Pembelajaran kontruktivis menggunakan peta konsep dan teka teki silang ditinjau dari minat dan kreativitas belajar siswa 41

(1)

i

PEMB ELAJARAN KONTRUKTIV IS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG

DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIV ITAS BELAJAR SISWA

( Studi kasus pem belajaran kalor pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009 )

TESIS

Unt uk Mem enuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

Disusun Oleh

S U W A N D I NIM S. 830908153

PROGRAM PASC AS ARJAN A

UNIVERS ITAS S EBELAS MARET

S URAKARTA

2010


(2)

ii

PERS ETUJUAN

PEMB ELAJARAN KONTRUKTIV IS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG

DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIV ITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kalor Pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 2 T oroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009)

Disusun Oleh

Suwandi Nim S. 830908153

Telah disetujui oleh T im Pem bim bing Dewan Pem bim bing

Jabatan Nama Tanda Tanga n Tanggal

Pem bim bing I Prof. Dr. H. W idha Sunarno, M. Pd

NIP 19520116 198003 1 001 ... ... Pem bim bing II Dra. Suparmi, MA., P h. D.

NIP 19520915 197603 2 001 ... ...

Mengetahui

Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. W idha Sunarno, M. Pd NIP 19520116 198003 1 001


(3)

iii

PEMB ELAJARAN KONTRUKTIV IS MENGGUNAKAN PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG

DITINJAU DARI

MINAT DAN KREATIV ITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Kalor Pada Siswa

Kelas VII SMP Negeri 2 T oroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009)

Disusun Oleh: Suwandi S830908153

T elah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama T anda T angan

Ketua : ... NIP.

Sekretaris : ... NIP.

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. H.W idha Sunarno, M.Pd ... NIP. 19520116 198003 1 001

2. Dra. Suparmi, MA. P h.D ... NIP. 19520915 197603 2 001

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Pendidikan Sains

Prof. Drs. Surant o, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19680901 199403 1 002 NIP. 19520116 198003 1 001


(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nam a : Suwan di

NIM : S830908153

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

PEMBELAJARAN

KONTRUKTIVIS

MENGGUNAKAN

PETA

KONSEP DAN TEKA TEKI SILANG

DITINJAU DARI MINAT

DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Pem belajaran Kalor Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Toroh Tahun Pelajaran 2008 / 2009) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukt i pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia m enerim a sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakart a, 10 Januari 2010 Yang m embuat pernyataan


(5)

v

MOTTO

Tidak ada kesuli tan yang tidak dapat diatasi

Tiada daya dan kekuatan mel ainkan dengan pert olongan I llahi

Jangan pernah menyalahkan orang lain, karena apapun yang menimpa

kita adalah buah dari tangan kit a sendi ri


(6)

vi

PERSEMBAH AN

T esi s ini dipersembahkan kepada : 1. I bunda t ersa yang 2. I st ri kuk u t erci nta

3. A nak -anak k u yang tersaya ng

4. Semua anggot a kel uar ga dan handai t aul an 5. R ek an-rekan senasi p dan seperj uanga n


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SW T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul “Pem belajaran Konstrukt ivis Menggunakan Peta Konsep Dan T eka-T eki Silang Ditinjau Dari Minat Dan Kreativitas Belajar Siswa” guna m emenuhi sebagian persyaratan dalam m enyelesaikan program Magister Pendidikan Sains di Universitas Sebelas Maret Surakart a. Banyak hambatan yang m enimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tesis ini, namun berkat bant uan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis sam paikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakart a yang telah berkenan m em berikan segala fasilitas kepada penulis dalam menem puh pendidikan program pascasarjana pendidikan sains.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing I , yang telah banyak m emberikan dorongan kepada penulis serta bimbingan penyusunan dan penunt asan penulisan tesis ini.

3. Dra. Suparm i, MA., Ph.D., selaku Pembim bing II, yang telah mem berikan bant uan dan bim bingan dalam menyempurnakan penulisan ini.

4. Dosen-dosen pengampu m ata kuliah, yang senantiasa memacu semangat dan mem berikan kebebasan berpikir dan berkreatifitas.


(8)

viii

6. Drs. H. Nurhuda, M.M., Kepala SMP Negeri 2 Toroh yang telah mengijinkan untuk m endapatkan data penelitian.

7. Kepala SMP Negeri 5 Surakart a yang telah mengijinkan pelaksanaan uji instrumen.

8. Rekan Guru dan Karyawan serta Siswa di SMP Negeri 2 T oroh yang menjadi tempat berlangsungnya penelitian.

9. Sem ua pihak yang telah membantu penulis dalam m enyelesaikan penulisan penelitian tesis ini yang tidak dapat disebut satu persatu

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kam i sangat mengharapkan saran dan masukan demi baiknya tesis ini serta berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat. Amin.

Surakart a, 10 Januari 2010


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halam an

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN T ESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN... vi

KAT A PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR T ABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

ABSTRAK... xviii

ABSTRACT ... xix BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Ident ifikasi Masalah ... C. Pem batasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. T ujuan Penelitian... F. Manfaat Penelitian ...


(10)

x BAB II KAJIAN TEO RI

A. Landasan T eori ... 1. Pengert ian Belajar ... 2. Fakt or-faktor yang Mempengaruhi Motiivasi Belajar .... 3. T eori Belajar Konstrukt ivisme ... 4. Peta Konsep (Concept Mapping)... a. Pengert ian Peta Konsep... b. Ciri-ciri Peta Konsep... c. Langkah-langkah Peta Konsep... 5. T eka-Teki Silang... ... 6. Minat ... a. Arti Minat Belajar ... b. Fakt or-faktor Yang Mempengaruhi Minat ... c. Pengukuran Minat ... 7. Kreativit as ... 8. Prestasi Belajar... ... 9. Pem belajaran IPA (Sains)... a. Hakikat Fisika………... b. Metode Pembelajaran Fisika... 10.Evaluasi Belajar... 11.Materi Pem belajaran Fisika ... a. Pengert ian Kalor ... b. Kalor Mengubah Suhu Zat ...


(11)

xi

c. Kalor Mengubah W ujud Zat ... d. Azas Black dan Kalorim eter ... e. Perpindahan Kalor ... B. Penelitian yang relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis ... BAB III. MET ODOLOGI PENELIT IAN

A. T em pat dan Waktu Penelitian ... 1. T em pat Penelitian... 2. Waktu Penelitian ... B. Metode Penelitian... C. Rancangan dan Variabel Penelitian... 1. Rancangan Penelitian ... 2. Variabel Penelitian ... D. Populasi dan Sampel... 1. Populasi... 2. Sam pel ... E. Metode Pengum pulan Data ... 1. Metode Tes ... 2. Metode Angket ... F. Instrumen Penelitian ... G. T eknik Analisis Data ... 1. Uji Coba Instrumen ...


(12)

xii

2. Uji Hipotesis ... BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 1. Data Prestasi Belajar Pada Pembelajaran Peta Konsep

dan Teka-Teki Silang ... 2. Data Prestasi Belajar Pada Minat Belajar T inggi dan

Rendah ... 3. Data Prestasi Belajar Pada Kreativitas Belajar Tinggi

dan Rendah... 4. Data Minat Belajar dan Kreativitas Belajar ... B. Hasil Analisis Data ... 1. Uji Keseimbangan ... 2. Uji Persyaratan Analisis ... 3. Hasil Uji Hipotesis ... 4. Hasil Uji Komparasi Ganda ... C. Pem bahasan Hasil Penelitian ... D. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian ... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Penelitian ... B. Implikasi Penelitian ... C. Saran ... DAFTAR PUST AKA ... LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TAB EL

T abel Halaman

2.1 Hasil/kapabilitas menurut Gagne ... 2.2 Jenis, Indikator, dan Evaluasi Prestasi ... 2.3 Kalor Jenis Zat ... 2.4. Konduktivitas Termal Beberapa Zat ... 3.1 Jadwal Penelitian ... 3.2 Rancangan Penelitian ... 3.3 Rangkuman Analisis Variansi T iga Jalan dengan Sel T ak Sama ... 4.1 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada pembelajaran peta konsep

dan t eka-t eki silang ... 4.2 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran pet a konsep... 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar pada pembelajaran teka-t eki

silang ... 4.4 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada m inat belajar tinggi dan

rendah ... 4.5 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada m inat belajar tinggi... 4.6 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada m inat belajar rendah... 4.7 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi

dan rendah... 4.8 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar tinggi ... 4.9 Deskripsi data hasil prestasi belajar pada kreativitas belajar rendah...


(14)

xiv

4.10 Deskripsi data hasil angket minat dan angket kreativitas belajar siswa ... 4.11 Jumlah sebaran siswa masing-masing kelom pok... 4.12 Harga stasistik uji besert a harga kritik pada normalitas ... 4.13 Rangkuman Uji Norm alitas Nilai Prestasi Belajar Fisika dengan Uji

Lilliefors... 4.14 Rangkuman Data Sel ... ... 4.15 Rangkuman Analisis Variansi...


