45
1. Pengalaman Individu Itu Sendiri
Kegiatan kreatif manusia untuk membuat atau menciptakan sesuatu tidak terlepas dari proses imajinasi dan pengalaman yang dilalui sebelumnya. Pengalaman
menganyam yang sudah ditekuni masyarakat Desa Huta Namora sejak dulu, menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat mengolah eceng gondok. Melalui
pengalaman tersebut, masyarakat dengan mudah sadar akan adanya inovasi baru dan pemahaman tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
Pengalaman menganyam pandan membuat individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima inovasi baru. Pengrajin mulai
melakukan kegiatan menganyam dengan bahan utama eceng gondok. Menurut para pengrajin, mereka lebih mudah paham cara menganyam eceng gondok karena
sebelumnya sudah pernah melakukan kegiatan menganyam dan ini merupakan pekerjaan warisan nenek moyang.
“Sebenarnya menganyam eceng gondok ini hampir samanya dengan menganyam pandan. Bedanya, kalo eceng gondok ini kita
harus buat anyaman dasarnya dulu, ada cetakannya, jenis-jenis anyamannya juga sudah bermacam-macam, kalo pandan biasanya
hanya dibuat jadi tikar, kita tinggal menganyam saja dengan menjalin 2 atau lebih pandan hingga membentuk seperti kepang,
tidak perlu pakai cetakan
Heddy Simbolon, 54 tahun.” Pengalaman yang sudah dilaluinya tidak mati begitu saja, namun pengalaman
tersebut menjadi guru dan modal untuk mengembangkan kreativitas. Dalam ekonomi kreatif tidak pernah ada kata cukup dan berpuas diri, para pelakunya akan selalu
mengembangkan pengetahuannya untuk terus menghasilkan karya-karya baru. Tampak adanya virus n-Ach atau need for Achievement pada para pengrajin,
Universitas Sumatera Utara
46
walaupun tidak begitu signifikan. Para pengrajin memiliki nafsu untuk bekerja dan kebutuhan mencapai prestasi yang berbeda-beda.
“Menganyam eceng gondok ini harus benar-benar ditekuni, jangan asal jadi saja kerajinannya. Jadi orang pun senang membeli
produk kerajinan kita. Saya sendiri sudah banyak memperoleh penghargaan seperti piagam dan sertifikat. Karna dalam benak
saya harus ada prestasi yang kucapai dari usaha ini. Dan menurut saya usaha kerajinan eceng gondok ini unik, karna yang dihasilkan
adalah sesuatu yang orang lain tidak menyangka kalo itu terbuat dari tanaman yang dibuang-buang orang, ya eceng gondok ini
Janter Gurning, 46 tahun.” Ini berarti bahwa virus tersebut dapat ditanamkan pada diri seseorang, maka
penanamannya pada diri seseorang dapat dilakukan melalui pendidikan, pengalaman dan berbagai pelatihan. Seperti yang tampak pada salah satu informan penulis yaitu
pak Janter Gurning, beliau memiliki nafsu bekerja yang baik melalui proses belajar, pelatihan serta pengalaman hidupnya. Ada dorongan kerja demi memuaskan batin
dan kebutuhan pribadi untuk mencapai prestasi. 2. Rasa Ingin Tahu dan Mencoba Melakukan
Perasaan ingin tahu yang cukup tinggi terhadap sesuatu yang dianggap baru merupakan suatu hal yang wajar. Pemanfaatan eceng gondok merupakan hal baru di
Desa Huta Namora dan memicu rasa ingin tahu masyarakat bagaimana mengolah eceng gondok ini menjadi produk kerajinan yang bernilai jual. Dari ke empat
informan saya, satu diantaranya yang benar-benar belum pernah melakukan kegiatan menganyam, baik menganyam pandan maupun menganyam eceng gondok. Informan
ini adalah Bapak Wanjen Simbolon, yang pekerjaan utamanya adalah Satpol PP di
Universitas Sumatera Utara
47
Kantor Bupati Samosir. Usaha kerajinan eceng gondok ini, dimulai dengan rasa ingin tahu dan mencoba melakukannya. Hal ini dituturkan oleh beliau:
“Awalnya saya sama sekali tidak tahu cara menganyam ini, karna dulu pun saya tidak mau belajar menganyam dari orang tua.
Menganyam itu kan kayak pekerjaan bencong menurut saya dulu, kebanyakan pun di kampung ini perempuannya yang menganyam.
Tapi setelah saya lihat lah Pak Janter itu menganyam eceng
gondok trus hasilnya pun bagus, jadi penasaran saya „kog bisa dianyam eceng gondok ini ya‟ itu dalam hati saya waktu itu. Saya
pun belajar dan nanya-nanya sama dia, karna Pak Janter ini pun gak pelit dia ilmunya itu dek, diajarinya saya menganyam eceng
gondok ini Wanjen Simbolon, 32 tahun.” Dari perasaan ingin tahu muncul tindakan untuk belajar dan mencoba
menganyam eceng gondok. Melalui proses belajar Pak Wanjen memunculkan ide-ide kreatif dan menerapkannya pada kegiatan menganyam. Mula-mula hasil kerajinan
Pak Wanjen tampak tidak bagus dan masih kurang rapi. Namun beliau belajar terus dengan Pak Janter dan sekarang sudah mampu menghasilkan kerajinan yang tampak
lebih menarik dan layak untuk dijual.
3.1.2 Faktor Eksternal