Penerimaan Sosial dalam Konsep Bimbingan dan Konseling

81 Faktor-faktor yang dapat membuat siswa difabel diterima oleh teman sebaya di kelasnya atau kelompok sosialnya ialah kesan yang baik, penampilan fisik, perilaku sosial yang baik, kecerdasan yang dimiliki, apa adanya dalam pergaulan, matang dalam pengendalian emosi, serta memiliki kepribadian yang baik tidak egosentris. Siswa difabel yang diterima oleh kelompok sosialnya akan memiliki konsep diri yang positif pula. Beberapa dampak positif yang didapat apabila siswa difabel diterima oleh kelompoknya selain memiliki konsep diri yang positif adalah siswa difabel akan lebih aktif dalam kelompok sosialnya sehingga ia dapat berperan dalam kelompok teman sebaya, hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya kecakapan sosial yang dimiliki. Sebaliknya, apabila siswa difabel ditolak atau diabaikan oleh anggota dan kelompok sosialnya atau siswa di kelasnya maka akan berpengaruh pada konsep diri yang negatif, kurang aktif dalam kelompok, kecakapan sosialnya rendah, lebih stress dan depresi, serta berdampak pada hal-hal yang negatif seperti kenakalan atau permusuhan. Siswa yang memiliki kondisi different ability difabel atau anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik fisik, mental maupun sosialnya berbeda dari kebanyakan rata-rata anak pada umumnya yang bersekolah di sekolah inklusi memiliki permasalahan sendiri dalam penerimaan sosial oleh kelompok teman sebayanya. Dengan kondisi fisik, mental ataupun sosialnya yang berbeda dari rata-rata anak pada umumnya 82 maka dapat menimbulkan kesulitan dalam beradaptasi. Sehingga, penerimaan sosial yang baik, terutama bagi siswa dengan kebutuhan khusus, dapat membantu bagi mereka untuk beradaptasi terhadap lingkungan sosial. Subyek dari penelitian ini adalah siswa dengan kondisi normal yang berada dalam satu kelas yang sama dengan siswa difabel atau anak berkebutuhan khusus. Siswa dengan kondisi normal dapat memiliki tingkat penerimaan sosial yang berbeda terhadap siswa difabel. Tingkat penerimaan sosial mereka dapat berbeda-beda yaitu tinggi, sedang ataupun rendah.

E. Kajian Penelitian Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dady Aji Prawira Sutarjo 2014: 1 di SMA N 9 Yogyakarta dengan judul “Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Penerimaan Sosial pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Yogyakarta”yang diakses pada tanggal22 April 2015 pada pukul 13.45 WIB, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi sosial dan penerimaan sosial teman sebaya pada siswa kelas X SMA N 9 Yogyakarta. Pada penelitian tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas siswa kelas X di SMA N 9 Yogyakarta mampu menjalin hubungan yang baik dengan siswa yang lainnya, siswa mampu berperan bagi teman sebayanya, siswa dapat berpartisipasi dalam kelompok teman sebayanya dengan baik, siswa memiliki sikap toleransi 83 terhadap teman sebayanya dan siswa telah mampu bekerjasama dengan baik bersama teman sebayanya. Terdapat 56 siswa 89 kelas X di SMA N 9 Yogyakarta memiliki nilai penerimaan sosial dalam kategori tinggi, 7 siswa 11 yang memiliki nilai penerimaan sosial kategori sedang, dan tidak ada siswa 0 yang memiliki nilai penerimaan sosial kategori tinggi dan rendah maupun sangat rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa kelas X di SMA N 9 Yogyakarta memiliki penerimaan sosial dalam kategori tinggi dengan skor 89. Penerimaan sosial yang tinggi pada siswa memiliki makna bahwa siswa mampu menyesuaikan dirinya dengan baik, dalam kehidupan sehari- hari mereka aktif dan mudah bergaul, siswa memiliki penampilan dan kepribadian yang menarik. Kemudian siswa memiliki kemampuan berpikir yang baik, siswa juga memiliki sikap sopan, peduli terhadap sesama teman, serta siswa memiliki kepribadian yang jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Tingkat penerimaan sosial yang tinggi memiliki makna bahwa siswa memiliki kepribadian dan perilaku sosial yang baik serta emosi yang matang, sehingga mereka dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Maka dari itu ingin diketahui tingkat penerimaan sosial siswa terhadap keberadaan difabel di MAN Maguwoharjo, serta bagaimana perilaku sosial siswa yang diterima oleh kelompok sosialnya.