5
yang telah diuraikan dengan melihat bagaimana masyarakat Samosir mengolah eceng gondok, mengemas eceng gondok menjadi barang yang bersifat profan atau komersial
menjadi tolak ukur dan ketertarikan penulis untuk menelitinya. Penulis mencoba untuk menjelaskannya melalui penelitian ini.
1.2 Tinjauan Pustaka
Pendapat McClelland dalam Heddy Shri Ahimsa Putra 2003, yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam suatu masyarakat terkait dengan
adanya tipe-tipe kepribadian kreatif yang dominan dalam masyarakat. Istilah Ekonomi Kreatif sendiri pertama kalinya dikembangkan oleh Jhon Howkins penulis
buku Creative Economy, “Make Money From Ideas”, menurutnya ekonomi kreatif
disebut ketika input dan output adalah gagasan. Menurut Robert Lukas seorang pemenang Nobel di bidang ekonomi, dia menyatakan saat ini ekonomi kreatif muncul
sebagai fenomena ekonomi dunia masa depan dalam Jurnal-Jurnal Ilmu Sosial 2009.
Oleh karena itu, ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi yang lebih mengutamakan informasi dan kreativitas, dengan mengandalkan ide-ide dan
pengetahuan dari Sumber Daya Manusia SDM sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif lebih berfokus pada penciptaan barang dan
jasa yang mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual yang dimiliki oleh seseorang.
Universitas Sumatera Utara
6
Koentjaraningrat 2005:72 mendefenisikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan, pengetahuan, pikiran, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat. Dijadikan milik diri manusia yang diperoleh melalui proses belajar dan pengalaman manusia. Sehingga apa yang didapat oleh manusia itu adalah
melalui tahapan dari belajar dan tersusun sedemikian rupa dalam mind manusia itu sendiri.
Dalam konsep ini, segala aktivitas manusia yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian dari kebudayaan. Oleh karena itu, usaha ekonomi
kreatif kerajinan eceng gondok ini merupakan kreativitas dari karya manusia berupa benda-benda kerajinan yang merupakan salah satu bagian dari hasil kebudayaan.
Ekonomi kreatif juga tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan merupakan bentuk primer dari
modal ekonomi kreatif. Pengetahuan dapat memberikan kehidupan dan berguna bagi para pengrajin.
Kerajinan tangan handy craft adalah “a work produced by hand labor, a
trade requiring skill of hands ”
3
. Hal ini mengandung pengertian tentang suatu karya yang dibuat oleh seseorang berdasarkan ide-ide yang dimilikinya dengan
menggunakan tangan mereka sendiri, dan memerlukan keterampilan untuk mengkreasikan kerajinan tersebut sehingga mempunyai suatu nilai. Kerajinan itu
sendiri merupakan bagian dari ekonomi kreatif.
3
“Handy Craft”, http:arti kata.comarti-85438-handicraft.html Diakses pada tanggal 29 Juni 2016, pukul 11.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
7
Kementrian perdagangan Republik Indonesia Tahun 2007 dalam buku Rachma Fitriati tentang Ekonomi Kreatif 2012:5 membagi klasifikasi atas 14
subsektor industri kreatif yang berbasis kreativitas, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video, film dan fotografi, permainan
interaktif, musik, seni pertunjukan, penertiban dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan. Berdasarkan keempat
belas 14 subsektor industri kreatif di atas, produk eceng gondok termasuk ke dalam bagian kerajinan, yang dimaknai sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi dan distribusi yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya. Barang
kerajinan ini terbuat dari sumber daya alam yang tersedia, seperti tumbuhan eceng gondok.
Manusia dengan pengetahuannya mengolah sumber daya alam yang ada, seperti yang dikatakan oleh Marx dalam Anthony Giddens, terj Soeheba
Kramadibrata 1986, bahwa manusia hidup dalam suatu pola hubungan yang aktif dengan alam. Perkembangan masyarakat adalah hasil interaksi yang produktif dan
berungkali antara alam dan manusia. Manusia mulai membedakan dirinya dari binatang, segera setelah ia mulai memproduksi peralatan kehidupannya. Manusia
sebagai mahluk berbudaya, memerlukan kebutuhan yang bersifat hayati dan manusiawi. Menurut Malinowski kebutuhan hidup manusia dapat dibagi 3 kategori
yaitu kebutuhan alamiah, kebutuhan kejiwaan, dan kebutuhan sosial.
Universitas Sumatera Utara
8
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia bekerja dengan melakukan suatu kegiatan. Kegiatan tersebut disebut juga sebagai kegiatan ekonomi sebagaimana
didefenisikan oleh ahli antropologi ekonomi oleh Karl Polanyi dalam Sairin 2002:16 bahwa kegiatan ekonomi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup ditengah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Dalam konteks jenis kegiatan ekonomi masyarakat, kegiatan ekonomi para pengrajin eceng
gondok di Desa Huta Namora dikatakan sebagai kegiatan industri. Kegiatan industri itu sendiri diartikan sebagai aktivitas manusia dibidang ekonomi produktif untuk
mengolah bahan mentah menjadi barang yang lebih bernilai untuk dijual. Hadirnya usaha ekonomi kreatif tidak terlepas dari adanya kewirausahaan.
Kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Kata entrepreneurship berawal dari bahasa Prancis yaitu
„entreprende‟ yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh
Rihard Cantillon dan istilah ini semakin popular setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say untuk menggambarkan pengusaha yang mampu memindahkan
sumber daya ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta menghasilkan lebih banyak lagi dalam Yuyus Suryana dan Kartib Bayu, 2010.
