PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA

(1)

commit to user

i

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA

DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI

MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia

Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Biologi

Oleh : Sumiati S830809222

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA

DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI

MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia

Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh : Sumiati S830809222

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ____________ ______ NIP. 195201161980031001

Pembimbing II : Prof. Drs.Sutarno, M.Sc., Ph.D ____________ ______ NIP. 196008091986121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001


(3)

commit to user

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES

TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA

DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI

MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia

Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011)

Disusun oleh : Sumiati S830809222

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal, ……….

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Prof. Dr. Ashadi ……… Sekretaris Dra. Suparmi , MA.Ph.D .………... Anggota Penguji 1.Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M .Pd. ……… 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D ………....

Surakarta,………. Mengetahui Ketua Program Studi Pend. Sains Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195708201985031004 NIP. 19520116198003100


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Sumiati NIM : S830809222

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran

Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments)

MenggunakanPermainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk, kemudahan dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian yang berjudul PEMBELAJARAN BOLOGI DENGAN METODE TGT (Teams Games Tournaments) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA-TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Sistem koordinasi pada manusia, Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2010/2011)

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan.


(6)

commit to user

vi

4. Pembimbing pertama Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Pembimbing kedua Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

6. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

7. Semua karyawan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan demi kelancaran tugas-tugas penulis.

8. Kepala Sekolah SMPN 2 Tambakrejo yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Kepala Sekolah SMPN 2 Purwosari yang telah memberi kesempatan penulis untuk mengadakan try out penelitian.

10.Siswa Kelas IX-B dan IX-C SMP N 2 Tambakrejo atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data.

11.Suamiku dan putriku tersayang Qirania Zhafira, yang telah memberikan dorongan, kasih sayang yang tulus dan doanya selama proses penyusunan tesis. 12.Bu Sri Rahayu, Bu Agin. serta Bu Puji yang talah menjadi semangat

seperjuangan dalam menempuh program pasca sarjana dan senasip sepenanggungan dalam menyelesaikan tesis ini.


(7)

commit to user

vii

13.Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana atas kerja sama dan kekompakannya.

14.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik di sisi Allah SWT.

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dalam penelitian ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Biologi.

Surakarta, Januari 2011


(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

halaman

JUDUL... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II. LANDASAN TEORI ... 16

A. Kajian Teori 1. Hakekat Pembelajaran ... 16


(9)

commit to user

ix

3. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT ... 35

4. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ular Tangga ... 41

5. Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Teka-Teki Silang.... 42

6. Media Pembelajaran ... 45

7. Memori ... 46

8. Kreatifitas ... 53

9. Prestasi Belajar ... 55

10. Karakteristik Materi ... 57

B. Penelitian yang Relevan ... 74

C. Kerangka Berpikir ... 79

D. Hipotesis ... 88

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 89

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 89

B. Metode Penelitian ... 89

C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 91

D. Variabel Penelitian... 92

E. Teknik Pengumpulan Data ... 94

F. Instrumen Penelitian ... 95

G. Uji Coba Instrumen... . 95

H. Teknik Analisis Data ... 106

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 111

A. Deskripsi Data ... 111


(10)

commit to user

x

C. Pengujian Hipotesis ... 128

D. Pembahasan ... 133

E. Keterbatasan Penelitian... 149

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 150

A. Kesimpulan... 150

B. Implikasi ... 153

C. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 155


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

halaman 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian dan Mid Semester II Mata Pelajaran IPA

SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010...5

2. Sembilan Fase Belajar... 27

3. Hubungan Media dengan Tujuan Pembelajaran ... 46

4 Macam-macam Syaraf ... 68

5. Fungsi Syaraf Simpatik dan Syaraf Parasimpatik ... 70

6. Kelainan Pada Mata ... 71

7. Tahap Penelitian ... 89

8. Rancangan Penelitian ... 90

9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ... 97

10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ... 98

11. Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian kognitif ... 99

12. Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Instrumen Penilaian Kognitif . 100 13. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas ... 102

14. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreatifitas ... 103

15. Skor Penilaian Afektif... 104

16. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif ... 105

17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen penilaian Afektif ... 106

18. Deskripsi data nilai prestasi belajar Biologi. ... 112

19. Distribisi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kelas Ular Tangga dan Teka-Teki Silang ... 112


(12)

commit to user

xii

20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas Ular Tangga dan

Teka-Teki Silang ... 114

21. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Memori tinggi dan Rendah ... 116

22. Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreatifitas tinggi dan Rendah... 117

23. Rangkuman Anava tiga jalan... 129

24. Rangkuman Hasil Komputasi Anova General linear model ... 129


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Tahapan proses mengingat ... 47

2. Sel syaraf... 60

3. Otak pada manusia ... 64

8. Mata pada manusia ... 70

9. Telinga pada manusia... 71

10. Kulit pada manusia... 72

11. Lidah pada manusia... 73

12. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Ular Tangga ... 113

13. Diagram batang Prestasi Belajar kelas Teka-teki Silang... 113

14. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Ular Tangga... 115

15. Diagram batang Prestasi Belajar afektif kelas Teka-teki Silang... 115

16. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi... 118

17. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Ular Tangga... 119

18. Uji Normalitas Prestasi Belajar Biologi kelas Teka-teki Silang... 120

19. Uji Normalitas nilai afektif kelas Ular Tangga... 121

20. Uji Normalitas nilai afektif kelas Teka-teki Silang... 121

21. Uji Normalitas nilai Memori Tinggi... 122

22. Uji Normalitas nilai Memori Rendah... 123

23. Uji Normalitas Kreativitas Tinggi... 124


(14)

commit to user

xiv

25. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Metode... 126

26. Uji Homoginitas nilai Afektif menurrut Metode... 126

27. Uji Homoginitas Prestasi Belajar Biologi menurut Memori... 127

28. Uji Homoginitas Prestasi Belajar menurut Kreatifitas... 128

29. Diagram ANOM pengaruh permainan terhadap Prestasi Belajar... 132


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Silabus ... 158

2. Skenario Pembelajaran... 160

3. Hubungan Indikator, Nomor Soal dan Tingkat Kemampuan Kognitif pada Tes Obyektif sistem Koordinasi pada manusia ... 174

