77
memberikan sebagian eceng gondok yang sudah dikumpulkannya kepada Bu Merli. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ucapan terimakasih karena sudah meminjam pisau
atau sabit. Walaupun sebenarnya Bu Merli tidak pernah meminta eceng gondok namun hal ini dilakukan oleh Bu Heddy atas dasar sukarela dan sebagai bentuk
hubungan tolong-menolong. Hal meminjam juga dilakukan oleh Bu Merli, biasanya beliau meminjam
cetakan tas kepada Bu Heddy. Cetakan yang dipinjam adalah cetakan yang bentuknya berbeda dengan cetakan yang dimiliki Bu Merli. Hal ini menunjukkan
tidak ada perasaan bersaing antar pengrajin terutama dalam hal menciptakan kreasi bentuk tas. Mereka saling mendukung dan bertukar alat produksi untuk saling
melengkapi. Mereka tidak berebut langganan atau orang untuk membeli hasil kerajinannya, masing-masing pengrajin sudah memiliki langganan baik karena
hubungan saudara maupun hubungan tetangga.
4.4 Tidak Ada Larangan Mengambil Eceng Gondok
Masyarakat Desa Huta Namora bebas untuk mengambil eceng gondok dari Danau Toba. Tidak ada larangan untuk mengambil eceng gondok, karena jumlah
eceng gondok di Danau Toba lebih banyak daripada yang dimanfaatkan. Masyarakat yang ingin memanfaatkan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan, kapan saja
bisa mengambilnya dari Danau Toba. Tidak ada perebutan tumbuhan gulma ini antar pengrajin.
Universitas Sumatera Utara
78
Tidak ada hak kepemilikan lahan eceng gondok dan batasan area ataupun zona-zona tertentu yang dimiliki secara individu, karena pada dasarnya eceng gondok
ini tumbuh secara cepat dan menyebar luas. Masyarakat Desa Huta Namora juga tidak seluruhnya pengrajin eceng gondok. Hal ini menyebabkan tumbuhan eceng
gondok bukan sesuatu yang diperebutkan, dan tidak menimbulkan konflik antar pengrajin.
Masyarakat setempat yang bukan pengrajin sangat mendukung adanya pemanfaatan eceng gondok ini dan berharap supaya eceng gondok di Danau Toba
secepatnya bersih. Eceng gondok merupakan tumbuhan gulma yang dapat merusak ekosistem perairan Danau Toba. selain itu eceng gondok juga mengurangi keindahan
Danau Toba sebagai ikon pariwisata Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
79
BAB V PROSES PRODUKSI
Proses produksi kerajinan eceng gondok ini sepenuhnya dilakukan oleh pengrajin dan anggota rumah tangga sendiri tanpa harus mengambil tenaga kerja dari
luar. Kerajinan eceng gondok merupakan hasil pemrosesan yang cukup rumit mulai dari tahap pengumpulan eceng gondok hingga tahap menganyam. Produksi kerajinan
eceng gondok tidak dalam jumlah yang besar tergantung pada pesanan dan mengikuti musim seperti musim tahun ajaran baru masuk sekolah. Untuk mengolah eceng
gondok menjadi produk kerajinan, proses yang dilakukan adalah sebagai berikut:
5.1 Persiapan Bahan dan Peralatan
Adapun bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan kerajinan eceng gondok adalah sebagai berikut:
5.1.1 Bahan yang digunakan dalam menganyam
Proses produksi kerajinan eceng gondok membutuhkan beberapa bahan penting yang akan digunakan oleh pengrajin. Adapun bahan-bahan yang digunakan
seperti: eceng gondok kering, pewarna eceng gondok, dan air bersih. Sub bab ini akan menjelaskan bahan tersebut secara terperinci menurut data yang diperoleh oleh
peneliti.
1. Eceng Gondok
Salah satu bahan dasar dan menjadi bahan utama dalam pembuatan kerajinan adalah eceng gondok yang sudah dikeringkan. Memilih bahan eceng gondok yang
akan digunakan, dilakukan pengrajin mulai dari eceng gondok dalam keadaan basah.