McClelland dalam Heddy Shri Ahimsa Putra 2003 mengatakan mereka yang wirausaha ternyata memiliki “virus” positif yang disebutnya virus “n-Ach” atau need
for Achievement, yakni nafsu untuk bekerja secara baik, bekerja tidak demi pengakuan sosial atau gengsi, tetapi dorongan kerja demi memuaskan batin dari
dalam atau kebutuhan untuk berprestasi. Para wirausahawan memiliki dorongan yang
Universitas Sumatera Utara
9
lebih besar, yang menjadi semacam kebutuhan pribadi, untuk mencapai prestasi tertentu. Virus n-Ach
4
diperoleh dari pengalaman hidup individu-individu atau proses sosialisasi yang dia alami, yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
Ini berarti bahwa virus tersebut dapat ditanamkan pada diri seseorang, maka virus ini tentunya berada pada tingkat pengetahuan. Maka penanamannya pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui pendidikan atau berbagai pelatihan. Selain adanya virus n-Ach dalam diri seorang wirausaha, hal lain yang
mendukung seseorang menjadi wirausaha adalah organisasi sosial. Organisasi sosial akan berarti banyak bagi pengembangan usaha kewirausahaan apabila lingkungan
sosial budaya dan kebijakan pemerintah mendukung untuk tumbuhnya usaha-usaha yang baru. Keberhasilan suatu kegiatan wirausaha dengan organisasi sosial mencoba
menampilkan unsur-unsur budaya yang dianggap memberikan sumbangan penting pada munculnya kegiatan wirausaha di kalangan etnik tertentu dan tidak lupa untuk
memperhatikan organisasi sosial yang ada di kalangan mereka. Keberhasilan suatu aktivitas yang dilakukan manusia juga tidak terlepas dari
adanya kerja sama dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Gender adalah pembedaan peran, status, pembagian kerja yang dibuat oleh sebuah
masyarakat berdasarkan jenis kelamin. Gender berbeda dengan jenis kelamin sex, gender adalah bentukan manusia bukan kodrat, yang artinya dapat berubah setiap
saat. Laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki vagina adalah kodrat,
4
Virus n-Ach merupakan virus positif yang dimiliki wirausaha yaitu adanya nafsu untuk bekerja. Virus ini diperoleh dari pengalaman hidup yang membentuk sikap dan perilaku individu.
Universitas Sumatera Utara
10
perempuan haid dan melahirkan adalah kodrat yang tidak dapat dirubah oleh manusia. Tetapi masak, berburu, mencuci, membersihkan rumah, kerja kebun,
mengambil kayu, ikut dalam pertemuan bukanlah kodrat. Pada pekerjaan atau peran ini, baik laki-laki maupun perempuan dapat melakukannya. Untuk peran-peran yang
diciptakan manusia, tidak ada batasan kodrati. Gender erat hubungannya dengan pengelolaan sumber daya alam, karena di
dalamnya terkait persoalan hubungan kuasa dan peran laki-laki dan perempuan dalam menjadikan alam sebagai sumber kehidupan. Sumber daya alam adalah sumber
kehidupan, tanpa itu manusia tidak dapat hidup. Sumber daya alam sangat penting dalam kehidupan manusia, tergantung cara manusia mengelola SDA. Suatu budaya
mempengaruhi cara manusia mengelola SDA. Ada yang menganggap bahwa alam harus ditaklukkan dan dikuasai untuk kepentingan manusia, tetapi ada juga
masyarakat yang memandang alam adalah mitra untuk mempertahankan kelangsungan hidup.
Karena cara mengelola dan perubahan-perubahan alam, manusia mencari akal untuk menyesuaikan diri dan menciptakan budaya baru dalam berhubungan terus
dengan alam. Budaya berkembang, artinya pengetahuan juga berkembang, hubungan- hubungan antar manusia juga berkembang, tidak ada yang tetap karena waktu tidak
pernah berhenti. Manusia melakukan hubungan dengan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti mengolah eceng gondok, bertani, beternak,
mengambil hasil hutan. Setiap usaha pengelolaan sumber daya alam berawal dari
Universitas Sumatera Utara
11
proses bekerja menghasilkan suatu produk dan kemudian untuk dikonsumsi sendiri atau diperdagangkan untuk menghasilkan uang.
Relasi antara laki-laki dan perempuan dibagi-bagi, ada pekerjaan laki-laki dan ada pekerjaan perempuan. Pembedaan peran, kegiatan, kerja biasanya berdasarkan
kegiatan yang menghasilkan uang, memelihara dan merawat keluarga, pergaulan masyarakat, keagamaan, ritual, pesta, maupun kegiatan politik yang berhubungan
dengan pengambilan keputusan. Antara laki-laki dan perempuan umunya pembedaan peran dibagi sebagai:
Produktif : adalah kegiatan yang menghasilkan uang atau menghasilkan barang-barang yang tidak dikonsumsi digunakan
sendiri. Misalnya bertani, beternak, berburu, menjadi buruh, berdagang.
Reproduktif : adalah kegiatan-kegiatan yang sifatnya merawat keluarga, memperbaiki perkakas dan rumah, mengambil air, mencari
obat-obatan alam. Begitu juga masyarakat di Desa Huta Namora dalam mengolah eceng gondok
ini, mereka memiliki peran pekerjaan antara laki-laki dan perempuan. Namun pembagian peran kerja produktif dan reproduktif tidak begitu mencolok. Pekerjaan
menganyam eceng gondok ini dilakukan sama-sama, antara laki-laki dan perempuan memiliki hubungan kerja sama. Kegiatan produktif dilakukan oleh laki-laki seperti
mengambil eceng gondok dari Danau toba, namun pekerjaan ini juga dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
12
oleh perempuan. Begitu juga dengan kegiatan reproduktif yang dilakukan oleh perempuan yaitu menganyam eceng gondok, namun kegiatan ini juga dikerjakan oleh
laki-laki.
1.3 Rumusan Masalah