Peta Konsep Concept Mapping

tindakan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Oleh karena itu sangat pent ing bagi guru agar siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan sem ua ide dan konsepnya tent ang suatu masalah. Berdasarkan ide dan konsep dari siswa tersebut guru dapat mencoba m em bant u dalam perkembangan pengetahuan yang dipunyai dalam otak siswa.

4. Peta Konsep Concept Mapping

a. Pengertian Peta Konsep Rose dan Nichols 1997:136, m enjelaskan bahwa pemetaan konsep adalah suatu cara dinamik untuk m engungkap butir-butir pokok informasi yang signifikan dengan format global yang m emungkinkan suatu inform asi ditunjukkan dalam cara yang mirip kerja otak kit a, berfungsi dalam berbagai arah secara serempak. Sem ent ara itu West et. Al 1991:93 menjelaskan bahwa pemet aan konsep merupakan cara dari penampilan konsep secara visual dari hubungan antar konsep. Dari dua pendapat tersebut pada dasarnya menjelaskan bahwa pemet aan konsep merupakan sebuah cara unt uk menjelaskan suatu konsep dan hubungan antar konsep yang pada akhirnya dapat m em beri pemahaman secara rinci dan integral sepert i yang diungkapkan oleh Pallowi et. Al 2001:277 yang menyatakan bahwa pemet aan konsep adalah strat egi unt uk mem bantu pem ahaman siswa. Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh Voughn et. Al 2000:467 yang menyatakan bahwa pem etaan konsep adalah alat visual yang dapat membantu siswa untuk melihat bagian ide atau konsep yang dihubungkan dan membantu kesiapan siswa untuk m engetahui konsep berikutnya. Lebih lanjut Voughn m enjelaskan bahwa penyajian konsep secara visual yang diwujudkan dalam bent uk gam bar visual disajikan sebelum proses pembelajaran dim ulai dan melalui gambaran yang berisi konsep utama tersebut kemudian siswa mengem bangkan m enjadi berbagai sub konsep. Sebagian ahli ada yang berpendapat bahwa pem etaan konsep merupakan strat egi unt uk memunculkan ide baru dan cara berfikir bebas yang dilakukan melalui curah pendapat brainstorming sepert i yang dinyatakan oleh Pat Cryer 1996:162 bahwa pemetaan konsep adalah cara berfikir bebas dari kata atau hal yang bersifat tunggal dari sebuah konsep problem yang merupakan cara terbaik untuk menjelaskan proses berfikir berkelanjutan. Pendapat senada diungkapkan oleh Pressley 1995:106 yang m enyatakan bahwa pemetaan konsep adalah penyajian materi kepada siswa yang dilakukan dengan mem pelajari kat a-kata dan mengajak siswa untuk melakukan curah pendapat dalam mengorganisasikan setiap kata yang m em iliki kat egori pengert ian yang sam a. Hal ini dapat memunculkan ide baru dan juga dapat m erangsang kreativitas siswa. Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemet aan konsep didefinisikan sebagai gambar besar dari sebuah konsep yang didalam nya menggambarkan hubungan ant ara konsep utam a dan sub konsep melalui sebuah garis yang diberi penjelasan untuk m engident ifikasi perbedaan dan hubungan antar konsep. b. Ciri-ciri Peta Konsep Pemetaan konsep m enjadi salah satu alternatif dalam m em ilih strategi pengorganisasian m ateri pem belajaran yang bermakna. Strategi pengorganisasian materi yang bermakna artinya suatu strategi yang digunakan dalam menghubungkan konsep baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam kerangka kogintif siswa. Ratna Wilis Dahar 1989:19 mengident ifikasikan ciri-ciri pemet aan konsep sebagai berikut : 1. Pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep atau proposisi suatu bidang studi. 2. Pemetaan konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau bagian dari suatu bidang studi. 3. Pemetaan konsep adalah cara untuk menyatakan hubungan antar konsep artinya terdapat beberapa konsep yang lebih inklusif dibandingkan konsep yang lain sebab semua konsep memiliki bobot yang sam a. 4. Hirarki, jika pemetaan konsep menggambarkan dua atau lebih konsep dibawah konsep yang lebih inklusif. Dilihat dari ciri-ciri pem etaan konsep seperti yang dikemukakan Ratna Wilis Dahar di atas menurut wujudnya sebuah peta konsep harus merepresent asikan suatu pandangan um um mengenai satu m ateri pembelajaran yang akan dikaji lebih m endalam. Disamping itu pemetaan konsep juga dapat digunakan untuk mem bangun garis dasar untuk eksplorasi siswa terhadap suatu area mata pelajaran t ert ent u. c. Langkah-langkah Peta Konsep Pemetaan konsep sebagai strategi dalam mengorganisasikan m ateri pem belajaran pada dasarnya bert ujuan agar supaya siswa aktif dalam menem ukan konsep baru dan mampu m enentukan hubungan antar konsep tersebut sehingga membentuk pemaham an baru. Pat Cryer 1996:163 mengusulkan langkah penyusunan pemet aan konsep ke dalam beberapa tahap yaitu : 1 Tulislah masalah yang menjadi topik utama. 2 Tulislah tujuan kata Tanya yang berada di luar kotak kosong dengan kata what , when, where, who, how, dan cost. 3 Kemudian salah satu kata “tanya” yang berkaitan dengan dua cabang dan gam barkan cabang yang lebih banyak. 4 Biarkan pikiran anda mengembara dalam menjawab konsep utama melalui cabang dan pert anyaan berikutnya m em ikirkan kat a-kata unt uk cabang berikutnya. 