4. Instrumen Penilaian Kognitif ... 176

5. Kunci Jawaban Soal-Soal Kognitif ... 185

6. Lembar Jawaban ... 186

7. Indikator penilaian angket Afektif ... 187

8. Instrumen penilaian Afektif sistem koordinasi pada manusia ... 189

9. Instrumen Memori ... 192

10. Lembar Jawaban Memori ... 193

11. Indikator Penilaian tes Kreatifitas verbal ... 194

12. Instrumen Penilaian tes Kreatifitas ... 195

13. Aturan Permainan Ular Tangga ... 206

14. Lembar Pertanyaaan Ular Tangga ... 208

15. Aturan Permainan Teka-teki Silang ... 221

16. Lembar Pertanyaaan Teka-teki Silang ... 222

17. Lembar Kegiatan Diskusi ... 233

18. Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 TambakrejoTahun Pelajaran 2009/2010 ... 266


(16)

commit to user

xvi

19. Daftar Nilai Ulangan Harian dan Mid Semester 2 Siswa Kelas IXC

SMP Negeri 2 Tambakrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 ... 267

20. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda danTaraf Kesukaran Soal Kognitif... 268

21. Uji Validitas dan Reliabilitas Afektif... 276

22. Uji Validitas dan Reliabilitas Memori ... 279

23. Uji Reliabilitas Kemampuan kreatifitas ... 286

24. Data Induk Penelitian ... 289

25. Deskriptif Data ... 291

26. Grafik perbandingan nilai ... 292

27. Uji Normalitas ... 293

28. Uji Homogenitas ... 298

29. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 304

30. Uji Lanjut Pasca Anava ... 307

31. Perijinan ... 309


(17)

commit to user

xvii ABSTRAK

Sumiati. “Pembelajaran Biologi Dengan Metode TGT (Teams Games Tournaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-teki silang Ditinjau Dari Memori dan Kreativitas siswa”. (Studi Kasus Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Manusia Untuk Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Januari 2010. Pembimbing 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi. (2) Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (3) Pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah kelas IX SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011, sejumlah 3 kelas. Sampel diambil dengan teknik claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel memori, kreativitas dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif digunakan metode angket. Pengujian hipotesis dengan ANOVA dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel yang tidak sama.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar biologi baik kogninitif maupun afektif. (2) Terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar biologi. (3) Tidak terdapat pengaruh kreatifitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. (4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar biologi. (6) Tidak ada interaksi antara Kreatifitas dengan memori terhadap prestasi belajar biologi. (7) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan Kreatifitas terhadap prestasi belajar biologi.

Kata kunci: TGT, Teka-teki silang, Ular Tangga, memori, kreativitas, prestasi belajar, sistem koordinasi pada manusia.


(18)

commit to user

xviii ABSTRACT

Sumiati. “Biology Learning by applying Team Games Tournaments (TGT) Method through Ladder Games and Crossword Puzzle Overviewed from The Memory and Creativity students. (A Case study on Human Coordination

System for 9 th grade student, SMPN 2 Tambakrejo, academic year

2010/2011. Thesis, science education program, post graduate program,sebelas maret University, Surakarta: 2010. Advisor 1. Prof. Dr Whidha sunarno, M.Pd. 2. Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D.

The objectives of the research were to know: (1) the effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the student’s achievement in biology. (2) the effect of high and low memory toword the student’s achievement in biology. (3) the effect of high and low creativity toword the student’s achievement in biology . (4) interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) interaction between learning method and student’s creativity to the student’s achievement in biology. (6) interaction between student’s memory and creativity ability to the student’s achievement in biology. (7) interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.

The research used experimental method. The population was all students in grade IX, SMP Negeri 2 Tambakrejo in the academic year 2010/2011, consisted of 3 classes. Sample was taken by claster random sampling technique, consisted 2 classes. The 1 st experiment class was treated ladder games and the 2nd one was treated using Crosswords. The data was collected using test for student academic, student’s memory and creativity, and questioner for affective student academic. The hypothesis were tested using ANOVA with 2x2x2 factorial design with unequal cell number, and continued GLM test.

Based on the analysis result can be concluded that: (1) there was an effect of TGT learning method using ladder games and crossword toword the cognitive and affective student’s achievement in biology. (2) there was an effect of high and low memory toword the cognitive student’s achievement but there word no effect of high and low memory toword the affective student’s achievement in biology. (3) There was no effect of high and low creativity to the student’s achievement in biology. (4) There was no interaction between learning method and student memory toword the student’s achievement in biology. (5) There was no interaction between learning method and creativity toword the student’s achievement in biology. (6) There was no interaction between creativity and memory to the student’s achievement in biology. (7)There was no interaction between learning method, memory, and creativity to the student’s achievement in biology.

Key word: TGT, Crossword, ladder games, memory, creativity, achievement, Human coordination system.


(19)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Untuk mengemban tugas tersebut, guru profesional saat mengajar harus pandai memilih model pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran dan karakter siswa dapat mendukung tercapainya tujuan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dan kreativitas para pendidik dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sehingga tercipta sumber daya manusia yang mempunyai kesiapan mental dan kemampuan berpartisipasi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelajaran IPA biologi (sains) diserap bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya, 2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tehnologi dan masyarakat, 4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, 5. Meningkatkan


(20)

commit to user

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, 6. meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7. Meningkatkan pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidika kejenjang selanjutnya (Depdiknas:2003).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang saat ini dikembangkan oleh pemerintah, dimana kurikulum ini merupakan pengembangan kurikulum 2004. Departemen Pendidikan Nasional telah menetapkan karangka dasar, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan, dalam rangka pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini. Sedangkan pengembangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. Kurikulum baru ini tetap memberikan tekanan pada pengembangan kompetensi siswa. Prinsip pengembangan KTSP adalah 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 2. Beragam dan terpadu; 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan; 5. Menyeluruh dan berkesinambungan; 6. Belajar sepanjang hayat; 7. Dan seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

Dengan berlakunya kurikulum ini, guru sebagai pengajar dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk peserta didiknya dan


(21)

commit to user

juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered.