(15)

xv

DAFTAR GAMB AR

Gam bar Halaman

2.1 Percobaan Joule ... 2.2 Grafik Hubungan Ant ara Suhu dan Kalor Pada Es Yang Dipanaskan

Hingga Menjadi Uap ... 2.3 Kalorimet er ... 2.4 Konduksi Pada Logam ... 2.5 Konveksi Pada Air... 2.6 Konveksi dim anfaatkan untuk m em anaskan rum ah di daerah dingin ... 2.7 Bagan Kerangka Berpikir ... 4.1 Histogram hasil belajar pada pem belajaran peta konsep... 4.2 Histogram hasil belajar pada pem belajaran teka-teki silang... 4.3 Histogram hasil belajar pada minat belajar tinggi ... 4.4 Histogram hasil belajar pada minat belajar rendah ... 4.5 Histogram hasil belajar pada kreativitas belajar tinggi... 4.6 Histogram hasil belajar pada kreativitas belajar rendah ...


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lam piran Halaman 1. Jadwal Penelitian ... 2. Silabus ... 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 4. Materi Pembelajaran dan Kisi-kisi Lem bar Kerja Siswa ... 5. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ... 6. Angket M inat Belajar ... 7. Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar ... 8. Angket Kreativitas Belajar... 9. Kisi-kisi T es Prestasi Belajar ... 10. Tes Prestasi Belajar... 11. Kunci Jawaban T es Prestasi Belajar ... 12. Hasil Uji Instrumen T es Prestasi (Reliabilitas, Validitas, T ingkat Kesukaran, Daya Beda) ... 13. Hasil Uji Instrumen Angket Minat Belajar (Reliabilitas dan Validitas) ... 14. Hasil Uji Instrumen Angket Kreativitas Belajar (Reliabilitas dan Validitas) ... 15. Data Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Unt uk Uji Keseimbangan... 16. Uji Normalitas Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Kelompok Pembelajaran Peta Konsep ...


(17)

xvii

17. Uji Normalitas Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya Kelompok Pembelajaran Teka-T eki Silang ... 18. Uji Homogenit as A1-A2 Nilai Ulangan Fisika Sebelumnya ... 19. Uji Keseim bangan Nilai Ulangan Fisika Sebelum nya ... 20. Data Induk Penelitian ... 21. Uji Normalitas T es Prestasi Kelompok Pem belajaran Peta Konsep ... 22. Uji Norm alitas Tes Prestasi Kelompok Pembelajaran Teka-T eki Silang... 23. Uji Normalitas T es Prestasi Kelompok Minat Belajar T inggi... 24. Uji Normalitas T es Prestasi Kelompok Minat Belajar Rendah ... 25. Uji Normalitas T es Prestasi Kelompok Kreativit as Belajar Tinggi... 26. Uji Normalitas T es Prestasi Kelompok Kreativit as Belajar Rendah ... 27. Uji Homogenit as A1-A2... 28. Uji Homogenit as B1-B2 ... 29. Uji Homogenit as C1-C2 ... 30. Uji Anava 2 x 2 x 2 ... 31. Uji Komparasi Ganda... 32. Fot o Penelitian...


(18)

xviii ABSTRAK

Suwandi, S830908153. “Pem belajaran Konstruktivis Menggunakan Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang Diti njau Dari Minat Dan Kreativitas Belajar Siswa” (Studi Kasus di SMP Negeri 2 T oroh Kelas VII pada Sub Pokok Bahasan Kalor T ahun Pelajaran 2008/2009).”

Tujuan penelitian ini unt uk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pem belajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang, (2) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat m inat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) pengaruh int eraksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IP A-fisika, (6) pengaruh int eraksi antara kem ampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat m inat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika.

Penelitian ini m enggunakan m etode eksperimen dengan desain fakt orial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh pesert a didik kelas VII SMP Negeri 2 T oroh. Sam pel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sam pling terdiri dari em pat kelas. Kelom pok eksperim en I pem belajarannya menggunakan peta konsep dan kelompok eksperimen II pem belajarannya menggunakan teka-teki silang. Masing-m asing kelompok terdiri dari 80 pesert a didik. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, dan non tes (angket). Semua instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sam a. Uji lanjut anava m enggunakan uji Scheffe.

Hasil penelitian didapat kan: (1) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik jika proses pem belajarannya m enggunakan pet a konsep dan teka teki silang, (2) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik yang mem iliki tingkat m inat tinggi dan rendah, (3) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) tidak ada pengaruh int eraksi ant ara penerapan pet a konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (5) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) tidak ada pengaruh int eraksi antara kem am puan tingkat minat dengan kreativit as terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) tidak ada pengaruh int eraksi antara penerapan peta konsep dan teka t eki silang, tingkat m inat, dan kreativit as terhadap prestasi belajar IPA-fisika.


(19)

xix ABSTRACT

Suwandi, S830908153. “C on structi ve Learning Using C oncept Map and Crossword O bserved from The Student’s Enthusi asm an d C reativity” (A Case Study in SMP Negeri 2 Toroh of Seventh Grade Student s in Heat Sub Them e 2008/2009 Academ ic Year)

The goal of the research is to find out: (1) The difference of Physics achievem ent for the students through the learning process of Concept Map and Crossword, (2) The difference of Physics achievement for the student who has the level of low and high enthusiasm, (3) The difference of Physics achievem ent for the student who has low and high creativity, (4) The int eraction between applied of Concept Map and Crossword with the level of enthusiasm toward the Physics achievem ent , (5) T he interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of creativity toward the Physics achievement, (6) The int eraction between the level of enthusiasm with creativity toward the Physics achievem ent , (7) The int eraction between applied of Concept Map and Crossword, the level of enthusiasm, and the creativity t oward the Physics achievement.

This research uses experim ent method with factorial 2x2x2 design. The population of the research is the whole students of seventh grades in SMP Negeri 2 T oroh. The sample of the research is determined random ly with cluster random sampling technique which consists of four classes. T he first experim ent class is the learning use concept map and the second experim ent class is the learning uses crossword. Each of the class consists of 80 student s. T he data collecting uses the test technique and non test technique (questionnaire). All the instrument have been tested validity and reliability. The research hypot hesis test uses unequal cell Anava three ways with the helped of MS EXEL program. The continuing of Anava test uses Scheffe test.

The result of the research are: (1) There is the difference of Physics achievem ent for the students through the learning process of Concept Map and Crossword, (2) There is the difference of Physics achievem ent for the student who has the level of low and high ent husiasm, (3) T here is the difference of Physics achievem ent for the student who has low and high creativity, (4) There is no interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of enthusiasm toward the Physics achievem ent, (5) T here is no interaction between applied of Concept Map and Crossword with the level of creativity toward the Physics achievement, (6) There is no int eraction between the level of ent husiasm with creativity toward the Physics achievem ent, (7) T here is no int eraction between applied of Concept Map and Crossword, the level of enthusiasm, and the creativity toward the P hysics achievement .


(20)

2008/2009). Tesis Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha S, M .Pd, Pembimbing II : Dra.

Suparmi, M A, Ph.D Program Studi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas

M aret Surakarta 2009”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui : (1) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika

bagi peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki

silang, (2) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat

minat tinggi dan rendah, (3) perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang

memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) pengaruh interaksi antara penerapan peta

konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika,

(5) pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan

kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) pengaruh interaksi antara kemampuan

tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (7) pengaruh

interaksi antara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas

terhadap prestasi belajar IPA-fisika.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2.

Pop ulasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VII SM P Negeri 2 Toroh. Sampel

penelitian ditentukan secara acak dengan teknik

cluster random sampling

terdiri dari

empat kelas. Kelompok eksperimen I pembelajarannya menggunakan peta konsep dan

kelompok eksperimen II pembelajarannya menggunakan teka-teki silang. M asing-masing

kelompok terdiri dari 80 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, dan

non tes (angket). Semua instrumen telah diuji validitas dan reliabilitasny a. Uji hipotesis

penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sama. Uji lanjut anava menggunakan uji

Scheffe.

Hasil penelitian didapatkan: (1) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi

peserta didik jika proses pembelajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang,

(2) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik yang memiliki tingkat

minat tinggi dan rendah, (3) ada perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi peserta didik

yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, (4) tidak ada pengaruh interaksi antara

penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi

belajar IPA-fisika, (5) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan

teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika, (6) tidak ada

pengaruh interaksi antara kemampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi

belajar IPA-fisika, (7) tidak ada pengaruh interaksi antara penerapan peta konsep dan

teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika.


(21)

1

A. Latar Bel akan g Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalam nya terdapat beberapa kom ponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi, bergant ung, dan berguna unt uk mencapai tujuan. Komponen itu adalah tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan dan alat pendidikan. Kelima komponen pendidikan tersebut, akan terimplementasikan dalam proses pem belajaran, yaitu kegiatan belajar mengajar. Seseorang dikat akan telah belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dari tidak t ahu m enjadi tahu yang m eliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembentukan insan yang berkualitas melalui pendidikan menekankan pada pembentukan sumber daya pem bangunan yang m emiliki etos kerja, produktivit as, memiliki profesionalisme sert a m am pu menguasai maupun memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tant angan- tantangan alam, masyarakat, teknologi sert a kehidupan yang sem akin kom pleks.