5 Gambarkan cabang-cabang yang telah mengandung sebuah ide untuk mendorong ide baru dengan cabang baru kemudian hubungkan keberadaan setiap antar cabang. Langkah-langkah dalam m enyusun pem etaan konsep sepert i yang dirumuskan oleh Pat Cryer di atas mem beri kebebasan kepada siswa untuk mengem bangkan cabang baru yang diisi dengan ide baru kemudian ditentukan pola hubungan yang terbentuk. Pendapat lain tent ang langkah pemetaan konsep dikemukakan oleh John H Clarke 1990:169 menyusun langkah pemetaan konsep menjadi beberapa tahap : a Langkah 1 : Mengidentifikasi konsep-konsep utama. Dalam sebuah teks, konsep-konsep yang dominan seringkali muncul dalam judul, subjudul, kalim at-kalimat utama dalam paragraf. Dalam sebuah wawancara, konsep-konsep dom inan dapat diident ifikasi dengan m enanyakan: “Apa yang anda m aksud dengan kata lain?” atau “Apa yang dapat anda ceritakan mengenai konsep ini?” Carilah subkategori-subkategori dalam konsep, defenisi, sebab, atau akibat. b Langkah 2 : Tulis konsep-konsep di atas kertas mulai dari yang paling inklusif abstrak hingga ke yang paling spesifik konkret. Konsep-konsep dominan paling sering ditem patkan pada bagian atas halaman, dengan konsep-konsep subordinat ke halaman selanjutnya dan dengan penjelasan atau konsep-konsep ilustrat if pada bagian bawah, m enuju atau menghubungkan konsep-konsep inklusif. Pem etaan bisa harus dibuat melalui beberapa draft unt uk bisa memperoleh bent uk yang hirarkis atau yang lainnya. Konsep-konsep biasanya dalam bentuk kata benda. c Langkah 3 : Hitunglah konsep-konsep dan memberi label pada tiap hubungan Menghubungkan garis-garis antara konsep-konsep menjelaskan hubungan mereka. Dalam bahasa Inggris kata-kata penghubungan linking words tersebut seringkali dalam bentuk kata kerja. Kata kerja aktif dan pasif biasanya mengindikasikan hubungan sebabakibat. Variasi kata kerja “adalah’ mengindikasikan keanggot aan dalam sebuah kategori. Kata hubung misal, dan atau tetapi, kata hubung subordinasi m isal, karena atau meski, dan kata depan misal, dengan, dari, di, atau untuk dapat digunakan sebagai kata-kata penghubung. d Langkah 4 : Buat cabang dari tiap-tiap konsep untuk memasukkan mencakupkan definisi, ilustrasi dan bukti fakt ual. Pada umumnya semakin spesifik informasi yang dapat dim asukkan ke dalam suatu konsep semakin berguna peta sebagai petunjuk belajar dan petunjuk menulis. Nama, tanggal, statistik, dan contoh-contoh spesifik terbukti dapat lebih bisa diingat ketika dihubungkan dengan konsep yang m engorganisasikan. Peta sebagai petunjuk untuk ceram ah atau presentase biasanya mengandung informasi yang lebih sedikit. e Langkah 5 : Gunakan cros-link hubungan yang bersifat lintas jalur untuk menganalisa hubungan-hubun gan tambahan. Bekerja “atas bawah Top down” biasanya menjelaskan hubungan- hubungan utam a. Hubungan-hubungan yang lain muncul ket ika seseorang melihat pada dua konsep pada pet a yang dihasilkan dan bertanya, “Apakah ada hubungan antara konsep-konsep ini?” seringkali hubungan itu ada. Cros-link yang signifikan bisa diberi label. Dari langkah-langkah yang dirum uskan oleh Pat Cryer m aupun John H Clarke dapat disim pulkan bahwa dalam menyusun pem etaan konsep dim ulai dari penentuan jenis pengetahuan yang akan disam paikan kepada siswa. Jenis pengetahuan konsep tersebut meliputi pengetahuan deklarat if atau prosedural. Setelah topik ditentukan maka langkah berikutnya adalah menyusun konsep dari yang inklusif sampai konsep yang eksklusif. Langkah terakhir adalah menent ukan hubungan ant ar konsep yang disert ai dengan nam a hubungan sehingga membentuk sebuah proposisi.

5. Teka Teki Silang

Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DAN TEKA TEKI SILANG DITINJAU DARI MEMORI DAN KREATIVITAS SISWA

3 28 176

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA PETA KONSEP DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 1 126

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 1 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP DAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) POKOK MATERI DUNIA Perbedaan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Media Peta Konsep Dan Teka-Teki Silang (TTS) Pokok Materi Dunia Tumbuhan (Kingdom Plantae) Pada Siswa

0 2 14

(ABSTRAK) PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1

0 0 3

PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM HASIL BELAJAR YANG MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN TEKA TEKI SILANG PADA MATERI STRUKTUR SOSIAL MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IS SMA N 1 KECAMATAN

1 18 182

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN TEAMS GAMES TOURNAMENT MELALUI TEKA TEKI SILANG DANKARTU DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA | Rochmawati | Inkuiri 3786 8372 1 SM

0 0 10

PENGEMBANGAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) SEBAGAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT DAN MINAT BELAJAR SISWA.

0 0 1