Model pembelajaran yang selama ini diaplikasikan di SMPN 2 Tambakrejo adalah model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, open book, penugasan, bahkan tidak jarang guru menyuruh siswa untuk mencatat. Banyak guru di SMPN 2 Tambakrejo yang belum menggunakan variasi model pembelajaran, mereka terbiasa menggunakan model konvensional, Belum adanya penerapan pembelajaran kooperatif pada SMPN 2 Tambakrejo terutama dengan metode TGT (Tea m Ga me Tourna ment) pada jenjang pendidikan akan membangun pribadi-pribadi siswa yang suka bekerja sama, menghormati perbedaan, menjunjung tinggi nilai gotong royong yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Guru di SMPN 2 Tambakrejo sebelum melakukan proses pembelajaran, belum melakukan penggalian memori awal terlebih dahulu yang berkaitan tentang tujuan dan materi pelajaran, dalam silabus pelajaran biologi kurikulum KTSP pada kompetensi dasar 1.3 mengenai sistem koordinasi, terdapat empat indikator mengenai sistem koordinasi pada manusia yaitu a) Membandingkan bentuk/ bangun bagian organ dan/ atau organ penyusun sistem koordinasi pada manusia, b) Mendeskripsikan fungsi otak, fungsi sumsum tulang belakang, dan sel syaraf dalam dalam sistem koordinasi, c) Menunjukkan bagian-bagian alat indera dan fungsinya, d) Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Materi


(22)

commit to user

sistem koordinasi pada manusia yang diberikan pada siswa kelas IX semester satu perlu disignifikasi dengan suatu metode yang menarik dan sesuai. Materi sistem koordinasi pada manusia menuntut siswa untuk mengetahui berbagai hal tentang sistem koordinasi pada manusia, pada materi ini bersifat abstrak yang berarti tidak dapat dilihat langsung oleh siswa, sulit dan sangat penting bagi kehidupan sehari- hari, serta banyak konsep-konsep yang penting, sehingga membutuhkan pemahaman dan hafalan yang cukup. Kendalanya adalah terkadang siswa kurang bisa memahami materi sistem koordinasi pada manusia. Oleh sebab itu, materi ini perlu diajarkan dengan metode yang sesuai dengan karakteristik materi . Metode yang diharapkan siswa mampu mengingat terus dalam memorinya, metode yang sesuai adalah metode TGT melalui ular tangga dan teka-teki silang, disini siswa belajar sambil bermain.

Kondisi siswa belajar merupakan masukan mentah (ra w input)yang berpengaruh dalam proses belajar, kemampuan memori siswa merupakan salah satu faktor ra w input yang akan berinteraksi dengan masukan instrumen(instrumen input) dan masukan lingkungan (environmenta l input) yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar. Kemampuan memori berkaitan dengan kemampuan menerima atau memasukkan (lea rning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali (remembering). Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut, harus memahami mengapa hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik. Menurut Mahesh kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: 1. Daya ingat mengenali sesuatu, 2. Kesan


(23)

commit to user

yang tinggal didaya ingat, 3. Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, 4. Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan.

Dengan banyaknya istilah latin dalam materi biologi, kemungkinan diperlukan kemampuan memori siswa yang tinggi, untuk mendapat prestasi belajar yang tinggi,serta mendapat prestasi belajar biologi yang optimal.

Selain itu pelajaran IPA juga memerlukan kreativitas untuk mengukur pemikiran divergen, yaitu mencari macam-macam alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diketahui. Selama ini guru di SMPN 2 Tambakrejo juga belum menggali kreativitas anak dalam proses belajar mengajar, sehingga proses belajar mengajar belum maksimal untuk menggali potensi dari siswa.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa prestasi belajar IPA untuk siswa SMPN 2 Tambakrejo masih memprihatinkan, terbukti nilai rata-rata kelas ulangan harian dan mid semester kurang dari KKM yaitu 58. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajarnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari data nilai rata-rata ulangan harian dan tengah semester untuk mata pelajaran IPA Biologi pada tahun 2009/2010, diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata ulangan harian dan mid semester SMPN 2 Tambakrejo Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.

No Kelas UH Mid SMT UH < KKM UH> KKM Mid< KKM Mid >KKM KKM

1. 7A 52 50 80% 20% 85% 15% 58

2. 7B 45 48 90% 10% 75% 25% 58

3 7C 42 44 60% 40% 65% 35% 58

4. 8A 55 52 92% 8% 88% 12% 58

5. 8B 54 56 85% 15% 77% 23% 58

6. 9A 50 55 69% 21% 86% 14% 58

7. 9B 48 50 87% 13% 90% 10% 58

8. 9C 49 55 93% 7% 70% 30% 58


(24)

commit to user

Dari data didalam tabel dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai IPA biologi masih dibawah KKM. Kemungkinan lain prestasi belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran biologi, selain itu rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain: motivasi, kesehatan, dan kemampuan awal. Motivasi belajar merupakan faktor yang sangat berpengaruh di SMPN 2 Tambakrejo, berdasarkan hasil observasi yang saya peroleh siswa cenderung malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, ini dapat dilihat dari kegiatan siswa pada waktu KBM (kegiatan belajar mengajar) ada yang mengantuk, ramai sendiri, bergurau dengan teman, bahkan ada yang tidur pada saat guru menerangkan. Menurut Dawson R. Hancock dalam jurnalnya yang berjudul

Effects of performance assessment on the a chievement and motivation of graduate

students (2007: 220): “In a cademic environments, motivation to lea rn is

oftenviewed a s a student’s tendency to find a ca demic a ctivities meaningful a nd

worthwhile deriving the intended benefits of those a ctivities” . Di lingkungan

pelajar, motivasi sering dipandang sebagai kecenderungan siswa yang menemukan aktifitas pelajar yang berguna dan bermanfaat dikarenakan motivasi dan pembelajaran saling berhubungan.

Siswa SMPN 2 Tambakrejo cenderung pasif dalam pembelajaran, ini dapat terlihat bahwa siswa tidak antusias terhadap pelajaran IPA. Inca me yang rendah dari SMPN 2 Tambakrejo juga sangat berpengaruh, kemungkinan faktor ekstern yang berpengaruh dapat berasal dari guru, media pembelajaran, model pembelajaran, sarana prasarana, dan lingkungan hal ini menyebabkan prestasi


(25)

commit to user

belajar siswa tidak dapat optimal karena kurangnya inovasi guru dalam metode pembelajaran IPA. Pada umumnya pembelajaran IPA di SMP masih didominasi pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Untuk membangkitkan semangat belajar siswa diperlukan metode pembelajaran yang baru. Bermain didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental yang berada diambang ketegangan. Bermain sambil belajar dapat dijadikan metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi.