Undang-Undang nomor 20 T ahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 mengamanatkan agar kita m emiliki Standar Nasional Pendidikan (SNP), sebagai acuan pengem bangan kurikulum , tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Ketent uan tentang SNP berupa dokum en yang m enurut UU nomor 20 Tahun 2003 diwujudkan dalam


(22)

bent uk Peraturan Pemerint ah. Untuk m em udahkan bagi sekolah maupun masyarakat pada um umnya memaham i bagaimana wujud sekolah yang telah memenuhi SNP diperlukan contoh nyata, berupa Sekolah Standar Nasional. Dengan adanya SSN, masyarakat dapat m em peroleh contoh bagaimana wujud nyat a sekolah yang dim aksudkan dalam SNP. Dalam kerangka itu, Direkt orat Pendidikan Lanjutan Pertam a (Dit.PLP) m elakukan rintisan pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang diharapkan dapat menjadi contoh wujud nyat a dari sekolah yang dimaksudkan dalam SNP dan menjadi acuan atau rujukan sekolah lain dalam m engembangkan diri sesuai dengan standar nasional. Sekolah lain sejenis dapat bercermin unt uk memperbaiki diri dalam mencipt akan iklim psikososial sekolah untuk m enjamin terselenggaranya proses pendidikan yang bermakna, menyenangkan sekaligus m encerdaskan. Selain itu, dengan adanya SSN, diharapkan sekolah lain yang berada pada daerah yang sam a dapat terpacu untuk terus m engembangkan diri dan mencapai prestasi dalam berbagai bidang yang sesuai dengan potensi yang dim iliki oleh masing-masing sekolah. SSN diharapkan juga berfungsi sebagai pat ok duga (bench mark) bagi sekolah dalam mengem bangkan diri menuju layanan pendidikan yang baik.

Sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), guru m emiliki posisi yang m enentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, dan m engevaluasi pembelajaran. Sejalan dengan itu pula, Kurikulum T ingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar m engajar sangat strategis dan menent ukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan


(23)

materi pelajaran. Menent ukan karena gurulah yang m emilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada pesert a didik. Salah satu fakt or yang mempengaruhi guru dalam upaya m em perluas dan m em perdalam m ateri ialah rancangan pem belajaran yang efekt if, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat CT L merupakan salah satu model pem belajaran berbasis kom petensi yang dapat digunakan unt uk m engefekt ifkan dan m enyukseskan implem ent asi kurikulum 2006. Ada kecenderungan dewasa ini unt uk kem bali kepada pem ikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alam iah. Belajar akan lebih berm akna jika anak ‘m engalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang beorientasi target penguasaan materi terbukt i berhasil dalam kompetisi ’mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam m em bekali anak m em ecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan itulah yang terjadi di sekolah-sekolah kit a. Dalam konteks itu, siswa perlu mengert i m akna belajar, apa m anfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana m encapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu m ereka memposisikan sebagai diri sendiri yang m em erlukan suatu bekal unt uk hidupnya nant i. Mereka mem pelajari apa yang berm anfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pem bim bing (Depdikbud, 2002: 2).


(24)

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah m em bant u siswa m encapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. T ugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama unt uk menem ukan sesuatu yang baru bagi anggot a kelas (siswa). Sesuatu yang baru (pengetahuan dan ketrampilan) datang dari ‘menemukan, menata dan mengkonstuksi sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekat an kontekstual.

Strategi kontekstual m erupakan strategi pem belajaran yang dikem bangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Berdasarkan pengamatan, sejauh ini pendidikan kita m asih didom inasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakt a yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utam a pengetahuan, kem udian ceramah m enjadi pilihan utama strat egi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strat egi belajar “baru” yang lebih m em berdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakt a-fakta tetapi sebuah strat egi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Melalui landasan filosofi konstruktivism e ini, Pendekatan Peta Konsep dan Teka T eki Silang dipromosikan menjadi alternat ive strategi belajar yang baru. Melalui strategi ini siswa diharapkan dapat belajar melalui ‘pemaham an dan analisa konsep konsep secara runt ut dari hal hal sederhana sam pai ke hal hal yang lebih komplek serta dapat berdiskusi atau tanya jawab dengan teman-temannya sendiri’ bukan ‘sem ata mat a m enghafal m ateri dari gurunya’.


(25)

Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya berlangsung secara klasikal. Dengan dem ikian setiap pesert a didik diharapkan akan belajar dengan kecepatan yang sam a. Padahal setiap individu mem punyai perbedaan dengan individu yang lain. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal kecepat an belajar, gaya belajar, kem am puan tingkat berpikir, kreativitas pesert a didik, motivasi untuk berprestasi dan lain-lain. Perbedaan tersebut akan m em pengaruhi daya serap terhadap m ateri yang dipelajarinya. Akibat yang lebih fat al adanya perbedaan individual yang kurang m endapat kan perhatian itu adalah timbulnya kesulitan belajar, kegagalan belajar atau rendahnya pencapaian prestasi belajar.

Pembelajaran IPA pada dasarnya berupaya membekali pesert a didik dengan berbagai pengetahuan dan cara kerja yang dapat m em bant u pesert a didik untuk mem ahami alam secara mendalam, oleh karena itu peserta didik perlu dibantu dan diberi ruang unt uk mengembangkan sejumlah keterampilan proses sebagai wahana unt uk memaham i dan m enjelajahi alam dengan baik dan benar.

Pengem bangan ket erampilan proses dapat dilakukan melalui pemberian informasi maupun pengalam an secara langsung m elalui praktikum ataupun eksperimen, baik di laboratorium maupun di alam (lingkungan). Nam un pada umumnya pengajaran IPA di sekolah belum sepenuhnya sepert i yang dikehendaki Kurikulum dan belum m em punyai relevansi dengan tujuan kurikulum tersebut. Pengajaran IPA dewasa ini lebih banyak menyampaikan fakta yang kurang begitu dim engerti oleh siswa, daripada m engembangkan kemam puan metode ilm iah, kadang kadang pengajaran hanya terbatas pada produk atau fakt a, konsep, dan teori saja.


(26)

Anak sebagai pesert a didik m enjadi sasaran utam a dalam kegiatan pendidikan, mereka diharapkan dapat mencapai keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari kem ampuannya dalam m enguasai materi pelajaran, prestasi belajar yang dicapai siswa, ketrampilan dan kebenaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan lain-lain. Nam un dari pengam atan penulis sasaran di atas belum sepenuhnya tercapai dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih-lebih di SMP Negeri 2 T oroh sebagai obyek penelitian penulis saat ini. Hal ini m ungkin disebabkan karena beberapa faktor ant ara lain, terbatasnya sarana pendukung yang ada di sekolah ini, kurang tepatnya guru dalam menerapkan m etode pembelajarannya, m asih adanya siswa yang selalu beranggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit, sert a m asih rendahnya minat belajar siswa.

Dengan demikian pengajaran IPA sem estinya merujuk pada teori-t eori pem belajaran yang dikem ukakan oleh para ahli sehingga sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh kurikulum . T ujuan yang dikehendaki oleh kurikulum telah jelas bahwa kurikulum menekankan pada pembentukan keteram pilan mem peroleh pengetahuan. Penekanan ini hanya dapat diwujudkan melalui penerapan teori-t eori pem belajaran kognitif.

Peserta didik tingkat SMP yang m emiliki sifat dan karakteristik khusus antara lain bermain, berpetualangan, belajar, m enirukan, berkelom pok, berkreasi, bereksperim en, dan berfant asi. Oleh karena itu jika pem belajaran IPA Fisika yang disampaikan m engandung sifat dan karakteristik pesert a didik sepert i tersebut di atas, m aka akan dapat m enarik minat belajar peserta didik. Untuk m encapai hal


(27)

tersebut, dalam m erancang dan menyusun pengajaran tidak hanya pertim bangan apa yang akan dipelajari peserta didik, tetapi juga bagim ana pesert a didik menggunakan apa untuk m em pelajari materi t ersebut.

Hal ini sejalan dengan tuntutan globalisasi yang memerlukan sum ber daya insani yang tinggi. T untutan kualitas sumber daya insani yang tinggi dan mandiri dapat dilakukan melalui peningkat an kualitas sum ber daya insani, begitu pent ingnya pendidikan dalam kehidupan suatu bangsa, sehingga selalu m enuntut adanya inovasi. T idak akan ada kemajuan pendidikan tanpa inovasi. Melalui inovasi pendidikan akan diperoleh berbagai penemuan mengenai ketrampilan, metode-met ode belajar, sum ber-sum ber belajar dan sebagainya. Berbagai inovasi pem belajaran term asuk pendekatan konstruktivis merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk m eningkat an kualitas pembelajaran di sekolah.

Penelitian ini akan m engungkapkan Pengaruh serta interaksi Pembelajaran Kontruktivis dengan menggunakan Pendekatan Peta Konsep dan Teka T eki Silang ditinjau dari Minat dan Kreativitas Belajar Siswa, sebagai upaya peningkatan kualitas pem belajaran yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Toroh, Kabupaten Grobogan.

B. Identi fikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang m asalah yang diuraikan di atas, m aka penulis dapat m engidentifikasi masalah yang ada, sebagai berikut :

1. Kualitas pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah, hal ini berhubungan dengan masih rendahnya etos kerja dan kem am puan bersaing diberbagai bidang.


