107
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dewasa ini manusia mulai mengekspresikan kemampuannya melalui pengetahuan dan kreativitas. Manusia adalah mahluk yang luar biasa kompleks,
dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika selalu mengaktivitaskan dirinya. Manusia mengolah alam produktif menjadi alam yang
materiil. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang memadai disertai dengan kreativitas diri maka para pengrajin anyaman Desa Huta Namora mulai mendirikan
usaha ekonomi kreatif. Produk kerajinan tangan berupa anyaman eceng gondok dikreasikan semenarik mungkin agar dapat meningkatkan pendapatan. Ekonomi
kreatif memang sangat strategis sebagai unsur budaya yang dikembangkan untuk membangun masyarakat lokal.
Pengetahuan masyarakat berkembang seiring waktu berjalan. Pengetahuan berkembang demi pemenuhan kebutuhan hidup. Begitu juga halnya dengan
pengetahuan masyarakat Samosir khususnya Desa Huta Namora dalam hal mengolah eceng gondok menjadi sebuah kerajinan yang bernilai jual. Eceng gondok yang
merupakan gulma yang sulit diberantas dimanfaatkan oleh para pengrajin untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Setelah penulis melakukan penelitian tentang pemanfaatan eceng gondok di Desa Huta Namora, maka terjawablah pertanyaan penelitian. Pertama, terdapat dua
faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan usaha ekonomi kreatif eceng
Universitas Sumatera Utara
108
gondok, yaitu faktor internal berupa pengalaman individu itu sendiri, rasa ingin tahu dan mencoba melakukan. Sedangkan faktor eksternal yaitu motif ekonomi, potensi
daerah yang memadai, peranan pemerintah, Desa Huta Namora sebagai kampung literasi, dan keterbukaan masyarakat terhadap inovasi baru.
Kedua, usaha ekonomi kreatif ini tidak terlepas dari hubungan saling mendukung antar pengrajin. Hubungan ini tampak dari adanya kerjasama yang
dilakukan antar pengrajin ketika mendapat pesanan dalam jumlah yang banyak, saling pinjam-meminjam alat produksi, tidak ada konflik yang timbul antar pengrajin dalam
memanfaatkan eceng gondok dan tidak ada sistem persaingan antar pengrajin. Ketiga, proses produksi kerajinan eceng gondok melalui proses yang cukup
panjang. Produksi kerajinan eceng gondok dilakukan tahap demi tahap mulai dari persiapan bahan dan peralatan, pengumpulan eceng gondok, pembersihan eceng
gondok, pengeringan eceng gondok, pemilihan eceng gondok, pembelahan eceng gondok, pewarnaan eceng gondok dan terakhir proses menganyam eceng gondok.
Proses menganyam eceng gondok membutuhkan waktu 3-5 jam, tergantung jenis kerajinan yang akan dibuat. Misalnya untuk membuat tas, para pengrajin
membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Waktu tersebut sudah termasuk melengkapi tali atau hiasan lainnya. Tak heran jika dalam 1 hari, para pengrajin mampu membuat dua
tas kerajinan eceng gondok. Berbeda dengan produk kerajinan seperti kursi dan gendongan bayi yang membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu karena tingkat
kesulitan mengerjakannya.
Universitas Sumatera Utara
109
Jenis produk kerajinan yang dihasilkan oleh pengrajin bervariasi, seperti tas, sandal, taplak meja, tempat botol minuman, topi, gantungan kunci, kursi dan
gendongan bayi. Pemasaran produk kerajinan eceng gondok ini dilakukan secara langsung artinya barang dibeli langsung oleh konsumen dengan mendatangi rumah
pengrajin. Pemasaran juga dilakukan oleh pengrajin dengan memajang produk kerajinan di rumah, memiliki pembeli langganan dan tergantung pada pesanan. Selain
itu, pemasaran produk kerajinan ini dilakukan oleh pengrajin secara langsung di Pasar Pangururan pada saat pekan. Para pengrajin juga mengikuti bazar atau pameran untuk
sekaligus promosi ekonomi kreatif Samosir. Harga jual produk kerajinan ini berbeda-beda, tergantung pada jenis produk
kerajinannya. Dari penelitian ini terlihat jelas bagaimana pengaruh eceng gondok terhadap perekonomian para pengrajin Desa Huta Namora. Pendapatan yang
diperoleh dari usaha kerajinan ini cukup siginifikan bagi para pengrajin. Peningkatan pendapatan membantu masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya dan mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6.2 Saran