Ada beberapa pendekatan metode pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL,CTL dan lain sebagainya. Menurut Kemal Doymus dkk dalam jurnalnya yang berjudul

Effects of Two Cooperative Lea rning

Strategis on Tea ching a nd Lea rning Topics of Thermochemistry (2009: 34) .

“These methods a nd structures can be categirizet into the following models

a )Student Tea ms and Achievement Divisions (STAD), b) Tea ms – Tourna ments (TGT), c) Lea rning Together(LT), d) Jigsa w Technique(JT), e) Group Investigation Technique (GIT), f) Tea m Accelera ted Instruction (TAI) and g) Cooperative Integrated Rea ding and composition (CIRC).

Pembelajaran kooperative ini ada beberapa metode dan struktur antara lain STAD, TGT, LT, JT, GIT, TAI, CIRC. Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta penguasaan kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya mampu secara materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang bersifat formal dan membangkitkan


(26)

commit to user

motivasi siswa supaya senang dengan pelajaran IPA, sehingga selain diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, diharapkan juga model pembelajaran yang diterapkan dapat membuat siswa aktif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin yaitu dengan cara siswa menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Selama ini, dalam kegiatan belajar individual masih cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Disini, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahua yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan contoh model pembelajaran yang dapat membantu peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang ada, hal inidikarenakan adanya interaksisiswa didalam kelompoknya dan juga interaksi dengan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menghasilkan akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.


(27)

commit to user

Model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil bermain adalah metode pembelajaran TGT (Tea ms Ga mes Tourna ments). Salah satu contoh pembelajaran kooperatif yang tepat untuk materi sistem koordinasi pada manusia adalah metode pembelajaran TGT (Tea ms Ga mes Tourna ments)

merupakan contoh model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang mempunyai tema belajar sambil bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat diterapkan untuk materi biologi, karena TGT lebih tepat diterapkan untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari model cooperatif lea rning yang lain adalah, metode TGT menambah dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan maslah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu-waktu siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti Ular tangga, Scrambel, Roda impian, TTS dan Piramid, tetapi sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Teka-teki silang (Cross Word) dan Ular tangga. Untuk proses pembelajaran biologi pada materi perkembangbiakan pada tumbuhan, dimana dengan permainan teka-teki silang siswa dapat belajar memecahkan suatu permasalahan dengan cara serta usahanya sendiri, sedangkan dengan permainan ular tangga dapat meningkatkan motivasi siswa karena untuk mencapai finish (mencapai kemenangan) dapat diperoleh dengan keberuntungan


(28)

commit to user

mengocok dadu. Kedua permainan ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Perbedaan jenis permainan pada metode TGT kemungkinan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam metode pembelajaran ini siswa diharapkan dapat bermain sambil belajar dalam suasana kerja sama, sehingga siswa tertarik dan tidak bosan dalam belajar materi sistem koordinasi pada manusia, yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pada uraian diatas, penulis memperoleh pemikiran bahwa, prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model, metode dan media pembelajaran ditinjau dari memori dan kreativitas siswa. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian tentang pembelajaran biologi dengan metode TGT

(Tea ms Ga mes Tourna ments) menggunakan permainan ular tangga dan teka-teki

silang ditinjau dari memori dan kreativitas siswa yang melibatkan peran aktif siswa dalam belajar sambil bermain.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Rata-rata prestasi belajar siswa di SMPN 2 Tambakrejo belum memadai karena guru melaksanakan proses pembelajaran secara monoton;

2. Adanya beberapa model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran biologi (standar kompetensi Pada materi sistem koordinasi pada manusia) seperti : TGT, GI, STAD, TPS dan lain sebagainya, namun guru cenderung mengajar dengan ceramah;


(29)

commit to user

3. Adanya beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran biologi seperti pendekatan kooperatif, kontekstual, PBL, dan lain sebagainya, namun guru mengajar selalu dengan monoton;

4. Karakteristik siswa adalah selalu aktif dan suka bermain, namun dalam proses pembelajaran selalu berorientasi tea cher centered;

5. Banyak model pembelajaran yang melibatkan permainan seperti ular tangga, TTS, Scrambel, Roda Impian, Wordsquare dan lain sebagainya, namun belum banyak guru yang mengaplikasikannya;

6. Guru belum memperhatikan faktor-faktor internal siswa seperti motivasi, kreatifitas, sikap ilmiah, keterampilan proses, memory dan lain sebagainya, dalam proses pembelajarannya;

7. Penyampaian materi biologi di kelas IX sangat padat seperti: sistem Ekskresi, sistem Reproduksi, kelangsungan hidup organisme, hereditas dan sistem koordinasi pada manusia namun guru belum mampu menunjukkan saling keterkaiatan konsep tersebut;

8. Guru hanya cenderung menitik beratkan penilaian pada aspek kognitif saja, padahal penilaian biologi terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan terfokus pada masalah yang diteliti. Pembatasan masalah penelitian ini dititik beratkan pada:


(30)

commit to user 1. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi hanya model TGT menggunakan permainan Teka-teki silang dan ular tangga.

2. Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi sistem koordinasi pada manusia.

3. Memori

Memori siswa dibatasi hanya pada tinggi dan rendah. Memori yang diukur merupakan memori spesia l.

4. Kreativitas

Kreativitas siswa dibatasi untuk kategori tinggi dan rendah 5. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dan permainan ular tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?

2. Apakah ada pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?


(31)

commit to user

3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?

4. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa

terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia? 6. Apakah ada interaksi antara memori dengan kreativitas siswa terhadap prestasi

belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?

7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dan Ular Tangga terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

2. Pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

3. Pengaruh kreativitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.


(32)

commit to user

4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia. 6. Interaksi antara memori dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

7. Interaksi antara metode pembelajaran, memori dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

F. Manfaat Penelitian

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan atau sebagai bahan pemikiran kepada guru maupun tenaga-tenaga kependidikan lainnya agar lebih cermat dalam menentukan model pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

b. Memberikan masukan bagi para pendidik dalam pemilihan strategi pembelajaran, bahwa perlu adanya inovasi metode dalam pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan efektifitas dala pembelajaran.

c. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara memilih metode pembelajaran yang tepat.