(28)

2. Masih ada guru yang belum mem ahami arah kurikulum yang sekarang berlaku, berkenaan dengan seringnya pergantian kurikulum dan kurangnya sosialisasi dari aparatur yang berwenang.

3. Masih banyak guru pasif m em anfaatkan kem ajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk m enciptakan media pem belajaran baru.

4. Kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan keluarga dan pendidikan lingkungan. Sehingga m ereka beranggapan bahwa keberhasilan pendidikan hanya tergant ung pada pendidikan sekolah.

5. Masih banyak guru yang kurang berminat dalam melakukan penelitian dan pem baharuan pem belajaran demi kemajuan pendidikan.

6. Masih ada guru yang kurang menguasai beraneka ragam metode m engajar dan lebih sering menggunakan metode ceram ah dalam proses pembelajaran walaupun belum tentu cocok digunakan.

7. Masih banyak siswa yang m enganggap bahwa IPA (fisika) adalah pelajaran yang sulit, sehingga m otivasi dan m inat untuk belajar fisika sem akin berkurang.

8. Rendahnya prestasi belajar IPA (fisika), yang ditandai dengan rendahnya batas ketuntasan belajar siswa, m enuntut guru harus mengadakan pem baharuan dalam pem belajarannya.

9. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan mengakibatkan proses pem belajaran di sekolah m enjadi kurang opt imal.


(29)

C . Pe mbatasan Masal ah

Agar diperoleh hasil yang maksim al maka dalam penelitian ini perlu pem batasan m asalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pembelajaran

Penggunaan m etode pembelajaran dibatasi pada pem belajaran konstruktivisme dengan menggunakan Peta Konsep dan Teka Teki Silang.

2. Materi pem belajaran

Dibatasi pada pelajaran IPA-fisika kelas 7 SMP dan mengambil m ateri pem belajaran suhu dan kalor.

3. Subyek penelitian.

Dalam penelitian ini sebagai subyek adalah siswa Kelas 7 SMP Negeri 2 Toroh Kabupaten Grobogan.

4. Variabel penelitian

Variabel bebas dibatasi pada pem belajaran kontrukt ivis dengan m enggunakan Peta Konsep dan Teka T eki Silang, sert a variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa.

5. Prestasi belajar

Prestasi belajar yang diukur dibatasi pada kemampuan kognit if dan kem am puan psikomot orik.

6. Penelitian dengan m etode eksperim en dibatasi untuk m engetahui interaksi pem belajaran kontrukt ivis m elalui peta konsep dan teka teki silang dengan minat belajar dan kreativitas belajar siswa.


(30)

D. Pe rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, ident ifikasi masalah dan pem batasan masalah di atas, m aka peneliti dapat merumuskan m asalah sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik jika proses

pem belajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang?

2. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik yang m em iliki tingkat minat tinggi dan rendah ?

3. Adakah perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik yang m em iliki kreativitas tinggi dan rendah?

4. Adakah pengaruh interaksi antara penerapan pet a konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

5. Adakah pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

6. Adakah pengaruh interaksi antara kem ampuan tingkat minat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

7. Adakah pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar IPA-fisika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian secara umum adalah ingin mengetahui bagaimana prestasi belajar IPA-fisika peserta didik dalam pem belajaran menggunakan peta konsep dan teka teki silang. Sedangkan secara khusus bert ujuan sebagai berikut:


(31)

8. Unt uk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik jika proses pem belajarannya menggunakan peta konsep dan teka teki silang. 9. Unt uk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik

yang memiliki tingkat minat tinggi dan rendah.

10.Unt uk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA-fisika bagi pesert a didik yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah.

11.Unt uk mengetahui pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat terhadap prestasi belajar fisika.

12.Unt uk mengetahui pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

13.Unt uk mengetahui pengaruh interaksi ant ara kemampuan tingkat m inat dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

14.Unt uk mengetahui pengaruh interaksi ant ara penerapan peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat Pen eliti an

Penelitian ini diharapkan dapat berm anfaat bagi guru m aupun siswa dalam pem belajaran. Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan m anfaat prakt is.

1. Manfaat T eoritis :

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dan pengelola pendidikan dalam mengem bangkan m odel pembelajaran dengan m enerapkan pem belajaran yang berorientasi pada pem belajaran konstrukt ivis.


(32)

b. Sebagai bahan acuan bagi para praktisi pendidikan dan pengelola pendidikan untuk penelitian pembelajaran konstuktivis dengan menggunakan peta konsep dan teka teki silang lebih lanjut.

c. Sebagai bahan m asukan bagi pengelola pendidikan dalam mem berikan dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang berdasarkan pada pem belajaran berm akna.

2. Manfaat Praktis :

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam m endesain m odel pembelajaran yang berorient asi pada guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar. b. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam mem ilih model pembelajaran yang

sesuai agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

c. Sebagai bahan masukan kepala SMP Negeri 2 Toroh, kab. Grobogan dalam memberikan dorongan kepada guru-guru, dalam m elakukan kegiatan belajar mengajar yang berdasarkan pada pem belajaran konstruktivis.


(33)

13 BAB II KAJIAN TEO RI

A. Landasan Teori 1. Pengertian Be lajar

Belajar memiliki makna yang sangat luas dan kom pleks sert a selalu mengalami perubahan. Pengertian belajar sangatlah sulit dirum uskan dengan pasti kebenarannya. Teori belajar yang dianut seseorang akan berpengaruh pada definisi belajar yang digunakannya. T eori belajar yang digunakan kadang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki dan diperoleh dari proses belajar, sehingga perlu adanya pembaharuan dan perkembangan.

Secara um um pengert ian belajar adalah suatu proses kegiatan dilakukan agar terjadi perubahan perilaku seseorang. Apabila seseorang telah melakukan suatu proses kegiatan tetapi pada akhirnya tidak terjadi perubahan perilaku, m aka dikat akan tidak terjadi proses belajar dalam diri orang itu.

Menurut W .S Winkel (2007:59) m enyebutkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental yang berlangsung secara int eraktif dengan lingkungannya yang m enghasilkan perubahan pengetahuan, pemaham an, ketram pilan dan nilai sikap dimana perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas.

Pendapat mengenai pengert ian belajar ada bermacam m acam. Adapun teori teori belajar yang mendasari pengert ian belajar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :


(34)

a. Robert Gagne

Proses pembelajaran adalah terjadinya int eraksi antara guru dan siswa dalam suatu lingkungan pembelajaran. Guru m enyampaikan konsep-konsep kepada siswa dan sebaliknya siswa menghadapi suatu konsep-konsep yang harus dipahami dan dipelajari.

Konsep-konsep yang diinform asikan oleh guru mem uat indikator-indikator yang term asuk dalam tujuan pem belajaran yang harus dicapai. Siswa dalam menerima konsep konsep tersebut ada sebagian merupakan konsep baru tetapi ada juga konsep yang berulang. Perbedaan inilah yang m engakibatkan ketercapaian hasil belajar siswa juga berbeda beda.

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat kognitif yang mengubah sifat stim ulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi jika ada hasilnya yang dapat diperlihatkan. Kesim pulan yang didapat dari pengertian belajar ini adalah penerim aan dan penambahan konsep baru m aupun pengulangan konsep bagi siswa akan menghasilkan pengert ian yang baru dalam diri siswa.

Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran perlu disusun instruksional pem belajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dim odifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi dasar bagi penyusunan tujuan instruksional dan berlanjut pada kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki ketram pilan intelektual. Guru harus menyadari dan m emaham i bahwa belajar dim ulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan dengan masalah yang kompeks dan sampai pada kesulitan m asalah yang lebih tinggi.


(35)

b. Albert Bandura

Dalam proses pem belajarannya siswa selalu mengamati, m em pelajari dan mempraktekkannya dalam sikap maupun tindakan yang dilakukan dalam kehidupannya. Pada saat guru m em berikan contoh suatu proses kegiatan, m aka siswa akan berusaha sem ampunya untuk m enirukan dan menerapkannya dalam kegiatan yang lain. Sem ua yang dicontokan oleh guru dianggap siswa sebagai konsep yang paling benar

Menurut Albert Bandura bahwa dalam proses pem belajaran sangat pent ing proses mengam ati dan m eniru perilaku, sikap dan reaksi emosi orang lain. Perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang terjadi secara berkesinam bungan ant ara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Menurut Bandura Faktor-fakt or yang berproses dalam belajar observasi adalah:

1) Perhatian (at ensi), mencakup peristiwa peniruan (adanya kejelasan, keterlibatan perasaan, tingkat kerum itan, kelaziman, nilai fungsi) dan karakteristik pengam at (kemampuan indra, minat, persepsi, penguatan sebelum nya)

2) Penyim panan atau proses mengingat, m encakup Pengkodean simbolik, pengorganisasian pikiran, pengulangan simbol, pengulangan m otorik

3) Reproduksi m otorik, m encakup kem ampuan fisik, kemampuan meniru, keakurat an um pan balik


(36)

Selanjutnya juga harus diperhatikan bahwa faktor m odel atau teladan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Tingkat tert inggi belajar dari pengam atan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan m engulangi perilaku secara simbolik kem udian melakukannya. Sebagai cont oh: belajar m enimbang benda dari instrukt ur membutuhkan pengamatan dari berbagai sudut yang langsung ditirukan oleh siswa pada saat itu juga. Kemudian proses meniru akan lebih terbantu jika proses itu didukung dengan gam bar atau intruksi yang ditulis dalam buku panduan.

2) Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dim ilikinya

3) Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika m odel atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat. c. Jerome S. Bruner

Belajar pada int inya adalah cara-cara bagaim ana orang m em ilih, mempertahankan, dan m ent ransformasikan informasi secara akt if. Bagaim ana manusia m em usatkan perhatiannya pada m asalah apa yang dilakukan manusia dengan inform asi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu unt uk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.

Menurut Bruner belajar bermakna dapat dilaksanakan dengan belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan secara aktif oleh manusia


(37)

memberikan hasil yang paling baik dan pengetahuan yang diperoleh dapat bert ahan lama.

Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan yaitu, memperoleh infom asi baru, transformasi inform asi dan m enguji relevansi konsep pengetahuan. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kem ampuan berpikir secara bebas, dan m elatih ketrampilan-ket ram pilan kognitif untuk menem ukan dan m em ecahkan masalah.

d. David Ausubel

Menurut Ausubel belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dim ensi. Dim ensi pert ama berhubungan dengan cara informasi atau m ateri pelajaran disajikan pada siswa m elalui penerim aan atau penemuan. Dim ensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat m engaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakt a-fakt a, konsep- konsep dan generalisasi generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.

Ausubel m engemukan int i belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognit if seseorang, sedangkan belajar hafalan terjadi bila informasi baru tidak dapat dikaitkan dengan konsep konsep yang ada struktur kognitif dalam diri seseorang.

e. Jean P iaget

Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam perkem bangan dan pertumbuhan kognit if anak yaitu : 1) proses assim ilation, dalam proses ini m enyesuaikan atau mencocokkan informasi yang baru itu dengan


(38)

apa yang telah ia ketahui dengan m engubahnya bila perlu. 2) proses

accom modation yaitu anak m enyusun dan m embangun kem bali atau m engubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik.

Menurut Piaget dalam Wilis Dahar, setiap individu mengalami tingkat tingkat perkem bangan intelekt ual sebagai berikut :

1) Sensorimotor (0 – 2 Tahun), yaitu anak mengenal lingkungan dengan kem am puan sensorik dengan penglihatan, pencium an, pendengaran, perabaan dan mengerak-gerakkannya.

2) Pra - Operasional (2 – 7 Tahun), yaitu anak m engandalkan diri pada persepsi tent ang realistis, ia telah mampu m enggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpart isipasi, membuat gambar dan menggolong – golongkannya. 3) Operasional Konkret (7 – 11 tahun), yaitu dapat m engembangkan pikiran

logis, anak itu dapat mengikuti penalaran logis walau kadang kadang memecahkan m asalah secara trial and error.

4) Operasi formal (11 tahun ke atas), yaitu anak sudah m am pu berpikir abstrak seperti orang dewasa.

2. Fak tor-fak tor yang Mem pengaruhi Motivasi Belajar.

Proses belajar tidak selam anya berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Banyak faktor yang mem pengaruhi proses maupun hasil belajar siswa. Secara um um faktor-fakt or yang mem pengaruhi motivasi belajar siswa dapat dikelom pokkan m enjadi empat , yaitu :


(39)

a) Fakt or Bahan

Buku sebagai bahan bacaan siswa dan materi yang disam paikan guru ikut m enentukan berlangsungnya proses belajar siswa. Taraf kesukaran dan kom pleksitas materi m empunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses belajar. Pengajar harus bisa m em batasi m ateri yang disampaikan, agar siswa tidak merasa jenuh dalam belajar.

b) Fakt or-fakt or dari lingkungan

Fakt or lingkungan dikelom pokkan m enjadi dua, yaitu : (1)Lingkungan alami

Lingkungan alami adalah keadaan kondisi lingkungan yang ditimbulkan oleh alam, m isalnya kelembaban udara. Kelem baban udara akan mempengaruhi proses belajar siswa. Belajar pada keadaan udara yang pengap atau panas tentu hasilnya akan berlainan dengan belajar pada keadaan udara yang segar. Di Indonesia orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih baik hasilnya dari pada belajar pada siang hari.

(2)Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah keadaan kondisi lingkungan yang ditimbulkan oleh m anusia. Lingkungan sosial dapat berwujud manusia serta representasinya atau yang berwujud lain. Misalnya seseorang yang sedang belajar akan terganggu apabila ada orang lain yang mondar-mandir didekatnya. Membaca diruang perpustakaan tentunya lebih cepat m emaham i dari pada m embaca di sebuah toko atau ditem pat lain yang ram ai. Representasi m anusia dapat berupa potret, tulisan atau suara, juga dapat berupa suara bising mesin pabrik, hiruk pikuk lalu-lintas


(40)

dan lain sebagainya, yang merupakan lingkungan sosial yang mempengaruhi proses belajar.

c) Fakt or-fakt or instrum ental

Fakt or int strumental yaitu fakt or yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor - fakt or tersebut dapat berwujud fakt or keras (hard factor) yaitu : gedung, perlengkapan laboratorium, perlengkapan belajar yang lain dan faktor lunak (soft factor) yaitu : Kurikulum, m etode m engajar, pendekatan pembelajaran dan sebagainya. Tersedianya faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap proses belajar siswa untuk m encapai prestasi belajar yang opt imal.

d) Kondisi individu

Fakt or lain yang pent ing adalah fakt or kondisi pelajar itu sendiri. Faktor kondisi pelajar ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

(1) Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis atau keadaan jasm ani individu mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya dalam belajar akan mendapatkan hasil yang lebih baik disbanding m ereka yang mengalami kelelahan jasmani. Kondisi lelah, m engantuk atau sakit bagi seseorang akan m erasa kesulitan untuk m enerima pelajaran, akibatnya hasil belajar siswa kurang opt imal.

(2) Kondisi psikologis


(41)

(a) Minat

Minat seseorang untuk m em pelajari sesuatu akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Minat belajar yang besar akan m enjadikan siswa lebih giat dalam belajar. Minat belajar siswa tum buh apabila siswa tert arik dengan m ateri yang ada atau karena proses pem belajarannya. Dengan mengetahui m inat belajar siswa dapat m embant u untuk menent ukan jurusan pendidikan yang sesuai untuk dirinya.

(b) Kecerdasan

Kecerdasan seseorang juga berpengaruh dalam proses pembelajaran dan hasil belajarnya. Kecerdasan seseorang dapat diukur dengan test itelegensi dan hasil pengukuran dinyatakan dengan angka yang dikenal dengan IQ (Intelegence Quotient).

(c) Bakat

Bakat merupakan pembawaan individu sejak lahir dan tidak dapat dibuat pada seseorang. Setiap individu m empunyai bakat tersendiri selam a mampu menggali dari dalam dirinya. Belajar yang diimbangi dengan bakat akan lebih efisien dalam proses belajar siswa.

(d) Akt ivit as Belajar Siswa

Akt ivitas Belajar Siswa m erupakan faktor keberhasilan pembelajaran konstukt ivis. Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya untuk m engem bangkan aktivitas siswa melalui berbagai pengalaman belajar, dan salah satu keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa besar tingkat akt ivitas yang dilakukan siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar. Akt ivitas belajar siswa


(42)

adalah suatu kegiatan fisik dan m ent al yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama, pencipt aan kerja dan proses berpikir yang terjadi secara simultan dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Teori Bel ajar Kon strukti visme

Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pendidikan fisika yakni teori belajar konstruktivism e. Teori ini m erupakan teori belajar kognitif yang dinyatakan oleh Piaget. T eori belajar menurut pandangan konstrukt ivis, menyatakan bahwa siswa tidak m enerim a begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara akt if mem bangun pengetahuannya dengan cara terus menerus mengasimilasi dan m engakom odasi informasi baru. Mereka mem bangun sendiri dalam pikiran pengetahuan-pengetahuan tent ang peristiwa fisika dari pengalaman sebelum siswa m em peroleh pelajaran fisika yang siswa terim a di sekolah disimpan dalam strukt ur kognitif siswa, dengan kata lain konstruktivism e adalah teori perkem bangan kognitif yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemaham an mereka tentang realita (Slavin, 1994). Konstruktivisme sangat dipengaruhi oleh epistom ologis Piaget dan Vygotsky. Sedangkan menurut Paul Suparno (1997), prinsip-prinsip teori belajar konstruktivisme adalah sebagai berikut :

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara individu maupun secara berkelompok.

b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali dengan keaktifan siswa sendiri unt uk menalar dan mengkonstruksi secara terus


(43)

menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap dan sesuai dengan konsep ilm iah. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan m em buat situasi agar proses konstruksi siswa berjalan m ulus, sehingga siswa bukan penerima informasi yang pasif.

Para pendukung teori belajar konstrukt ivis sepert i Vico, Von Glaserfeld menyatakan ilmu pengetahuan perlu dibangun atau dikonstruksi oleh masing-masing siswa melalui tiga aktivit as dasar. Ketiga aktivitas dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1) Penglibatan siswa akt if, art inya siswa bukan sebagai penerim a pengetahuan yang pasif, laksana bot ol kosong yang setiap saat dapat diisi bermacam-macam pengetahuan, melainkan siswa sebagai pem buat strukt ur pem ahaman pengetahuan yang akt if.

