49
konsisten untuk menekuninya. Menganyam eceng gondok tidak hanya karena motif ekonomi, namun ada perasaan senang melakukan kegiatan ini.
Menganyam eceng gondok ini sudah menjadi pekerjaan utama saya, karna saya lebih senang menganyam daripada ke ladang seperti
kebanyakan pekerjaan orang di sini. Ketika menganyam saya suka berimajinasi, menghayalkan apa yang mau ku buat. Senang kita
melakukannya, jadi ide-ide itu akan muncul sendiri itu Janter
Gurning, 46 tahun.”
2. Potensi Daerah Danau Toba yang dipenuhi oleh eceng gondok, menjadi sumber daya alam
yang memadai untuk melakukan usaha kerajinan. Eceng gondok yang tumbuh banyak di Danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat dan diubah menjadi produk kerajinan
yang bernilai jual. Masyarakat tidak perlu mengeluarkan modal yang besar untuk membuat kerajinan. Dengan memanfaatkan potensi yang terdapat dalam tumbuhan
eceng gondok, oleh tangan-tangan terampil tumbuhan pengganggu ini menjadi barang-barang kerajinan dengan nilai jual tinggi. Di bawah binaan Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan, berkembang beberapa pengrajin yang memanfaatkan tumbuhan eceng gondok. Seperti penuturan informan Bu Heddy
Begitu banyak eceng gondok tumbuh di Danau Toba itu , tinggal ambil aja, gak ada yang melarang. Dulu eceng gondok ini tidak ada
gunanya, terbuang-buang gitu aja. Setelah ada pengetahuan menganyam eceng gondok, jadi kami manfaatkan langsung untuk buat
kerajinan Heddy Simbo
lon, 54 tahun.” Pemanfaatan eceng gondok yang dianggap gulma perusak ini, memberi
beberapa manfaat baik dilihat dari segi ekonomi dan lingkungan. Keuntungan yang pertama dilihat dari segi ekonomi yaitu dengan memanfaatkan dan mengolah eceng
Universitas Sumatera Utara
50
gondok mampu meningkatkan perekonomian dan sumber penghasilan para pengrajin. Sedangkan dari segi lingkungan yaitu untuk mengurangi jumlah eceng gondok di
Danau Toba guna mendukung pelestarian Danau Toba serta menunjang aktivitas masyarakat dan kepariwisataan Samosir.
3. Peranan Pemerintah
Dalam mengembangkan Kabupaten Samosir sebagai daerah tujuan wisata, sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Perda
7
Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Samosir 2011- 2015 dengan visi “Samosir Menjadi Daerah dan Tujuan
Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015” harus dikelola secara terintegrasi. Hal ini juga sejalan dengan program Presiden Joko Widodo yang akan melakukan
pengembangan wisata Danau Toba dan menjadikan Danau Toba “Monaco of Asia”,
layaknya negara kecil indah yang ada di Eropa. Pengembangan yang dilakukan adalah membangun sarana dan prasarana, serta pembersihan Danau Toba dari eceng
gondok. Sebagai kabupaten pariwisata dibutuhkan dukungan pengembangan semua
sektor pariwisata, salah satu sektor yang mendukung adalah sektor usaha industri kreatif kerajinan. Optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumber daya
alam seperti pemanfaatan eceng gondok menjadi potensi pengembangan usaha
7
Dalam http:www.samosirkab.go.id2012index.php2014-10-15-02-42-58industri diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 14.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
51
industri ekonomi kreatif dan inovatif, yang memiliki nilai jual dan daya saing yang tinggi.
Pemerintah sebagai pihak yang seharusnya mendukung dan memberikan kemudahan bagi pemilik usaha kecil menengah telah memberikan apa yang
seharusnya diberikan oleh mereka. Pemerintah yang langsung mengurusi para pemilik usaha adalah Dinas Koprindag Kabupaten Samosir. Hal yang telah dilakukan
oleh Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan adalah memberikan fasilitas pelatihan, dan memberikan sebagian peralatan menganyam.
Dinas Koprindag membentuk kelompok pengrajin eceng gondok di Desa Huta Namora, melakukan pendampingan dan memberi fasilitas berupa pelatihan
menganyam eceng gondok ke Tasikmalaya selama dua minggu. Para pengrajin dilatih oleh tutor yang sudah lebih berpengalaman, mereka belajar tehnik dasar menganyam
eceng gondok. Hal ini sudah menjadi tugas Dinas Koprindag Samosir sebagai unsur pelaksana pemerintahan daerah di bidang pengelolaan sektor perindustrian yang
berupaya membina para pengrajin lokal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain memberikan pelatihan kepada para pengrajin, Dinas Koprindag
juga memberikan peralatan. Peralatan yang diberikan berupa mesin jahit untuk membuat voering tas. Mesin jahit ini berada di rumah salah satu pengrajin yaitu Bu
Merli, karena rumahnya menjadi sentra anyaman di Desa Huta Namora. Dan mesin jahit ini dapat digunakan oleh para pengrajin, apabila dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
52
Program Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir juga turut mendukung kegiatan prakarya eceng gondok. Dinas Pendidikan menetapkan peraturan untuk
seluruh sekolah di Samosir mulai dari tingkat SD, SMP, SMA maupun SMK menggunakan tas eceng gondok setiap hari kamis. Program yang terbilang sederhana
namun unik ini, direspon positif oleh masyarakat Samosir. Program ini telah terlaksana sejak tahun 2015 dan masih berlangsung sampai saat ini. Seperti penuturan
Kepala Dinas Pendidikan: “Untuk mendukung prakarya eceng gondok ini kami dari Dinas
Pendidikan juga menetapkan peraturan untuk seluruh sekolah di Samosir mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK menggunakan
tas eceng gondok setiap hari kamis. Program ini telah terlaksana sejak tahun 2015, baik guru maupun siswa wajib menggunakan tas
eceng gondok
Marulak Malau, 59 tahun.” Kebijakan ini guna mendukung pelaku ekonomi kreatif dan usaha kerajinan
eceng gondok Desa Huta Namora. Kebijakan dengan latar belakang pola hidup sederhana yang berarti siswa-siswi dan guru Samosir tampil sederhana dengan
menggunakan produk kerajinan lokal guna mendukung kearifan budaya dan mendukung usaha ekonomi kreatif para pengrajin.
4. Desa Huta Namora Sebagai Kampung Literasi