Pembelajaran IPA Sains Landasan Teori

Penilaian Acuan Patokan PAP pada dasarnya merupakan sistem penilaian yang m engacu pada indikator pembelajaran yang harus dikuasai siswa, maka dari itu keriteria keberhasilan belajar siswa di ukur dengan mem bandingkan hasil belajar siswa dengan standar ket unt asan belajar m inim al SKBM yang telah ditetapkan. Untuk m ata pelajaran IPA-fisika dalam penelitian ini standar ketuntasan belajar minim al ditetapkan 65. Daya serap klasikal dinyatakan tuntas jika minim al 85 siswa di kelas tersebut mendapat nilai skor minimal 65. Berdasarkan uraian diatas pada hakekatnya prestasi belajar merupakan wujud dari perubahan yang dicapai siswa setelah m engalami proses belajar. Perubahan mentalpsikis yang dialami siswa tersebut merupakan perilaku yang dapat diukur dan diwujudkan dalam bentuk skor. Prestasi belajar yang telah dicapai siswa juga merupakan indikator tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang terukur di samping itu prestasi belajar siswa juga menjadi indikator kualitas bagi suatu lem baga pendidikan.

9. Pembelajaran IPA Sains

Pendidikan dalam art i yang luas berart i suatu proses untuk mengem bangkan semua aspek kejadian manusia, yang menyangkut pengetahuan, nilai serta sikap dan ketrampilannya. Pendidikan bert ujuan untuk m encapai kepribadian individu yang lebih baik. Pendidikan pada hakekat nya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, membimbing dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha unt uk m ent ransformasikan nilai-nilai. Pendidikan sains seperti halnya pendidikan pada umumnya, m em iliki peran yang sangat penting dalam pembentukkan kepribadian, dan perkem bangan intelekt ual anak. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pendidikan sains senantiasa mengalami pengkajian ulang, pem baharuan untuk m encari bent uk yang paling sesuai. Sains terdiri dari tiga komponen yaitu: Sains sebagai produk, proses dan sikap. Dengan demikian dalam pem belajaran sains ada beberapa kom petensi yang harus dikem bangkan. Secara akademis siswa harus m engalam i konsep sains dan pem ecahannya baik secara ilmiah m elalui strategi dedukt if maupun indukt if. a. Hakikat Fisika Fisika berkembang berdasarkan atas pengam atan dan pengukuran tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam . Hasil pengamatan tersebut kemudian disusun suatu teori yang telah teruji kebenarannya. Seperti pendapat Druxes, Born dan Siemsen 1986 bahwa “ Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara m atematis dan berdasarkan peraturan umum”. Dari pengertian di atas fisika berhubungan erat dengan pengamatan, penelitian, pengukuran dan percobaan, m aka pelajaran fisika m enuntut kreatifitas guru dan siswa dalam pem ahaman konsep-konsep yang benar untuk m em ecahkan masalah-m asalah yang ada. Mem perhatikan kenyataaan di atas m aka pemilihan metode belajar yang sesuai bagi siswa sangatlah m utlak dibutuhkan, agar dalam proses pem belajaran fisika menjadi berm akna. Fisika meliputi adanya produk-produk, proses dan sikap ilmiah. Fisika sebagai produk merupakan sekum pulan pengetahuan yang terdiri dari fakt a-fakta, konsep-konsep dan prinsip fisika. Fisika sebagai proses merupakan segala kegiatan yang dilakukan dan segala sikap yang dim iliki oleh ilm uwan untuk menghasilkan produk fisika. Dalam melakukan kegiatan itu para ilmuwan memiliki ketrampilan tert ent u yang disebut ketrampilan proses fisika dan juga memiliki sikap ilm iah. b. Metode Pembelajaran Fisika Kata Metode berasal dari bahasa latin “methodus” yang berart i suatu proses atau prosedur untuk mencapai tujuan. Secara umum metode adalah cara yang digunakan unt uk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan proses kom unikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh pesert a didik atau murid. Menurut Dim yati dan Mudjiono dalam Syaiful Sagala 2003 bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk mem buat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sum ber belajar. Syaiful Sagala 2003 berpendapat bahwa pem belajaran mem punyai dua karakteristik yaitu : pertam a, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara m aksimal, bukan hanya m enuntut siswa sekedar mendengar, mencatat akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pem belajaran mem bangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan unt uk m emperbaiki dan m eningkatkan kem ampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kem am puan itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Menurut pengertian-pengertian di atas dapat disim pulkan bahwa metode pem belajaran fisika adalah cara atau langkah - langkah yang akan digunakan dalam proses pembelajaran fisika unt uk mencapai t ujuan instruksional yang ada. Ada beberapa metode m engajar yang cocok digunakan oleh guru dalam proses pem belajaran fisika antara lain : 1 m etode ceramah, 2 m etode tanya jawab, 3 m etode diskusi 4 metode dem osntrasi, 5 metode eksperimen 5 metode pem berian tugas, 6 metode latihan 7 m etode penemuan. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien m aka guru harus dapat memilih metode yang cocok untuk digunakan. Pemilihan metode harus dipert im bangkan dengan materi pelajaran, tujuan pem belajaran lingkungan siswa dan sarana prasarana pendidikan yang ada. Setiap metode m em punyai kelemahan dan kekurangan sendiri sendiri. Tidak ada metode yang paling baik dan tidak ada metode yang cocok digunkan untuk sem ua materi pelajaran. Guru sebagai tenaga professional harus mampu menggunakan sem ua metode dan m em ilih yang cocok untuk digunakan dalam proses pem belajaran. Unsur pent ing dalam pembelajaran yang baik adalah 1 siswa yang belajar, 2 guru yang m engajar, 3 bahan pelajaran, dan 4 hubungan ant ara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika, maka sem ua usaha guru harus diarahkan unt uk membantu dan mendorong agar siswa mau m em pelajari fisika sendiri. dari pihak guru diharapkan menguasai bahan yang akan diajarkan, tahu perkem bangan siswa, dapat m enyusun bahan sehingga mudah ditangkap siswa. Komunikasi antara siswa dan guru sangat penting sehingga m ereka dapat saling mem bantu, m engisi dalam kegiatan belajar m engajar. Dari pengam atan penulis di lapangan guru fisika sering m endapat kesan galak, tidak suka senyum , dan m enakutkan sehingga relasi dengan siswa m enjadi jauh. Dalam konteks pem belajaran konstruktivis, guru fisika diharapkan lebih dekat dengan siswa, banyak humor sehingga terjadi relasi yang baik dengan siswa. Dengan demikian, siswa tidak takut dan lebih berani unt uk bert anya pada guru.

10. Evaluasi Belajar

Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA

3 28 176

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA PETA KONSEP DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 1 126

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 1 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 2 14

(ABSTRAK) PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1

0 0 3

PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1 KECAMATAN

1 18 182

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA | Rochmawati | Inkuiri 3786 8372 1 SM

0 0 10

PENGEMBANGAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) SEBAGAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MINAT BELAJAR SISWA.

0 0 1