2) Refleksi, art inya siswa m em peroleh pengetahuan yang dibangun dari pemahaman siswa unt uk dijadikan pengetahuan yang baru dengan merefleksikan atau ditunjukkan pada gerakan fisik dan sikap m ent al siswa. 3) Pengabstrakan, art inya setelah siswa m emperoleh pengetahuan baru berusaha

membuat pengetahuan yang berm akna. Dalam belajar siswa tidak hanya mengasim ilasi konsep baru tetapi m engakomodasikan, m engembangkan, memodifikasikan dan merubah konsep atau pengetahuan yang ada.

Menurut kajian teori pem belajaran, dalam KBM guru tidak boleh menganggap sebagai suatu proses m em indahkan pengetahuan dari pikiran guru kepada pikiran siswa karena apa yang diajarkan guru kerap kali tidak sama apa yang dipelajari siswa. Menurut (Steffe & Cobb, 1988), menyatakan bahwa proses


(44)

pem belajaran mem pengaruhi apa yang dipelajari siswa, tetapi tidak m enekankan apa yang dikonstruksikan oleh siswa.

Kegiatan belajar m engajar berdasarkan pandangan teori belajar konstruktivis berusaha untuk mem erinci konsepsi dan persepsi siswa dari pandangan siswa sendiri. Pandangan ini tidak m enegaskan aspek-aspek yang mencerminkan pandangan orang dewasa terhadap pengetahuan fisika, tetapi memberi tekanan terhadap penjelasan pengetahuan fisika dari pandangan siswa sendiri. Pembelajaran m enurut pandangan konstruktivisme mengandaikan ada masalah dalam pembent ukan perkembangan pengetahuan siswa. Dua andaian tersebut adalah :

a) Siswa tidak m enerima pengetahuan secara pasif tetapi bersifat aktif dalam mem bina pengetahuannya.

b) Pengetahuan siswa m erupakan pem binaan oleh siswa sendiri berdasarkan pengalamannya dan ia bukan sebagai salinan realitas (Piaget, 1974).

Dalam proses pem belajaran fisika, sering terjadi mskonsepsi. Timbulnya miskonsepsi ini menunjukkan bahwa dalam ot ak siswa sendiri terbentuk pengetahuan selam a m engikuti proses belajar m engajar. Siswa boleh tidak sesuai dengan pengetahuan yang dibent uk dalam pikiran dengan konsep pengetahuan yang diberikan selam a proses belajar mengajar. Terbent uknya miskonsepsi ini merupakan pertanda bahwa ot ak siswa terbentuk pengetahuan. Siswa bebas membentuk pengetahuan sebelum KBM secara formal berlangsung. Menurut pandangan konstruktivisme, konsepsi dan persepsi siswa tidak salah karena konepsi dan persepsi mereka adalah berdasarkan pem bent ukan pengetahuan dari


(45)

tindakan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Oleh karena itu sangat pent ing bagi guru agar siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan sem ua ide dan konsepnya tent ang suatu masalah. Berdasarkan ide dan konsep dari siswa tersebut guru dapat mencoba m em bant u dalam perkembangan pengetahuan yang dipunyai dalam otak siswa.

4. Peta Konsep (Concept Mapping) a. Pengert ian Peta Konsep

Rose dan Nichols (1997:136), m enjelaskan bahwa pemetaan konsep adalah suatu cara dinamik untuk m engungkap butir-butir pokok informasi yang signifikan dengan format global yang m emungkinkan suatu inform asi ditunjukkan dalam cara yang mirip kerja otak kit a, berfungsi dalam berbagai arah secara serempak. Sem ent ara itu West et. Al (1991:93) menjelaskan bahwa pemet aan konsep merupakan cara dari penampilan konsep secara visual dari hubungan antar konsep. Dari dua pendapat tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa pemet aan konsep merupakan sebuah cara unt uk menjelaskan suatu konsep dan hubungan antar konsep yang pada akhirnya dapat m em beri pemahaman secara rinci dan integral sepert i yang diungkapkan oleh Pallowi et. Al (2001:277) yang menyatakan bahwa pemet aan konsep adalah strat egi unt uk mem bantu pem ahaman siswa.

Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Voughn et. Al (2000:467) yang menyatakan bahwa pem etaan konsep adalah alat visual yang dapat membantu siswa untuk melihat bagian ide atau konsep yang dihubungkan dan


(46)

membantu kesiapan siswa untuk m engetahui konsep berikutnya. Lebih lanjut Voughn m enjelaskan bahwa penyajian konsep secara visual yang diwujudkan dalam bent uk gam bar visual disajikan sebelum proses pembelajaran dim ulai dan melalui gambaran yang berisi konsep utama tersebut kemudian siswa mengem bangkan m enjadi berbagai sub konsep.

Sebagian ahli ada yang berpendapat bahwa pem etaan konsep merupakan strat egi unt uk memunculkan ide baru dan cara berfikir bebas yang dilakukan melalui curah pendapat (brainstorming) sepert i yang dinyatakan oleh Pat Cryer (1996:162) bahwa pemetaan konsep adalah cara berfikir bebas dari kata atau hal yang bersifat tunggal dari sebuah konsep (problem) yang merupakan cara terbaik untuk menjelaskan proses berfikir berkelanjutan. Pendapat senada diungkapkan oleh Pressley (1995:106) yang m enyatakan bahwa pemetaan konsep adalah penyajian materi kepada siswa yang dilakukan dengan mem pelajari kat a-kata dan mengajak siswa untuk melakukan curah pendapat dalam mengorganisasikan setiap kata yang m em iliki kat egori pengert ian yang sam a. Hal ini dapat memunculkan ide baru dan juga dapat m erangsang kreativitas siswa.

Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemet aan konsep didefinisikan sebagai gambar besar dari sebuah konsep yang didalam nya menggambarkan hubungan ant ara konsep utam a dan sub konsep melalui sebuah garis yang diberi penjelasan untuk m engident ifikasi perbedaan dan hubungan antar konsep.


(47)

b. Ciri-ciri Peta Konsep

Pemetaan konsep m enjadi salah satu alternatif dalam m em ilih strategi pengorganisasian m ateri pem belajaran yang bermakna. Strategi pengorganisasian materi yang bermakna artinya suatu strategi yang digunakan dalam menghubungkan konsep baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam kerangka kogintif siswa.

Ratna Wilis Dahar (1989:19) mengident ifikasikan ciri-ciri pemet aan konsep sebagai berikut :

1. Pemetaan konsep adalah suatu cara untuk m emperlihatkan konsep-konsep atau proposisi suatu bidang studi.

2. Pemetaan konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau bagian dari suatu bidang studi.

3. Pemetaan konsep adalah cara unt uk menyatakan hubungan antar konsep artinya terdapat beberapa konsep yang lebih inklusif dibandingkan konsep yang lain sebab semua konsep memiliki bobot yang sam a.

4. Hirarki, jika pemet aan konsep m enggam barkan dua atau lebih konsep dibawah konsep yang lebih inklusif.

Dilihat dari ciri-ciri pem etaan konsep seperti yang dikemukakan Ratna Wilis Dahar di atas menurut wujudnya sebuah peta konsep harus merepresent asikan suatu pandangan um um mengenai satu m ateri pembelajaran yang akan dikaji lebih m endalam. Disamping itu pemetaan konsep juga dapat digunakan untuk mem bangun garis dasar untuk eksplorasi siswa terhadap suatu area mata pelajaran t ert ent u.


(48)

c. Langkah-langkah Peta Konsep

Pemetaan konsep sebagai strategi dalam mengorganisasikan m ateri pem belajaran pada dasarnya bert ujuan agar supaya siswa aktif dalam menem ukan konsep baru dan mampu m enentukan hubungan antar konsep tersebut sehingga membentuk pemaham an baru.

Pat Cryer (1996:163) mengusulkan langkah penyusunan pemet aan konsep ke dalam beberapa tahap yaitu :

1) Tulislah m asalah yang menjadi topik utama.

2) Tulislah tujuan kat a Tanya yang berada di luar kotak kosong dengan kata what , when, where, who, how, dan cost.

3) Kem udian salah satu kata “tanya” yang berkaitan dengan dua cabang dan gam barkan cabang yang lebih banyak.

4) Biarkan pikiran anda m engembara dalam menjawab konsep utama melalui cabang dan pert anyaan berikutnya m em ikirkan kat a-kata unt uk cabang berikutnya.

5) Gam barkan cabang-cabang yang telah mengandung sebuah ide untuk mendorong ide baru dengan cabang baru kemudian hubungkan keberadaan setiap antar cabang.

Langkah-langkah dalam m enyusun pem etaan konsep sepert i yang dirumuskan oleh Pat Cryer di atas mem beri kebebasan kepada siswa untuk mengem bangkan cabang baru yang diisi dengan ide baru kemudian ditentukan pola hubungan yang terbentuk.


(49)

Pendapat lain tent ang langkah pemetaan konsep dikemukakan oleh John H Clarke (1990:169) menyusun langkah pemetaan konsep menjadi beberapa tahap : a) Langkah 1 : Mengident ifikasi konsep-konsep utama.