(33)

commit to user

d. Hasil penelitian diharapkan dapat menumbuh kembangkan kreativitas dan apresiasi guru dalam pembelajaran yang berkualitas , yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Biologi, khususnya pada materi pokok sistem koordinasi pada manusia.

2. Manfaat Teoris

a. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model TGT dengan menggunakan permainan teka-teki silang dan ular tangga.

b. Informasi sumbangan tentang memori terhadap prestasi belajar siswa. c. Informasi sumbangan tentang kreativitas belajar terhadap prestasi siswa. d. Menambah khasanah teori dalam bidang penelitian.


(34)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pembelajaran

Belajar merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi manusia, Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, apakah belajar itu?. Menurut Ratna wilis Dahar (1989: 21), belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman. Ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan prilaku akibat dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus yang terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memperoleh untuk mengeluarkan respon terkondisi. Belajar seperti ini disebut belajar responden dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontinuitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, hal ini sering kita alami dan kita kenal sebagai belajar “drill”. Ketiga, belajar adalah konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan beberapa besar pengulangan itu, belajar ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian, kita belajar dari model-model, dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi yang lain dalam belajar


(35)

commit to user

observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian.

Sedangkan pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat (Slameto, 2003: 30). Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai skema yang berupa struktur cara menanamkan pengetahuan pada seseorang. Dapat juga diartikan pula sebagai pola yang yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk guru dikelas. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran ini sebagai kerangka koseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran membuat para pengembang pembelajaran memahami dan merinci masalah ke dalam unit-unit yang lebih mudah diatasi dan menyelesaikan masalah pembelajaran (Agus Supriyono 2009: 46)

Beberapa teori belajar dan pembelajaran yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:

a. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. (Asri Budiningsih, 2005: 58). Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu


(36)

commit to user

kenyataan yang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang dapat mengetahui sesuatu melului interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci. Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul

Between Constructivism

a nd Connectedness ”(2008: 325):

“ Thus, constructivist tea cher education progra ms typica lly a gree on the following four principles formulated: a ). Constructivist lea rning is a bout constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist lea rning is a bout understa nding and a pplying, not reca ll.; c). Constructivist lea rning is a bout thinking a nd a na lyzing, not a ccumula ting and memorizing; d). Constructivist lea rning is a bout being a ctive, not pa ssive.

Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a). Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c). Pembelajaran kontruktivis merupakan membelajaran untuk berpikir dan menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d). Pembelajaran kontrunstivis merupakan pembelajaran yang bersifat aktif bukan pembelajaran yang bersifat pasif.


(37)

commit to user

Paul suparno (2001: 122-130), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (kontruksi) orang itu sendiri. Piaget menyatakan secara ekstrim bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri. Pembentukan pengetahuan ini itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan atau lingkungan baru. Orang itu sendiri yang membentuk pengetahuannya. Namun, ini bukan tidak berarti bahwa orang lain atau lingkungan sosial lain tidak mempunyai peranan. Orang-orang atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan pengetahuan tersebut, sebagai yang memacu, mengkritik dan menantang, sehingga proses pembentukan pengetahuan lebih lancar. Dengan berhadapan dan berkontak dengan orang lain, gagasan seseorang ditantang, diluruskan serta diyakinkan. Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 57), yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih


(38)

commit to user

untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. 1) Piaget

Jean Piaget adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir dari konkrit ke abstrak. Menurut Piaget, tahap-tahap berpikir itu adalah pasti dan spontan namun umur kronologis yang diberikan itu adalah fleksibel, terutama selama masa transisi dari periode yang satu ke periode berikutnya. Umur kronologis itu dapat saling tindih tergantung kepada individu. Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut Piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung.

Hal ini berarti bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru. Sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam pembelajaran kooperatif, adalah pada saat siswa mengkonstruk dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu dan secara kelompok saat siswa bekerja dalam kelompok. Salah satu


(39)

commit to user

syarat keanggotaan kelompok belajar adalah mempertimbangkan kemajuan perkembangan anak. Dalam kelompoknya siswa saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan tugas.

Paul Suparno (2007: 10-11) menyatakan kontruktivisme psikologis diawali oleh penelitian Piaget yang meneliti bagaimana seorang anak membangun kognitifnya. Piaget mengamati bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentik pengetahuannya sendirian. Penelitian ini menyoroti bagaimana seorang anak itu pelan-pelan membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana individu secara mandiri mengkonstruksikan pengetahuannya dari interaksinya dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Dalam pembentukan pengetahuan lewat skema-skema itu, seorang anak mengerjakan sendiri tanpa orang lain. Jelas pendekatan Piaget ini lebih personal dan individual, kontruktivisme personal inilah yang dalam banyak tempat dan negara memunculkan adanya sekolah individual.

Piaget juga mengungkapkan tata perkembangan siswa melalui teori-teori perkembangan berpikir, Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan tiruan (imitasi)keadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat transformasi tertentu atau sebagai titik tolak transformasi lain. Dengan kata lain, aspek pemikiran yang lebih esensial adalah


(40)

commit to user

aspek operatif, aspek inilah yang sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Aspek berfikir figuratif memunculkan pengetahuan yang figuratif, yaitu pengetahuan hafalan atau pengetahuan representasi , misalnya pengetahuan seorang anak akan nama-nama barang dan kota merupakan pengetahuan figuratif, disini anak dapat menyebutkan nama-nama akan tetapi dapat terjadi bahwa anak tidak memahami konsep nama-nama itu. Berfikir operatif memunculkan pengetahuan operatif, yang merupakan pengetahuan yang sesungguhnya. Ciri pengetahuan ini adalah anak mengerti konsep-konsep dan strukturnya yang lebih umum sehingga dapat digunakan untuk memahami pengalaman-pengalaman lain yang senada. Pengetahuan figuratif adalah pengetahuan yang pasif, sedangkan pengetahuan yang operatif adalah pengetahuan yang aktif di mana seorang anak sungguh-sungguh mengolah dan membentuk pengetahuan.

Piaget menyimpulkan bahwa pengetahuan manusia itu pada dasarnya adalah aktif, mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dan sistem-sistem transformasi. Mengetahui adalah mentransformasi realitas agar dapat dimengerti bagaimana satu realitas tertentu terbentuk, dengan kata lain mengetahui sesuatu adalah membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan sistem tersebut.

