67
“Selalunya ada orang yang beli kerajinan eceng gondok ini waktu pertama kali aku buka usaha, yang beli langsung ke rumah pun ada
juganya walaupun pada waktu itu tidak banyak. Tetapi semenjak ada peraturan Dinas Pendidikan itu, jadi banyak yang mesan buat tas
Merli Sinurat, 56 tahun.” Dari usaha kerajinan eceng gondok ini pendapatan Pak Janter dan istrinya
meningkat dan bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka. Pak Janter juga memperoleh penghargaan berupa piagam seperti piagam dari Kementrian Negara Lingkungan
Hidup, Departemen Perindustrian RI, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sumatera Utara, dan Bupati Samosir sebagai apresiasi pecinta lingkungan hidup dan
pengrajin eceng gondok.
4.1.2 Bu Merli Sinurat
Bu Merli Sinurat merupakan seorang janda berusia 56 tahun, suaminya telah lama meninggal. Bu Merli memiliki empat orang anak, anak pertama seorang laki-
laki yang sudah menikah dan tinggal bersama Bu Merli, anak kedua seorang laki-laki yang sudah menikah dan tinggal bersama mertuanya, anak ketiga seorang perempuan
yang sudah menikah dan tinggal menetap di Medan, sementara anak keempat Bu Merli sedang kuliah di D3 di Universitas Harapan Medan dan tinggal bersama
kakaknya yang sudah menikah. Bu Merli memulai usaha kerajinan menganyam eceng gondok ini sejak tahun
2012. Kegiatan menganyam bukan suatu hal yang baru lagi bagi Bu Merli. Sebelumnya Bu Merli sudah pernah menganyam pandan. Pengetahuan menganyam
pandan ini diperolehnya secara turun-temurun dari orang tuanya dulu. Namun karena pandan sudah sulit ditemukan, Bu Merli melanjutkan kegiatan menganyam dengan
Universitas Sumatera Utara
68
menggunakan eceng gondok. Berdasarkan keterangan Bu Merli, kegiatan menganyam eceng gondok menjadi sebuah kerajinan adalah suatu inovasi terbaru
dalam pemanfaatan alam. Pengetahuan menganyam eceng gondok diperoleh Bu Merli dari hasil belajar
dan pelatihan yang diadakan oleh Dinas Koprindag pada tahun 2012. Bu Merli mengikuti pelatihan ke Tasikmalaya selama 2 minggu. Ada sekitar 15 orang
pengrajin yang dikirim untuk mengikuti pelatihan ke Tasikmalaya. Pelatihan itu bertujuan untuk melatih para pengrajin Desa Huta Namora agar terampil dalam
menganyam eceng gondok. Sehingga produk kerajinan yang dihasilkan memiliki nilai jual dan berkualitas untuk dipasarkan.
Berbekal ilmu dan pengalaman yang diperoleh Bu Merli dari Tasikmalaya, beliau mulai menganyam eceng gondok dan membuat berbagai produk kerajinan.
Beberapa kerajinan yang dianyam oleh Bu Merli adalah tas, topi, alas kaki, dan vas bunga Produk kerajinan yang paling banyak dibuat oleh Bu Merli adalah tas.
Permintaan akan tas melonjak naik semenjak ada peraturan dari Dinas Pendidikan yang mewajibkan anak sekolah dan guru menggunakan tas eceng gondok. Usaha
kerajinan eceng gondok ini merupakan pekerjaan sampingan Bu Merli, sedangkan pekerjaan utamanya adalah bertani.
Usaha kerajinan ini menjadi penghasilan tambahan bagi Bu Merli, karena usaha ini tidak membutuhkan modal yang besar. Selanjutnya pada tahun 2012 oleh
Dinas Koprindag rumah Bu Merli menjadi sentra atau pusat anyam-anyaman di Desa Hutanamora. Tujuannya adalah untuk tempat menganyam bersama dengan pengrajin
Universitas Sumatera Utara
69
lainnya. Namun karena alasan kesulitan mencocokkan waktu antar pengrajin, sehingga usaha kerajinan ini dilakukan di rumah masing-masing pengrajin.
4.1.3 Bu Heddy Simbolon