Dalam sebuah teks, konsep-konsep yang dominan seringkali muncul dalam judul, subjudul, kalim at-kalimat utama dalam paragraf. Dalam sebuah wawancara, konsep-konsep dom inan dapat diident ifikasi dengan m enanyakan: “Apa yang anda m aksud dengan kata lain?” atau “Apa yang dapat anda ceritakan mengenai konsep ini?” Carilah subkategori-subkategori dalam konsep, defenisi, sebab, atau akibat.

b) Langkah 2 : T ulis konsep-konsep di atas kertas mulai dari yang paling inklusif (abstrak) hingga ke yang paling spesifik (konkret).

Konsep-konsep dominan paling sering ditem patkan pada bagian atas halaman, dengan konsep-konsep subordinat ke halaman selanjutnya dan dengan penjelasan atau konsep-konsep ilustrat if pada bagian bawah, m enuju atau menghubungkan konsep-konsep inklusif. Pem etaan bisa harus dibuat melalui beberapa draft unt uk bisa memperoleh bent uk yang hirarkis (atau yang lainnya). Konsep-konsep biasanya dalam bentuk kata benda.

c) Langkah 3 : Hitunglah konsep-konsep dan m em beri label pada tiap hubungan Menghubungkan garis-garis antara konsep-konsep menjelaskan hubungan mereka. Dalam bahasa Inggris kata-kata penghubungan (linking words) tersebut seringkali dalam bentuk kata kerja. Kata kerja aktif dan pasif biasanya mengindikasikan hubungan sebab/akibat. Variasi kata kerja “adalah’ mengindikasikan keanggot aan dalam sebuah kategori. Kata hubung (misal, dan


(50)

atau tetapi), kata hubung subordinasi (m isal, karena atau meski), dan kata depan (misal, dengan, dari, di, atau untuk) dapat digunakan sebagai kata-kata penghubung.

d) Langkah 4 : Buat cabang dari tiap-t iap konsep untuk m em asukkan mencakupkan definisi, ilustrasi dan bukti fakt ual.

Pada umumnya semakin spesifik informasi yang dapat dim asukkan ke dalam suatu konsep semakin berguna peta sebagai petunjuk belajar dan petunjuk menulis. Nama, tanggal, statistik, dan contoh-contoh spesifik terbukti dapat lebih bisa diingat ketika dihubungkan dengan konsep yang m engorganisasikan. Peta sebagai petunjuk untuk ceram ah atau presentase biasanya mengandung informasi yang lebih sedikit.

e) Langkah 5 : Gunakan cros-link (hubungan yang bersifat lint as jalur) untuk menganalisa hubungan-hubun gan tambahan.

Bekerja “atas bawah / Top down” biasanya menjelaskan hubungan-hubungan utam a. Hubungan-hubungan-hubungan yang lain muncul ket ika seseorang melihat pada dua konsep pada pet a yang dihasilkan dan bertanya, “Apakah ada hubungan antara konsep-konsep ini?” seringkali hubungan itu ada. Cros-link yang signifikan bisa diberi label.

Dari langkah-langkah yang dirum uskan oleh Pat Cryer m aupun John H Clarke dapat disim pulkan bahwa dalam menyusun pem etaan konsep dim ulai dari penentuan jenis pengetahuan yang akan disam paikan kepada siswa. Jenis pengetahuan (konsep) tersebut meliputi pengetahuan deklarat if atau prosedural. Setelah topik ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun konsep dari


(51)

yang inklusif sampai konsep yang eksklusif. Langkah terakhir adalah menent ukan hubungan ant ar konsep yang disert ai dengan nam a hubungan sehingga membentuk sebuah proposisi.

5. Teka Teki Silang

Istilah kat a teka teki silang (T TS) bukanlah merupakan kata yang asing bagi siswa, karena pada umumnya siswa sudah pada biasa menggunakan alat ini karena memang m enarik. T eka teki silang pert am a kali ditemukan tahun 1913 oleh Arthur Wynne (Suara Merdeka, 2008: 25). Teka teki silang adalah merupakan gabungan dua kata yaitu kata teka-t eki dan kata silang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teka-t eki berart i soal atau masalah (dapat berupa kalimat, kasus, cerita, gam bar dan sebagainya) yang dapat menunt ut kita unt uk berpikir keras dalam m enjawab dan mem ecahkan masalah itu. Selain itu kat a teka-teki juga m engandung art i sesuatu hal yang sulit, kurang jelas atau masih bersifat rahasia. Sedangkan kat a silang berart i bertumpuk (saling palang) atau berpapasan (bersim pang jalan). Sehingga dari dua kata itu dapat disim pulkan bahwa teka-teki silang adalah soal-soal yang berupa kalimat tebakan atau gambar yang tempat isian jawabannya kotak-kotak yang saling bertumpuk atau bersilangan ant ara satu dan yang lain serta dapat berfungsi pengasah otak/kecerdasan.

T eka-teki silang adalah merupakan permainan kata-kata dalam bahasa, nam un dari jawaban kata-kata itu dapat diberikan pert anyaan atau konsep yang sesuai dengan kegitan belajar yang sedang dipelajari. Kata-kata jawaban antara jawaban satu dan yang lain mungkin harus saling bert autan antar satu atau dua


(52)

huruf, sehingga mem bent uk kat a-kata yang saling dapat dibaca baik secara horizontal maupun vert ikal. Umumnya kegiatan ini banyak disenangi siswa karena dalam permainan ini memang ada unsur kesenangan, tantangan dan saling merangsang unt uk menem ukan jawaban. Dengan kenyataan ini mungkin m edia seperti ini dapat menjadi alternatif atau solusi dalam pem belajaran, terutama materi yang menuntut banyak logika dan hafalan.

Mata pelajaran IPA, fisika khususnya yang oleh banyak siswa m asih dianggap m erupakan pelajaran yang sulit dan m em bosankan m aka dengan adanya media yang sederhana, murah dan m enyenangkan ini, akan sangat memungkinkan dapat meminimalisir bahkan menghapuskan anggapan itu. Sehingga prestasi belajar siswa dapat senant iasa meningkat yang berujung pada m eningkat nya sum ber daya m anusia Indonesia.

Dalam kegiatan belajar yang m enggunakan teka-t eki silang ini, teka-teki dapat dibuat oleh guru maupun siswa sendiri unt uk dapat ditukar pada temannya. Unt uk membuat teka-teki silang dapat dilakukan langkah-langkah atau pedom an-pedoman sebagai berikut : 1) Buatlah kot ak-kotak bersusun dan berjajar yang saling bert autan, 2) Buatlah dan isikan kata-kat a mengenai istilah dalam m ateri yang sedang diajarkan dan beri nomor atau angka disetiap kata pert ama, 3) Susunlah soal atau pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang sudah ditulis sebelum nya, 4) Setelah soal dan jawaban selesai dibuat, pada kot ak-kot ak yang masih kosong berilah arsiran atau warna sebagai tanda tidak terpakai, 5) Setelah sem uanya siap, hapuslah jawaban atau istilah yang pert am a dibuat dalam kotak, sehingga yang tersisa adalah soal yang berfungsi unt uk pert anyaan.


(53)

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran konstruktivis model peta konsep dan teka teki silang unt uk pem belajaran fisika pada materi pokok Suhu dan Kalor adalah tingkat minat dan kreativitas belajar siswa. Biasanya m inat dan kreativitas belajar menent ukan prestasi belajar siswa, apabila tingkat m inat dan kreativitas belajar yang dimiliki siswa tinggi m aka prestasi belajar siswa tersebut cenderung tinggi, sebaliknya apabila tingkat m inat dan kreativitas belajar siswa rendah maka prestasi belajar siswa biasanya juga rendah.

Minat belajar siswa m erupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara fisik dan dapat teramat i oleh guru ketika siswa m engikuti kegiatan belajar mengajar selam a satu pokok bahasan. Kegiatan fisik siswa yang teram ati meliputi : Berada dalam tugas, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi diri sendiri dan tem an-tem annya, mendengarkan dengan penuh perhatian, bert anya t entang hal-hal belum difahami, suka berdiskusi dan sebagainya.

6. Min at

a. Arti Minat Belajar

Minat merupakan aspek kepribadian yang sangat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang. Menurut Winkel minat minat adalah merupakan kecenderungan yang menetap di dalam diri seseorang yang tertarik pada hal-hal tert entu dan m erasa senang dalam bidang itu (Winkel, 1996). Menurut Slam eto minat adalah kecenderungan yang tetap unt uk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan (Slameto, 1995). Menurut Doyles Fryer, yang dikutip Wayan Nurkancana, minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan


(54)

obyek atau akt ivit as yang m enstim ulir perasaan senang pada individu, aktivitas dan situasi (Wayan Nurkancana, 1986).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa m inat seseorang selalu berkaitan dengan kegitaan-kegiatan tertent u, di m ana orang yang mempunyai m inat tersebut akan m erasa tertarik dan mau melakukan berbagai kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan hal tersebut dan ditandai rasa senang sert a tidak ada unsur keterpaksaan. Seseorang yang telah m em punyai rasa senang terhadap sesuatu biasanya akan mau m enggunakan apa saja yang dim iliki untuk melakukan atau m elibatkan diri dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal yang dim inatinya t ersebut.