2) Vygotsky

Vygotsky mengemukakan ada empat prinsip kunci dalam pembelajaran, yaitu: (a) Penekanan pada hakekat sosio-kultural pada pembelajaran (the


(41)

commit to user

dan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain dalam proses pembelajaran, (b) Zona perkembangan terdekat (zone of proxima l development). Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif setiap anak memiliki apa yang disebut zona perkembangan proksimal (zone of proxima l development) yang didefinisikan sebagai jarak atau selisih antara tingkat perkembangan anak yang aktual dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang bisa dicapai si anak jika ia mendapat bimbingan atau bantuan dari seseorang yang lebih dewasa atau lebih berkompeten, (c) Pemagangan kognitif (cognitive a pprenticeship). Suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan seorang ahli. Seorang ahli bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau teman sebaya yang telah menguasai permasalahannya, (d) Perancahan (sca ffolding). Perancahan atau sca ffolding, merupakan satu ide kunci yang ditemukan dari gagasan pembelajaran sosial Vygotsky. . Vygotsky sangat yakin bahwa ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :

”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang sca folding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,


(42)

commit to user

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa implikasi utama dari teori Vygotsky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok-kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanan perancahan dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggungjawab terhadap belajar.

b. Teori Belajar Ausubel

Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117) teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Adva nce organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat” . a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya


(43)

commit to user

bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d) Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-UT adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga


(44)

commit to user

siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.

c. Teori Belajar menurut Gagne

Definisi belajar menurut Gagne (1984) yang dikutip oleh Ratna Wilis (1989:11), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamam. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar biologi yang penting adalah pengalaman yang dapat membuat perubahan tingkah laku, bentuk tingkah laku yang diamati (observa bel) dan dapat diukur. Masukan atau input yang berupa stimulus merupakan bentuk pengalaman yang diperoleh siswa, sedangkan keluaran atau output yang berupa respon merupakan bentuk tingkah laku hasil belajar, yang dapat dilihat dari prestasi belajar biologi. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa seperti metode pembelajaran untuk membantu siswa dalam menyerap apa yang diberikan oleh guru, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan sisswa terhadap stimulus. Bentuk stimulus berupa pengalaman yang diperoleh siswa akan mempengaruhi tingkat perubahan perilaku. Semakin menarik pengalaman yang diberikanguru seperti metode pembelajaran yang inovatif akan memberikan respon yang tinggi pula, sehingga akan membantu siswa memperoleh prestasi yang tinggi.

Fase belajar menurut Gagne (1983)dalam Margaret E. Bell Gleder (1994: 199) ditunjukkan tabel 2.1


(45)

commit to user

Tabel 2.1. Sembilan Fase Belajar

Perincian Fase Fungsi

1. Persiapan untuk belajar

1. Mengarahkan perhatian

(a ttending)

2. Penghargaan (expecta ncy)

3. Mendapatkan kembali/

retrieva l dari memori kerja

Belajar peka terhadap stimulus

Membawa si belajar tahu tujuan belajar.

Mengingat kembali.

2. Pemerolehan

dan untuk

pembuatan

(performa nsi)

4. Persepsi seleksi atas sifat

stimulus

5. Sandi semantik(sema ntic

enconding)

6. Retriva l dan respon

7. Penguatan (reinforcement)

Penyimpan sementara dalam memori kerja. Pengalihan sifat stimulus dan informasi ke memori jangka panjang.

Mengembalikan

informasi yang disimpan ke pembangkit respon. Konfismasi tujuan belajar.

3. Alih belajar 8. Pengisyaratan untuk

retrieva l

9. Pemberlakuan secara umum

(genera liza bility)

Mengingat kembali Alih belajar ke situasi baru

Berdasarkan teori Gagne diatas proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar ditunjukkkan dengan prestasi hasil belajar yang diperoleh melalui fase-fase belajar. Dalam belajar diperlukan adanya pengarahan perhatian

(a ttending) sebagai stimulus yang akan diseleksi untuk disimpan dalam memori

kerja. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar yang dapat ditangkap melalui alat indera. Seleksi didasarkan atas sifat stimulus, semakin kuat sifat perhatian/ stimulus, semakin kuat informasi yang dibawa ke


(46)

commit to user

penyimpan sementara dalam memori kerja, yang selanjutnya akan dibawa ke memori jangka panjang. Yang akan muncul atau retrieva l bila dipanggil atau yang disebut mengingat kembali. Dalam proses belajar biologi dapat diartikan bahwa peranan guru sangat penting dalam hal pengarahan perhatian, misalnya penentuan jenis metode pembelajaran yang mempunyai stimulus tinggi yang mampu memberikan kekuatan besar penyimpanan dalam memori kerja dan memori jangka panjang untuk disimpan sebagai bentuk respon ingatan. Sehingga dengan metode pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan kepekaan stimulus akan mempermudah siswa

d. Teori Motivasi

Perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja (Slavin, 2005: 34). Dari perspektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers (seperti dorongan dan pujian) sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok.


(47)

commit to user e. Teori Belajar Sosial

Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27), menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan - determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian rewa rd dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar secara global dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (Muhibbin Syah, 2006: 132), faktor internal meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rokhaniah): (1) Faktor jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan cacat tubuh (tonus jasmani, mata dan telinga), (2) Faktor psikologis, meliputi: inteligensi, sikap, minat, bakat, dan motivasi. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar, sedangkan faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.


(48)

commit to user

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. (1) Faktor keluarga, berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan; (2) Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; (3) Faktor masyarakat, meliputi : kegiatan siswa dalam masyarakat,

ma ss media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Renante P.Manlunas menyatakan bahwa

ICT a nd Cooperative

Lea rning : Renventing the Cla ssroom: (2006:4) “ Cooperative lea rning (CL) is The instructiona l use of sma ll groups through which students work together to ma ximize their own and ea ch others lea rning” In this type of cla ssroom, the students intera ct with their groups and perform ta sk-oriented a ctivities designed

by the tea cher” . Pembelajaran kooperatif (CL) adalah penggunaan pembelajaran

melalui kelompok-kelompok kecil dimana siswa bekerja sama untuk memaksimalkan mereka sendiri dan masing-masing orang lain belajar. Dalam hal ini jenis kelas ,siswa berinteraksi dengan kelompok mereka dan melakukan kegiatan berorientasi tugas yang dirancang oleh guru.

