Sejarah Menganyam di Desa Huta Namora

35 3. Kelompok PKK Kelompok PKK ini dibentuk oleh ibu-ibu Desa Huta Namora yang bertujuan untuk melakukan pemberdayaan terhadap keluarga guna meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa kegiatan yang diadakan oleh kelompok PKK. Kegiatan yang dilakukan biasanya kegiatan menanam tanaman obat keluarga, arisan PKK, gotong royong, mengikuti kegiatan lomba yang biasa diadakan oleh PKK pusat dan lain-lain. Kelompok PKK Desa Huta Namora diketuai oleh ibu kepala Desa Huta Namora. 4. Kelompok Jumat Bersih Kelompok ini dibentuk oleh Kepala Desa Huta Namora dan anggotanya merupakan masyarakat Desa Huta Namora sendiri. Kelompok ini memiliki tujuan untuk melakukan kegiatan kebersihan desa setiap hari Jumat. Masyarakat mulai membersihkan selokan, dan membabat rumput liar di pinggiran jalan. Kegiatan ini berlangsung sampai saat ini karena adanya kesadaran dan partisipasi dari masyarakat Desa Huta Namora.

2.5 Sejarah Menganyam di Desa Huta Namora

Desa Huta Namora merupakan daerah sentra pengrajin anyaman di Samosir. Aktivitas menganyam pandan di Desa Huta Namora sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Tidak diketahui pasti sejak tahun berapa aktivitas menganyam ini ada di Desa Huta Namora. Masyarakat memanfaatkan pandan atau biasa disebut bayon sebagai bahan utama menganyam. Pengetahuan menganyam oleh pengrajin di Desa Huta Namora diperoleh secara turun temurun dari nenek moyang dan orang tua yang memang sudah menjadi pengrajin anyaman sejak dulu. Aktivitas menganyam ini Universitas Sumatera Utara 36 dilestarikan dan dikembangkan sebagai warisan budaya. Masyarakat menyebut aktivitas menganyam ini dengan mangaletek. “Anggo mangaletek bayon nga leleng dung adong di hita on. Hu ingot dope na parjolo au mangaletek bayon, marumur ma au disi lima taon. Nga diajari au paiashon bayon dohot mangaletek, ikkon wajib do binoto mangaletek bayon asa boi mangan .” “Kalo menganyam pandan sudah lama di desa ini. Masih saya ingat waktu pertama kali saya menganyam pandan, saya masih berumur lima tahun. Saya sudah mulai diajari orang tua membersihkan pandan dan menganyam, kami wajib tahu menganyam pandan biar bisa makan Gusta Sitanggang, 85 tahun.” Daun pandan dianyam menjadi tikar dan tempat beras yang biasa dibawa oleh masyarakat ke pesta adat Batak Toba, atau biasa disebut tandok. Proses menganyam dilakukan dengan cara daun pandan dipisahkan dari pelepahnya kemudian dipotong kecil-kecil, untuk proses ini memerlukan waktu 1 hari. Kemudian daun pandan tersebut direbus selama satu jam lalu ditiriskan dengan air dingin dan didiamkan selama satu hari. Setelah itu, dijemur hingga benar-benar kering dan dipepes lagi agar daun lembek sehingga mudah untuk dianyam. “Dulu waktu masih buat tikar dari pandan, proses mengambil pandan ini lumayan sulit karna durinya banyak kali dek. Habis diambil, duri daun pandan kemudian dibersihkan pake pisau kecil dan dipotong menjadi 4 atau 5 bagian tergantung lebar daun pandan. Untuk membersihkan eceng gondok ini membutuhkan waktu 1 hari juga karna durinya harus benar-benar dibersihkan Merli Sinurat, 56 tahun.” Dulu anyaman tikar dari pandan khusus dibuat untuk kepentingan para raja sebagai alas tidur dan duduk para raja. Namun seiring berjalannya waktu, kini anyaman tikar dari pandan sudah digunakan semua orang yang dapat dibeli dengan Universitas Sumatera Utara 37 harga relatif murah. Anyaman tikar dari pandan ini dipergunakan saat pesta adat pernikahan sebagai tempat duduk mempelai. Anyaman ini juga digunakan untuk alas tidur dan duduk karena dianggap jauh lebih enak daripada tikar masa sekarang yang terbuat dari bahan plastik www.partukoan.com. Namun seiring perjalanannya, pandan semakin sulit untuk ditemukan di Desa Huta Namora. Jumlah pandan yang semakin sedikit dikarenakan masyarakat Desa Huta Namora mulai malas untuk menanamnya. Pandan tumbuh dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga masyarakat beralih ke eceng gondok yang lebih mudah diperoleh tanpa harus menanamnya. Peralihan dari pandan ke eceng gondok dimulai sejak tahun 2012 hingga saat ini. Tidak semua pengrajin anyaman pandan beralih ke eceng gondok. Masih ada beberapa pengrajin pandan di Desa Huta Namora. Tidak ada jumlah pasti yang diberikan oleh pihak desa terkait keberadaan pengrajin pandan ini. Peralihan ini tidak lepas dari hasil penelitian dan pengembangan gagasan baru oleh Dinas Koprindag, yang membuahkan hasil bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama menganyam untuk menggantikan pandan. Masyarakat Desa Huta Namora menerima inovasi ini, dan melakukan aktivitas menganyam dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Menurut aliran behavioristik da lam buku Rose Diniari F. Soe’oed tentang Entrepreneurial Behavior 2012:8 bahwa individu merupakan makhluk dinamis dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Suatu perilaku individu merupakan hasil belajar dari lingkungan. Universitas Sumatera Utara 38 Melalui kreativitas yang dibangun masyarakat sejak dulu yaitu menganyam pandan, menjadi alat yang mempermudah masyarakat untuk menganyam eceng gondok ini. Dalam buku Primadi Tabrani tentang Kreativitas dan Humanitas 2006:17 mengemukakan bahwa kreativitas tidak saja merupakan kapasitas atau kemampuan dasar manusia, akan tetapi lebih jauh lagi disamping rasionalitas merupakan identitas manusia, yang menunjukkan keunggulannya dari binatang. “Menganyam eceng gondok ini sudah seperti menganyam pandan dulu, walaupun tehnik dasar,cara dan prosesnya sedikit berbeda. Namun karna sudah terbiasa juga sejak dulu menganyam, jadi belajar menganyam eceng gondok ini tidak terlalu sulit lah Merli Sinurat, 56 tahun.”

2.6 Usaha Kerajinan Eceng Gondok Desa Huta Namora