Hurlock mengatakan : ”m inat m erupakan motivasi yang mendorong individu untuk melakukan semua kegiatan yang dipilihnya.”(Elisabeth B. Hurlock, 1991). Akibatnya seseorang yang berm inat pada sesuatu akan melakukan kegiatan lebih giat dibandingkan dengan anak yang tidak berm inat . Menurut Sum adi Suryabrata minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar (Sum adi Suryabrata, 1980). Sehingga orang yang tidak berminat dalam mem pelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil, demikian sebaliknya jika seseorang berm inat m em pelajari sesuatu dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik.

Dengan melihat beberapa definisi para ahli tersebut dapat diperoleh nunsur-unsur m inat sebagai berikut :

1) Adanya kesadaran yang kuat untuk m encapai tujuan, 2) Adanya kem auan yang tinggi,


(55)

3) Adanya perhatian terhadap aktivitas tertentu sehingga m enyebabkan adanya konsent rasi,

4) Adanya kesenangan atau ketert arikan pada obyek tert ent u dalam m elaksanakan aktivitas.

Jadi minat belajar adalah suatu aktivitas seseorang unt uk melakukan kegiatan belajar dengan dorongan akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa atau seseorang baik sikap m aupun penguasan ilmu pengetahuan.

b. Fakt or-faktor Yang Mempengaruhi Minat

Minat biasanya sangat dipengaruhi oleh adanya kem auan seseorang untuk menyesuaikan diri, oleh karena itu kemampuan penyesuaian diri cenderung memiliki m inat yang stabil. Oleh karena itu kemampuan penyesuaian diri dapat mempercepat kem ampuan berasim ilasi dan berpikir.

Perkembangan minat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sert a keturunan (Bloom , 1973). Dengan kat a lain m inat dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor dari diri sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan dan keturunan, dim ana m ereka berinteraksi dengan lingkungannya. Minat seseorang senantiasa mengalami proses perubahan. Proses perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan pola kehidupan, perubahan tugas, tanggungjawab dan perubahan status.

Para ahli m engemukakan bahwa ada tiga pola utam a dalam perubahan minat yaitu : 1) terjadinya pengurangan jumlah yang diminati oleh seseorang sejalan dengan perubaha usia, 2) Adanya muncul m inat-minat baru, 3) T erjadinya minat baru karena pemaksaan dari lingkungan. Pola perubahan biasanya terjadi


(1)

antara rerata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai m inat belajar tinggi dengan siswa yang m empunyai minat belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai m inat belajar tinggi lebih baik.

3. Ada perbedaan prestasi belajar fisika bagi peserta didik yang m em iliki kreativitas tingkat tinggi dan rendah

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama unt uk efek utama C (kreativitas belajar) diperoleh FC = 38,337 > F(0,05;1;158) = 3,911. Ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar pokok bahasan kalor antara siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi terhadap siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah. Rerata nilai prestasi belajar pada siswa yang mempunyai kreativitas tinggi adalah 6,52 dan siswa yang m em punyai kreativitas belajar rendah adalah 6,14. Bila dibandingkan ant ara rerata nilai prestasi belajar siswa yang mem punyai kreativitas belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai kreativitas belajar rendah ternyata rerata nilai prestasi belajar siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi lebih baik.

4. Tidak ada pengaruh interaksi ant ara pembelajaran peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat minat t erhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama unt uk efek utama AB (m etode pembelajaran dan m inat belajar) diperoleh FAB = 0,005 < F(0,05;1;156) = 2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini m enunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan m inat belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan m inat belajar tinggi yang menggunakan pembelajaran peta konsep maupun


(2)

pem belajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi belajar fisika siswa dengan minat belajar rendah.

5. Tidak ada pengaruh interaksi ant ara pembelajaran peta konsep dan teka teki silang dengan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama unt uk efek utama AC (m etode pem belajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FAC = 0,021 < F(0,05;1;156) = 2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi ant ara m etode pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar tinggi yang m enggunakan pembelajaran peta konsep m aupun pem belajaran teka-teki silang tetap lebih baik dari prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah.

6. Tidak ada pengaruh interaksi ant ara tingkat m inat dengan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama unt uk efek utama BC (m inat belajar dan kreativitas belajar) diperoleh FBC = 0,110 < F(0,05;1;156) = 2,672, sehingga H0 diterima. Hal ini m enunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara minat belajar siswa dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor, sehingga prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar tinggi dan yang m empunyai m inat belajar tinggi tetap lebih baik dari prestasi belajar fisika siswa dengan kreativitas belajar rendah dan yang mempunyai m inat belajar rendah.


(3)

7. Tidak ada pengaruh interaksi ant ara pembelajaran peta konsep dan teka teki silang, tingkat minat, dan tingkat kreativitas terhadap prestasi belajar fisika

Berdasarkan hasil analisa variansi dengan sel tidak sama unt uk efek utama ABC (met ode pembelajaran dan kreativitas belajar) diperoleh FABC = 0,002 < F(0,05;1;152) = 2,079, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode pem belajaran, minat belajar siswa dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan kalor.

B. Implikasi Pe nelitian

Berdasarkan hasil kesim pulan diatas, m aka implikasi yang dapat peneliti sam paikan adalah :

1. Pada pem belajaran Fisika pada m ateri kalor sebaiknya disajikan dengan pem belajaran menggunakan m etode peta konsep. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pem belajaran dengan menggunakan m etode peta konsep lebih baik dibandingkan dengan m enggunakan m etode teka-teki silang.

2. Dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep siswa, dilihat dari faktor minat belajar dan kreativitas belajar, pem belajaran dengan metode peta konsep dan teka-teki silang m endapat kan hasil yang lebih baik pada tingkatan m inat belajar dan kreativitas belajar yang tinggi.

3. Tidak ada keterkaitan ant ara metode pembelajaran baik m enggunakan metode peta konsep dan metode teka-teki silang dengan m inat belajar dan kreativitas siswa baik untuk tingkatan tinggi dan rendah. Dengan dem ikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan m enggunakan m etode peta konsep serta m inat


(4)

belajar tinggi dan kreativitas belajar tinggi maka prestasi belajar fisika siswa akan m eningkat .

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada kepala sekolah diharapkan m em perhatikan dan m eningkat kan sarana dan prasarana sebagai penunjang pencapaian tujuan pem belajaran IPA khusunya Fisika.

2. Kepada guru Fisika diharapkan dapat m elakukan kegiatan pembelajaran secara baik dengan memperhatikan pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan m ateri yang akan disampaikan.

3. Kepada pihak sekolah termasuk guru hendaknya selalu berusaha mem berikan motifasi agar siswa-siswanya terus bersem angat unt uk belajar, serta menjadikan belajar sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga siswa betah untuk belajar di sekolah maupun di tempat lain.

4. Kepada siswa diharapkan untuk bersungguh-sungguh dalam belajar dan mempunyai perhatian yang tinggi dalam belajar agar dapat meraih prestasi belajar yang baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Brophy, J.E. 1997. Motivating Student to Learn. Toront o: McGraw Hill.

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SMP Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Depdikbud

________. 1995. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Kurikulum SMP. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2004. Model-model Pengajaran dalam Pem belajaran Sains. Bandung: Dikmenum Pusat Pengem bangan Penataran Guru IPA

________. 2003. Kurikulum 2004 SMP. Pedom an Khusus Pengem bangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Um um, Ditjen, Dikdasmen, Depdiknas

Elliot, Stephen, N. etal. 1999. Educational Psychology. Madison Brown & Benchmark Publisher

Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Terjem ahan Munadir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Marten Kanginan. 1996. Fisika SMP jilid 2A. Jakarta: Penerbit Erlangga Moham mad Nazir. 1988. Metoda Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jogyakarta: Penerbit Kanisius

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Sardiman A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo

Singgih Gunarso. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Slavin, Robert E. 1994. Education Psychology : Theory and Practice Fourth Edition. M assachusets: allyn and Bacon Publishers

Sudjana. 1996. Metoda Penelitian Statistika. Bandung : Tarsito Suharsimi Arikunt o. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


(6)

Suharsini Arikunto. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bum i Aksara

Sum adi Suryabrata 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa

Suryati. 1998. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dalam Rangka M eningkatkan Hasil Belajar. Makalah

Sutriyono, 1998. Konstruktivism e Dalam Pengajaran Sains dan Matematika. Makalah yang disajikan dalam Seminar Regional Centre for Edication in Science and Mathemat ics (RECSAM) ASEAN-IKIP Semarang Tanggal 4-6 Mei 1998

Thoe, Ng. Khar. 1998. How Student Learn Science Constructivism and Constructivist Appraches. Malaysia: Ministry of Education and Culture, The Republik of Indonesia in Coordination W ith SAMEO RECSAM


Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA

3 28 176

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA PETA KONSEP DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 1 126

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 1 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 2 14

(ABSTRAK) PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1

0 0 3

PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1 KECAMATAN

1 18 182

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA | Rochmawati | Inkuiri 3786 8372 1 SM

0 0 10

PENGEMBANGAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) SEBAGAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MINAT BELAJAR SISWA.

0 0 1