Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sosial

21 sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut. Terdapat dua faktor yang mendasari seseorang untuk diterima oleh kelompoknya menurut W.A Gerungan, yaitu faktor sugesti dan faktor simpati. Faktor sugesti dimaksudkan sebagai individu diterima oleh orang lain atau kelompok tanpa adanya kritik maupun daya tarik sebelumnya, namun seseorang diterima secara apa adanya berdasarkan sugesti oleh seseorang. Faktor simpati merupakan sikap seseorang yang tertarik kepada individu yang didasarkan pada perasaan tertariknya pada orang lain karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut. Leary Dady Aji Prawiro Sutarjo, 2014: 23 mengusulkan beberapa faktor utama yang mempengaruhi seseorang mendapatkan faktor-faktor sosial, yaitu meliputi kompetensi sosial, penampilan fisik, pelanggaran aturan interaksi antar individu, dan sejauh mana individu tersebut membosankan atau tidak menarik sebagai mitra dalam interaksi sosial. Faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk diterima oleh kelompok sosialnya menurut Leary adalah kompetensi sosial, penampilan fisik yang ada pada orang tersebut, patuh atau tidaknya seseorang pada aturan kelompok, dan daya tarik sosial orang tersebut. 22 Dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk diterima dalam kelompok sosial adalah kesan pertama, memiliki reputasi yang baik, penampilan diri yang menarik, perilaku sosial yang baik, matang dalam pengendalian emosi, status ekonomi, dan tempat tinggal yang dekat.

