamban belajar atau slow learner merupakan anak yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah
rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu bidang akademik atau seluruh area akademik Nani Triani Amir
2013: 3.
2 Karakteristik Anak Lamban Belajar Slow Learner Anak dengan kondisi lamban belajar belajar memiliki
beberapa karakteristik dalam hal intelegensi, bahasa, emosi, sosial, dan moral. Dari segi intelegensi anak dengan kondisi
lamban belajar berada pada kisaran di bawah rata-rata yaitu 70- 90 berdasarkan skala WISC. Dari segi bahasa, anak ini
mengalami masalah dalam berkomunikasi baik dalam bahasa
56
ekspresif atau menyampaikan ide atau gagasan maupun memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif. Emosi
anak dengan keadaan slow learner kurang stabil, mereka cepat marah dan meledak-ledak serta sensitif. Dalam bersosialisasi
juga mereka kurang baik, lebih sering pasif dan memiliki teman, bahkan cenderung menarik diri. Sedangkan dilihat dari
segi moral biasanya berkembang sesuai dengan kemampuan kognitifnya, sehingga anak-anak slow learner nampak tidak
patuh atau melanggar aturan karena mereka sebenarnya tahu mengenai suatu peraturan, tetapi tidak tahu atau paham
mengapa peraturan tersebut dibuat.
f. Anak berbakat 1 Pengertian
Martison Utami Munandar: 1982:7 mendefinisikan anak berbakat sebagai anak-anak yang oleh orang profesional telah
diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang
unggul. Anak-anak
berbakat membutuhkan
program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat maupun pengemangan
diri sendiri. Kemampuan-kemampuan tersebut baik secara
57
potensial maupun yang telah nyata meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan
berpikir kreatif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psiko-motor Sunardi,
2008:5. Anak berbakat, selain memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, ia juga menunjukkan kemampuan yang
menonjol dalam kecakapan khusus dalam bidang yang berbeda antara anak yang stau dengan anak yang lainnya.
Konsep anak berbakat dari United States Office of Education USOE Tin Suharmini, 2009: 51 adalah anak
yang diidentifikasi oleh ahli orang profesional bahwa ia memiliki kemampuan yang menonjol dan prestasi yang tinggi,
anak berbakat membutuhkan pelayanan dan pendidikan khusus yang terdeferensiasi agar dapat merealisasi kemampuannya.
Rezulli Tin Suharmini, 2009: 51 mengemukakan untuk mengidentifikasi anak berbakat perlu memperhatikan interaksi
dari tiga aspek, yaitu intelegensi kemampuan di atas rata- rata, kreativitas, dan pengikatan diri atau tanggung jawab
terhadap tugas task commitment. 2 Klasifikasi
Anak berbakat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: a Genius
58
Genius merupakan anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, Intelligence Quotien IQ anak luar biasa berkisar
antara 140 sampai 200. Anak berbakat memiliki sifat-sifat seperti daya abstraksinya baik, memiliki banyak ide, sangat
kritis, kratif, suka menganalisis dan lain sebagainya. b
Gifted Anak yang disebut gifted and talented memiliki tingkat
Intelligence Quotien IQ antara 125 sampai 140. Anak tersebut memiliki bakat yang menonjol dalam bidang
tertentu, misalnya bidang musik, ahli dalam memimpin dan lain sebagainya. Anak gifted memiliki karakteristik
mempunyai perhatian terhadap sains, imajinasinya kuat, senang membaca dan lain sebagainya.
c Superior Anak
superior memiliki
tingkat kecerdasan
atau Intelligence Quotien IQ yang berkisar antara 110 sampai
125, sehingga ia memiliki tingkat belajar cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik dapat berbicara lebih
dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah lebih mudah dan lain sebagainya.
g. Tunalaras 1 Pengertian
59
Tunalaras merupakan individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Eli M Bower
mendefinisikan tunalaras sebagai anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, anak dengan kondisi
tunalaras akan menunjukkan satu atau beberapa komponen seperti tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor
intelektual, sensori atau kesehatan; tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru;
bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya; secara umum mereka selalu dalam keadaan tidak gembira atau
depresi; dan bertendensi ke arah simptom fisik seperti merasa sakit atau ketakutan yang berkaitan dengan orang atau
permasalahan di sekolah. Smith Frieda Mangungsong, 2011: 55 menyatakan bahwa
istilah tunalaras mengandung pengertian bahwa seseorang yang memperhatikan satu atau lebih kondisi yang sesuai dengan
karakteristik dalam rentang waktu yang lama, kondisi tersebut mempengaruhi pada prestasi atau penampilan akademis. Istilah
tunalaras juga mencakup individu yang juga terkena skizoprenia autistik, tetapi tidak mencakup individu yang
menderita social maladjusted. Seseorang yang mengalami tunalaras memiliki gangguan emosi dan tingkah laku,
ketidakmampuan tersebut dicirikan dengan respon emosi dan
60
tingkah laku di sekolah yang sangat berbeda dari segi umur, budaya atau norma etik yang seharusnya, sehingga
mempengaruhi prestasi akademik. T. Sutjihati Somantri 2006: 139 mengemukakan anak
tunalaras mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan baik tehadap lingkungan, hal ini dapat menggangu situasi belajarnya. Situasi belajar yang
dihadapi oleh mereka secara monoton biasanya akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin berat.
Deden Saeful
Hidayat Wawan
2013: 11
mengemukakan anak tunalaras sebagai anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungannya. Perilakunya sering
bertentangan dengan norma-norma yang terdapat di lingkungan masyarakat tempat ia berada. Peraturan Pemerintah No. 72
tahun 1991 menyatakan bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku sehingga kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2 Klasifikasi Klasifikasi anak tunalaras menurut Rusli Ibrahim dilihat dari
gejala gangguan tingkah laku dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
61
a Socially Maladjusted Children
Merupakan anak yang terganggu aspek sosialnya, kelompok anak tersebut menunjukkan tingkah laku dimana
mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik menurut ukuran norma-norma masyarakat dan kebudayaan setempat,
baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas. b Emotionally Disturbed Children
Merupakan kelompok
anak-anak yang
terganggu perkembangan emosinya, kelompok anak-anak tersebut
menunjukkan adanya ketegangan batin, menunjukkan kecemasan, penderita neorotis atau bertingkah laku
psikotis. Sedangkan menurut Samuel A. Kirk klasifikasi kelainan anak
tunalaras adalah sebagai berikut: a Anak yang mengalami gangguan perilaku yang kacau
conduct disorder yang mengacu pada tipe anak yang melawan kekuasaan, seperti misalnya bermusuhan dengan
guru atau polisi. Anak tersebut juga cenderung suka menyerang, kejam dan hiperaktif.
b Anak yang cemas menarik diri anxious-withdrawl merupakan
anak yang
pemalu, takut-takut,
suka menyendiri, peka, lebih suka menurut dan tertekan
batinnya.
62
c Dimensi ketidakmatangan immaturity mengacu kepada anak yang tidak perhatian, lambat, ia tidak berminat ke
sekolah, pemalas, suka melamun serta pendiam. d Anak
agresi sosialisasi
socializ aggresive
yang mempunyai ciri-ciri masalah perilaku yang sama dengan
gangguan perilaku yang bers osialisasi dengan “geng”
tertentu.