119
didalam hati. Jadi tidak mudah hilang, tentunya nanti akan berimbang kehasil ketika dia menjadi sebuah output pondok.
Walaupun saya sebenarnya kurang memahami bisa seperti itu tapi memang ada. Bahkan ada statment dari seorang alumni ketika
sowan pengasuh,”mbah nyai, alumni sing di dadi kok malah sing lare dalem.” Lare dalem itu maksutnya yang sehari-hari disamping
belajar wajib juga ikut membantu pak kyai didalem. Artinya, ada yang asah-asah, macul, bantu nyopir. Waktu itu saya juga ikut
sowan berdaua dengan alumni tersebut, saat ditanya tentang tapi mbah nyai pun menjawab,“ yo ra ko kono kui, yo garek ndelok
bocae dewe-dewe, walaupun sekarang yang kita lihat secara umum di pondok yang sukses itu kebanyakan anak dalem tersebut.
Karena kata mbah nyai itu juga terganrung person sendiri untuk berkomitmen terhadap tujuan awal masuk pondok. karena di sini
santri tidak terkekang bahkan cenderung bebas, disini apapun bisa masuk,
internet bisa
masuk, memang
kalau hape
belum diperbolehkan tapi tapi itu masing ada satu dua anak yang
kedapatan membawa hape. Untuk lingkungan pesantren sendiri, tidak kita tunjang dengan adanya pagar, jadikan bebas. Putra dan
putri masih memungkinkan bertemu setiap saat. Yaitu di sekolahan formal.
14. Apakah para pendidik belajar dulu sebelum masuk kelas? Jawaban:
Terus, terus ada anjuran dari pengasuh, jangan merasa malu walaupun sudah tamat untuk bertanay kepada teman. Jangan
merasa mampu untuk memahami langsung dari kitab tanpa berdiskusi
dengan teman-teman.
Lalu dianjurkan
untuk musyawaroh dengan teman yang lain, artiny agar memandang
permasalahan tidak adri satu sudut saja. Tapi sifatnya tidak tertulis Cuma kondisional saja, jadi memang dawuh dari pengasuh untuk
jangan muthola’ah, artinya jangan merasa memahami betul tapi harus bermusywaroh dulu.
15. Bagaimana terkait
kedisiplinan santri
dan pendidik
dalam pembelajaran?
Jawaban: Kalau disiplin waktu tentunya nanti ada aturan-aturan, misal ada
guru yang telat, tidak masuk, hal ini kita siasati setiap malam kita buat penjadwalan masing-masing ustad. Jadi setiap malam itu ada
daua tamatan yang berkeliling untuk meminta tanda tangan asatit yang masuk.
Nah, kaitannya walaupun itu besifat teguran tapi kita tidak bisa seperti disekolah formal memberikan surat teguran. Tapi kita matur
baik-baik,”wonten alangan nopo kok mboten rawuh.” Tentunya
120
setiap pendidik pasti tidak bisa mulus masuk terus, kita sediakan kepala-kepala masing-masing tingkatan yang berfungsi nanti ketika
ada dewan asatit yang berhalangan itu untuk mengkonformasi dan tindak lanjut mengganti ustad yang lain untuk bisa mewakili yang
berhalangan atau membuat perubahan jadwal secara mendadak karena ketidak hadiran.
Nanti di akhir tahun kita serahkan rekapan kehadiran tadi kedewan pengasuh
untuk selanjutnya
dipertimbangkan apakah
tahun berikutnya akan mengajar lagi atau dialih fungsikan misal jaga
warnet, atau diswalayan, dsb kalau memang waktu mengajarnya tidak memenuhi.
16. Bagaimana terkait
dengan dasar
perumusan program
dalam madrasah? Apakah dari kitab atau dari sumber lain?
Jawaban: Kalau pengasuh memberikan gambaran secara umum, untuk
perumusannya secara detail itu setiap satu tahun rapat seluruh dewan asatit dewan guru itu sebanyak dua kali, di nifwu sanah
dan akhirus sanah. Untuk rapat mustahiq wali kelas itu kita adakan 4 kali setiap satu tahun. Kalau yang seperti itu ada, tapi itu
adalah kitab umum, bukan kitan yang dibuat oleh pihak An-nawawi sendiri.
17. Bagimana terkait pemberlakuan hukuman dalam pembelajaran di madrasah?
Jawaban: Hukuman ada aturan secara tertulis, ada kriterianya. Itu dimulai
dari kategori ringan, sedang, dan berat. Tentunya nanti sampai mentok-mentoknya dipungkan kepada orangtua dikekuarkan dari
pondok. tapi dari pengasuh, khususnya dari bu Nyai akhir-akhir ini sering dawuh jangan pake kekerasan.
18. Dalam pelaksanaan madrasah, apakah sudah sesuai dengan apa yang telah ditargetkan?
Jawaban: Sebenarnya ada dua peraturan, peraturan untuk dewan asatit dan
peratutan untuk santri. Lha kalau kita evaluasi, mungkin evaluasi santri tentunya kita lihat diestiap akhir tahun prosentase yang naik
dan yang tidak, Itu mengalami perkembangan. Sekarang bisa dibilang tidak lebih dari 5 yang tidak naik secara keseluruhan.
Hanya saja kasus anak yang tidak naik itu biasanya dan katanya karena pengturan waktu. Nantinya ketika sudah tengah semester
keatas, mereka ada les untuk formal. Les itu sudah mengurangi banyak waktu dipesantren. Itu sedang dalam kajian kita agar dua
waktu itu tidak saling menggangu.