3. Penerimaan dan Penolakan Sosial terhadap Difabel

Jenis penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat penerimaan yang diberikan oleh teman sebaya kepada mereka. Oleh karena itu, dampak dari penerimaan sosial cukup besar. Indeks keberhasilan sosial dipengaruhi oleh tingginya nilai seseorang diterima oleh orang tua, guru ataupun teman sebayanya. Sehingga, seseorang akan menggunakan indeks keberhasilan tersebut sebagai sudut pandang apakah ia berhasil atau gagal dalam kelompok sosialnya. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap konsep diri seseorang. Menurut Hurlock 1978: 297 terdapat beberapa dampak apabila seseorang diterima oleh kelompok sosialnya, yaitu: a. Memiliki konsep diri yang positif. b. Anak yang diterima dengan baik akan memiliki peluang yang lebih banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman sebaya. c. Secara sosial, anak yang diterima akan memiliki kecakapan sosial yang lebih baik karena lebih sering mempelajari keterampilan sosial dalam kelompok. d. Lebih mengetahui cara menjalin persahabatan. 23 Berdasarkan pendapat Hurlock di atas dapat ditegaskan bahwa dampak yang diperoleh apabila seorang individu diterima oleh kelompok sosialnya yaitu memiliki konsep diri yang positif, seseorang dengan penerimaan sosial yang baik dapat memiliki peluang yang lebih banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teman sebayanya, selain itu seseorang dengan penerimaan sosial yang tinggi akan memiliki kecapakan sosial yang tinggi, karena dengan penerimaan sosial yang tinggi seseorang dapat melatih keterampilan sosial dalam kelompoknya, sehingga dapat menjalin persahabatan dengan kelompok teman sebaya dengan lebih baik. Sedangkan, dampak yang terjadi pada anak yang mengalami penolakan oleh kelompok sosialnya yaitu: a. Mendapatkan efek yang buruk pada konsep diri mereka. b. Kurang aktif dalam kelompok dikarenakan memiliki peluang yang sedikit dalam kegiatan kelompok teman sebaya. c. Kecakapan sosial yang dimiliki lebih rendah sebagai akibat dari kurangnya mempelajari keterampilan sosial dalam kelompok. Dapat ditegaskan dari pendapat Hurlock di atas seseorang yang mengalami penolakan sosial dari kelompok sosialnya dapat berpengaruh terhadap konsep diri yang buruk terhadap individu tersebut. Seseorang yang mengalami penolakan sosial biasanya kurang aktif dalam kelompok teman sebayanya, sehingga dapat berpengaruh terhadap kecakapan sosial yang rendah karena tidak mempelajari keterampilan sosial dalam kelompok sosialnya. Santrock 2003: 219 mengemukakan beberapa hal akibat dari pengabaian atau penolakan dari teman sebaya, remaja yang dikucilkan 24 cenderung mudah stress, frustasi dan sedih. Isolasi dari teman sebaya dan ketidakmampuan seorang remaja untuk masuk dalam suatu kelompok sosial akan mengakibatkan hal-hal negatif terkait dengan berbagai bentuk masalah dan masalah seperti kenakalan dan depresi. Selain itu, penolakan dapat menimbulkan rasa kesepian serta timbulnya rasa permusuhan. Selanjutnya, penolakan dan pengabaian tersebut berhubungan dengan kesehatan mental individu dan masalah kriminal. Sullivan Santrock, 2011: 403 menyatakan disamping peranan orang tua, peranan teman sebaya dalam perkembangan pada remaja sangat penting. Setiap individu memiliki kebutuhan sosial dasar, seperti kebutuhan akan kelembutan kelekatan yang aman, teman bermain, penerimaan sosial, keintiman, dan lain lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat penting untuk terpenuhi, dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut dapat menentukan kesejahteraan emosional seseorang. Apabila penerimaan sosial seorang remaja tidak terpenuhi, maka ia akan mengalami rasa penghargaan terhadap diri yang rendah. Berdasarkan pendapat tersebut, Hurlock 1990: 298 menambahkan beberapa manfaat dari diterimanya seseorang dalam kelompok sosial. Penerimaan sosial dari anggota dan kelompok akan berpengaruh positif dalam perkembangan sosial seseorang, manfaat tersebut yaitu: a. Merasa senang dan aman. b. Mengembangkan konsep diri yang positif, dikarenakan diterima atau diakuinya ia oleh orang lain. c. Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola perilaku yang diterima secara sosial dan juga keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam suatu situasi sosial. 25 d. Secara mental mereka bebas untuk mengalihkan perhatian mereka keluar, dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka. e. Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok, serta tidak mencemooh tradisi sosial. Berdasarkan pendapat di atas, Hurlock berpendapat bahwa apabila seseorang mengalami penerimaan sosial dalam kelompok sosialnya maka seseorang tersebut akan merasa lebih senang dan bahagia, sehingga dapat mempengaruhi konsep diri yang positif pada orang tersebut. Seseorang dengan penerimaan sosial yang baik juga lebih cakap dalam menjalin hubungan dengan kelompok teman sebayanya, dikarenakan memiliki kesempatan yang lebih banyak berlatih dalam kelompok sosialnya. Sehingga individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik dalam kelompok sosialnya. Yudrik Jahja 2011: 49 menyatakan penerimaan sosial selama masa remaja dapat menambahkan gengsi dari kelompok besar yang diidentifikasikannya, penerimaan sosial pada kelompok remaja tergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku pada remaja. Dari pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa penerimaan sosial bagi remaja atau individu sangat penting. Dengan diterima atau diakuinya seseorang oleh anggota atau kelompok sosialnya maka akan berdampak positif pada dirinya, seperti memiliki konsep diri yang positif, dapat lebih aktif berperan dalam kelompok, memiliki kecakapan sosial yang lebih baik, merasa senag dan aman serta dapat menyesuaikan diri dengan baik. Sebaliknya, apabila remaja atau seorang individu ditolak atau 26 diabaikan oleh anggota dan kelompok sosialnya maka ia akan berpengaruh pada konsep diri yang negatif, kurang aktif dalam kelompok, kecakapan sosialnya rendah, lebih stress dan depresi, serta berdampak pada hal-hal yang negatif seperti kenakalan atau permusuhan.

B. Pendidikan Inklusi

1. Pengertian Pendidikan Inklusi

Mohammad Takdir Ilahi 2013: 24 menyatakan bahwa pendidikan inklusi merupakan sebuah konsep dalam pendidikan yang menampung anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus maupun memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Pendidikan inklusi menjamin akses dan kualitas anak sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki serta menjamin kebutuhan mereka dapat terpenuhi dengan baik. Konsep dari pendidikan ini mencerminkan pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali, baik anak dengan kebutuhan khusus maupun anak yang tidak memiliki kemampuan dalam finansial. Direktorat PSLB 2004 mendefinisikan pendidikan inklusif di Indonesia sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian, baik dari segi kurikulum, sarana dan