Menurut Slavin (2005: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.


(49)

commit to user

Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Dengan kata lain pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang terdiri dari kelompok kecil, masing-masing terdiri dari siswa yang tingkat kemampuannya berbeda. Aktivitas pembelajaran jenis ini dapat meningkatkan pemahaman mereka akan setiap pelajaran. Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggungjawab terhadap pengajaran yang diajarkan, tetapi mereka juga ikut membantu belajar teman kelompoknya. Selain itu juga, untuk menciptakan pencapaian dari sebuah suasana yang diharapkan, para siswa mengerjakan semua tugas-tugas sampai semua anggota kelompok benar-benar memahami secara lengkap dengan baik. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul

The Effects of Cooperative Lea rning on Junior High School Students’ Beha viour

Discourse a nd Lea rning During a Science-Ba sed Lea rning Activity” (2008: 332) :

“This includes ensuring that the group ta sk is esta blished so that

a ll members rea lize that they a re required to contribute a nd to a ssist others to do likewise. It a lso includes ensuring that students a re ta ught the interpersona l and sma ll-group skills that a re required to help students communicate effectively with their peers, ma na ge conflict, a lloca te resources fairly and ma ke decisions democratica lly. When these elements ha ve been embedded into the sma ll group structure, students a re more likely to feel included and a ccepted as part of the ‘group’, a nd this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to a chieve and contribute to both their own and the group’s goa ls” .

Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu,


(50)

commit to user

dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya.

Usaha kerjasama tersebut menghasilkan keuntungan bagi para peserta sehingga semua anggota kelompok: a. meraih dari setiap usahanya masing-masing (keberhasilannmu menguntungkanku dan keberhasilanku menguntungkanmu), b. mencatat bahwa semua anggota kelompok berbagi keyakinan pada umumnya (ikut tenggelam atau berenang bersama-sama), c. mengetahui kualitas penampilan setiap orang karena dirinya sendiri dan anggota kelompoknya (kita tidak bisa melakukan itu tanpa kamu), d. merasakan kebanggaan dan merayakan bersama-sama ketika sebuah anggota kelompok berhasil dalam pencapaian (selamat buat keberhasilanmu).

Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan dalam jurnalnya yang berjudul

Promoting Cooperatif Learning in Scince a nd Mathematic Education :

A Ma la ysian Perspectif” (2006:2)

“ Cooperative lea rning is grounded in the belief that lea rning is most effective when students a re a ctively involved in sha ring idea s and work cooperatively to complete a cademic ta sks. Cooperative lea rning ha s been used as both an instructiona l method and as a lea rning tool a t various levels of educa tion a nd in va rious subject a rea s.”

Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa pembelajaran yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan


(51)

commit to user

pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media pembelajaran. Pembelajaran kooperatif hanya berdasarkan keadaan yang meyakinkan bahwa usaha bekerjasama diharapkan menjadi lebih produktif daripada persaingan dan usaha individual. Kondisi tersebut antara lain: a. ketergantungan yang positif, (tenggelam/ berenang bersama-sama): 1) setiap usaha anggota kelompok diharapkan dan sangat diperlukan untuk keberhasilan kelompoknya, 2) masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang unik untuk membuat usaha bersama, karena sumbernya atau aturannya dan bertugas untuk bertanggung jawab; b. Interaksi secara langsung (meningkatkan keberhasilan satu sama lain): 1) penjelasan secara lisan tentang cara mengatasi masalah-masalah, 2) mengajari pengetahuan satu sama lain, 3) menguji pemahaman, 4) membahas konsep yang diajarkan, 5) menghubungkan pelajaran sekarang dengan masa lalu; c. individu dan kelompok yang dapat dipertanggungjawabkan (tidak tergantung, tidak bermalas-malasan): 1) menjaga ukuran kelompok kecil. Kelompok yang lebih kecil merupakan kelompok yang dapat dipertanggungjawabkan lebih besar, 2) memberikan tes secara individu untuk setiap siswa, 3) menguji siswa dalam ucapan dengan memanggil satu siswa untuk mempresentasikan pekerjaan sendiri/kelompoknya kepada guru. (presentasi dalam kelompok / untuk segala kelas), 4) observasi masing-masing kelompok dan merekam frekuensi dari kontribusi setiap anggota terhadap tugas kelompok, 5) menetapkan satu siswa dalam setiap aturan kelompok dari pengecek. Pengecek meminta anggota kelompok lain untuk menjelaskan sebab-sebab dan


(52)

commit to user

perbandingan jawaban kelompok, 6) Beberapa siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari terhadap orang lain; d. keahlian kelompok kecil dan perseorangan: 1) Kehalian sosial harus diajari, 2) Kepemimpinan, 3) Membuat keputusan, 4) Membangun kepercayaan, 5) Komunikasi, 6) Keahlian mengatur konflik; e. proses kelompok: 1) Anggota kelompok membahas bagaimana mereka mencapai tujuannnya dan menjaga hubungan kerja yang efektif, 2) Menggambarkan tindakan anggota yang membantu dan tidak membantu, 3) Membuat keputusan tentang perilaku yg berkelanjutan atau yang harus dirubah.

Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul

The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Beha viour Discourse a nd

Lea rning During a Science-Ba sed Lea rning Activity” (2008: 332) :

“This includes ensuring that the group ta sk is esta blished so that

a ll members rea lize that they a re required to contribute and to a ssist others to do likewise. It a lso includes ensuring that students a re ta ught the interpersona l a nd sma ll-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, a lloca te resources fairly a nd ma ke decisions democratica lly. When these elements ha ve been embedded into the sma ll group structure, students a re more likely to feel included and a ccepted as part of the ‘group’, a nd this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to a chieve a nd contribute to both their own a nd the group’s goa ls” .

Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir dan saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu, dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

tahun pelajaran 2010/2011. Artinya tingkat memori dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang serta tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Artinya kreativitas tinggi maupun rendah dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.

