Motif Ekonomi Faktor Eksternal

47 Kantor Bupati Samosir. Usaha kerajinan eceng gondok ini, dimulai dengan rasa ingin tahu dan mencoba melakukannya. Hal ini dituturkan oleh beliau: “Awalnya saya sama sekali tidak tahu cara menganyam ini, karna dulu pun saya tidak mau belajar menganyam dari orang tua. Menganyam itu kan kayak pekerjaan bencong menurut saya dulu, kebanyakan pun di kampung ini perempuannya yang menganyam. Tapi setelah saya lihat lah Pak Janter itu menganyam eceng gondok trus hasilnya pun bagus, jadi penasaran saya „kog bisa dianyam eceng gondok ini ya‟ itu dalam hati saya waktu itu. Saya pun belajar dan nanya-nanya sama dia, karna Pak Janter ini pun gak pelit dia ilmunya itu dek, diajarinya saya menganyam eceng gondok ini Wanjen Simbolon, 32 tahun.” Dari perasaan ingin tahu muncul tindakan untuk belajar dan mencoba menganyam eceng gondok. Melalui proses belajar Pak Wanjen memunculkan ide-ide kreatif dan menerapkannya pada kegiatan menganyam. Mula-mula hasil kerajinan Pak Wanjen tampak tidak bagus dan masih kurang rapi. Namun beliau belajar terus dengan Pak Janter dan sekarang sudah mampu menghasilkan kerajinan yang tampak lebih menarik dan layak untuk dijual.

3.1.2 Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri seseorang dalam mencipta dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk banyak orang.

1. Motif Ekonomi

Salah satu faktor yang melatarbelakangi masyarakat Desa Huta Namora mengolah eceng gondok adalah motif ekonomi. Semua pengrajin eceng gondok di Desa Huta Namora adalah suku Batak Toba yang terkenal dengan giatnya bekerja dan sudah mengenal dunia bisnis atau usaha sejak dulu. Mereka melakukan usaha Universitas Sumatera Utara 48 kerajinan karena dianggap memberi keuntungan bagi mereka. Usaha kerajinan eceng gondok ini sendiri merupakan sumber penghasilan tambahan dan pekerjaan sampingan mereka. Sedangkan penghasilan utama mereka adalah bertani, para pengrajin umumnya memperoleh pendapatan dari sektor pertanian seperti padi, cabe, kopi, jagung, kacang dan sayur-sayuran. Namun demikian kegiatan menganyam ini tetap dilakukan untuk menambah penghasilan dari sektor pertanian. Usaha kerajinan ini dinilai sangat membantu mereka terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu penghasilan usaha kerajinan ini bertujuan untuk menyekolahkan anak-anak mereka, karena bagi orang Batak Toba sendiri khususnya di Desa Huta Namora pendidikan merupakan suatu hal yang penting. Mereka selalu berusaha agar anak-anaknya dapat sekolah hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Lumayan do dapot sian mangaletek ombur-ombur on makana sai tong do ni puhutan mambaen kerajinan on. Lao manuhor gulamo dohot napuran niba, lumobi tu hepeng sikkola ni gelleng dohot akka keperluanna .” “Penghasilan dari menganyam eceng gondok ini lumayan lah makanya tetap saya buat kerajinan. Cukup saya pake untuk beli ikan asin sama sirih, uang kuliah anak dan kebutuhannya yang lain Merli Sinurat.” Diketahui dari empat informan peneliti, hanya 1 informan yang mengatakan bahwa usaha kerajinan eceng gondok ini merupakan pekerjaan utama beliau yaitu Pak Janter Gurning. Menganyam sudah menjadi pekerjaan yang sering dilakukan. Dari mulai menganyam pandan hingga beralih ke eceng gondok. Menurut beliau menganyam eceng gondok ini merupakan pekerjaan yang menjanjikan, apabila Universitas Sumatera Utara 49 konsisten untuk menekuninya. Menganyam eceng gondok tidak hanya karena motif ekonomi, namun ada perasaan senang melakukan kegiatan ini. Menganyam eceng gondok ini sudah menjadi pekerjaan utama saya, karna saya lebih senang menganyam daripada ke ladang seperti kebanyakan pekerjaan orang di sini. Ketika menganyam saya suka berimajinasi, menghayalkan apa yang mau ku buat. Senang kita melakukannya, jadi ide-ide itu akan muncul sendiri itu Janter Gurning, 46 tahun.”

2. Potensi Daerah Danau Toba yang dipenuhi oleh eceng gondok, menjadi sumber daya alam