Tidak ada interaksi antara tinggi rendahnya memori serta tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2011. Artinya tingkat memori dan tingkat kreativitas siswa mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan permainan teka-teki silang, tinggi rendahnya memori dan tinggi rendahnya kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 2 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/20119. Artinya tingkat memori, tingkat kreativitas dan penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar biologi materi sistem koordinasi pada manusia.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan adalah :

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada pembelajaran biologi, materi sistem koordinasi pada manusia. 2. Pada pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia sebaiknya

disajikan dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang lebih baik dibandingkan dengan metode TGT menggunakan permainan ular tangga pada pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada manusia

3. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor memori siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua tingkatan memori, baik tinggi maupun rendah.

4. Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, dilihat dari faktor kreativitas siswa, metode pembelajaran TGT dapat diterapkan pada semua tingkatan kreativitas, baik tinggi maupun rendah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam penggunaan metode pembelajaran TGT, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar sesuai


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan dalam penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga antara lain: a. Siapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan, seperti LKS, LKS dibuat oleh guru, sebelum digunakan di uju cobakan terlebih dahulu dan digunakan oleh siswa dan semua guru mata pelajaran IPA, b. Kuasai materi yang akan disampaikan, c. Bagi kelompok secara heterogen mungkin sehingga terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya.

2. Hendaknya, guru memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap memori dan kreativitas siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi sistem koordinasi pada manusia.

3. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa, hendaknya tidak hanya dengan tes, tapi juga dapat dilakukan dengan pengamatan langsung.

4. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam upaya meningkakan prestasi belajar siswa.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Andang Ismail. 2006. Education Game. Yogyakarta: Pilar Media

Akbar, R, Hawadi, R.S.D.W, dan Mardi W.2001. Kreativitas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anonim. 2008. http://massofa.wordpress.com. Diakses tanggal 15 Januari 2009 Anonim. 2008. Media Pembelajaran. http: //akhmadsudrajat.wordpress.com. Anonim. 2008. Teka-Teki Silang. http://id.wikipedia.org.

Anonim. 2008. Ular tangga. http: // id.wikipedia.org/wiki Anonim. 2008. Memori. http: // id.wikipedia.org/wiki

Anonim. 2008. Memori. http: //rumahbelajarpsikologi.com

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum Revisi ketiga. Yogyakarta:

Andi Offset.

. 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Dahar, Ratna wilis . 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta.

Effandi Zakarria and Zanaton Iksan 2006. Promoting Cooperative Learning in

Science and Matematis Education: A Malaysian Perspective.

Malaysia : Universiti Kebangsaan.

Erlika Setyaningsih. 2009. Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TGT (Teams Games Tournament) Menggunakan peramainan Ular Tangga

dan Teka-teki silang dalam bentuk media flash dengan

memperhatikan memori dan EQ (Emotional Quotion) materi pokok struktur atom . Tesis UNS Tidak Diterbitkan.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Feng Feng Kee 2008. Alternatif goal Struktures F or Computer Game-Based

Learning : International Society of the learning Science. University of

New Mexico. (dikases tanggal 6 september 2008)

Gillies M. Robbin. 2008. The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students Behaviours, Discourse and Learning During a

Science Based Learning Activity : Journal international School

Psychology Association. Vol 29 Hal 332 (dikases tanggal 3 Februari 2010). .

Gredler, Margaret E.Bell.1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.

Gordon, Mordechai.2008. Between Contructivisme and Connectednes. Journal of teacher education. Vol 59.no 4 Hal 325:AACTE (diakses tanggal 14 Januari 2010)

Hancock, Dawson R. 2007. Effec of performance assessment on the

achievement and motivation of graduate students. Journal active

learning assessment on the achievement and motivation of graduate students. Vol 8 no 3 Hal 220 (diakses tanggal 12 Desember 2009). Istamar Syamsuri. Biologi untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Kapida, Mahesh.2003. Daya Ingat: Bagaimana Mendapatkan yang Terbaik. Jakarta: Obor.

Kemal Doymus, Umit Simsek, Ataman Karacop and Sukru Ada, 2009. Effec of Two Cooperative Learning Strategies on Teaching and Learning

Topics of Thermochemistry”. Journal world Applied Sciences.vol 1

hal3 4 (diakses 2009).

Kimmball, John W 1996. Biologi : Edi Kelima: Jilid 2.Bogor: Erlangga.

Matthijs Bass, Carsten K.W. De Dreu, and Bernard A. 2008. A Meta- Analysis of 25 Year of Mood-Creativity Research: Hedonic Tone, Activation, or

Regulatory F ocus?”.journal Americane Psychological Association vol

134, No. 6,779-806 (diakses 2008)

Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya

Munandar, S.C.U (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah . Jakarta.PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Nana Sudjana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nicolaus Dolly Simon Kusdwiutomo.2008. Pengaruh Pembelajaran Físika Dengan Media Power Point Disertai Animasi Dan Modul Dilengkapi Alat Peraga Terhadap Prestasi Relajar Física Ditinjau Dari Kreativitas Siswa.Tesis . Surakarta:Universitas Sebelas Maret.

Paul Suparno.2001. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius

Prabu, C. 1999. Perkembangan Taraf Intelegensi Anak. Bandung : Angkasa. Puspo, G.2003. Motivasi dan Kreativitas dalam Pembelajaran. Surabaya:

Usaha Nasional.

Renante P. Manlunas. 2006. ICT and Cooperative Learning : Renventing the

Classroom . University of the Philippines in the Visayas Cebu College

profesional Education Division.

Saifuddin Azwar. 2001. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2004. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

, R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Squire, Larry R. 1986. Memory and Brain. New York:Oxford University Press.

Yolanda Sarason, Catherine Banbury. 2004. Active Learning F acilitated by Using a Game-Show Format or Who Doesn’t Want to be a

Millionaire?. Journal of Management Education . Vol 28 Hal 513


Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The Effectiveness of Using Teams Games Tournaments (TGT) in Teaching Reading of Narrative Text, (A Quasi-Experimental Study at the Second Year Students of SMPN I Pakuhaji)

0 10 0

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DAN TEKA TEKI SILANG PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TATA NAMA SENYAWA

0 13 85

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN KARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN GAYA BELAJAR SISWA.

0 0 12

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DENGAN MEDIA KARTU DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA.

0 0 44

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS.

0 0 21

PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE TGT MENGGUNAKAN MEDIA GAMES ULAR TANGGA DAN PUZZLE DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 9

Pembelajaran kontruktivis menggunakan peta konsep dan teka teki silang ditinjau dari minat dan kreativitas belajar siswa 41

0 2 143