Universitas Sumatera Utara
80
Eceng gondok yang dipandang sebagai tanaman pengganggu atau gulma dianggap tidak begitu penting bagi sebagian orang, akan tetapi bagi para pengrajin eceng
gondok menjadi sumber penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Eceng gondok hidup terapung di kawasan perairan Danau Toba. Daun-daun eceng gondok ditopang oleh tangkai berbentuk silinder memanjang yang kadang-
kadang sampai mencapai 1 meter dengan diameter 1-2 cm. Tangkai daunnya berisi serat yang kuat dan lemas serta mengandung banyak air.
Diberbagai daerah eceng gondok memiliki sebutan yang berbeda-beda. Di Palembang eceng gondok dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan
nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-Ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpeh, dan di Samosir sendiri eceng gondok dikenal dengan nama
Ombur-Ombur
11
. Eceng gondok yang biasa digunakan adalah eceng gondok yang terpilih, tidak
semua eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan. Eceng gondok yang dipilih untuk dianyam adalah memiliki tangkai daun yang panjang, usia
eceng gondok tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Standar panjang batang eceng gondok biasa adalah antara 45-50 cm.
11
Ombur-ombur merupakan sebutan eceng gondok dalam Bahasa Batak di daerah Samosir.
Universitas Sumatera Utara
81
Foto 5
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Eceng gondok merupakan bahan baku menganyam. Para pengrajin dengan mudah mendapatkan eceng gondok, mengingat eceng
gondok adalah tumbuhan gulma yang memiliki proses pertumbuhan dan penyebaran yang sangat cepat. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi membeli eceng gondok dari
luar daerah. Keadaan itulah yang membuat pengrajin Desa Huta Namora tetap semangat membuat kerajinan eceng gondok.
2. Air Bersih
Air bersih diperlukan untuk membersihkan eceng gondok dari kotoran yang terbawa pada saat pengumpulan eceng gondok. Air yang digunakan biasanya air
bersih dari kamar mandi ataupun air Danau Toba. Eceng gondok sesekali dibanting- banting di dalam air, agar kotoran cepat rontok. Seperti penuturan informan ini di
lapangan :
Universitas Sumatera Utara
82
“Eceng gondok harus dicuci dulu pake air bersih karena pas diambil kotor kali dia trus akarnya yang hitam itu kita buang. Air yang biasa
dipake air dari kamar mandi, atau biasanya langsung dicuci di Danau Toba Heddy Simbolon, 54
tahun.”
3. Bahan Pewarna
Untuk mewarnai eceng gondok para pengrajin Desa Huta Namora biasanya menggunakan bahan-bahan pewarna yang disebut basis. Bahan pewarna ini pertama
kali mereka dapatkan dari Dinas Koprindag pada saat pelatihan menganyam. Bahan pewarna ini berbentuk bubuk yang dikemas dalam bungkusan plastik dengan variasi
warna yaitu hijau tua, merah tua, ungu tua, kuning dan coklat. Foto 6
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Bahan pewarna eceng gondok
5.1.2 Alat Yang Digunakan Dalam Menganyam
Proses produksi kerajinan eceng gondok juga membutuhkan beberapa jenis peralatan. Para pengrajin menggunakan beberapa alat dalam menganyam antara lain:
pisau, gunting, mesin atau alat untuk mengepress menekan eceng gondok, cetakan eceng gondok dan tempat penjemuran. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan
Universitas Sumatera Utara
83
kerajinan eceng gondok tergolong sederhana dan harganya murah, sehingga tidak menyulitkan para pengrajin dalam segi modal.
1. Pisau
Pisau merupakan salah satu alat produksi yang penting dalam proses pembuatan kerajinan eceng gondok. Disisi lain, pisau merupakan alat sederhana yang
mudah djumpai dan harganya relatif murah. Proses produksi kerajinan eceng gondok memerlukan bermacam-macam pisau untuk berbagai fungsi yaitu sebagai alat panen
eceng gondok, membelah serta mengiris eceng gondok. Masing-masing dibedakan berdasarkan ukuran besar dan ketebalannya. Sabit
atau biasa disebut pengrajin sasabi dengan bentuk melengkung, digunakan untuk memotong batang eceng gondok pada saat panen. Sementara pisau dapur digunakan
untuk membelah batang eceng gondok secara vertikal. Foto 7
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Pisau yang digunakan pada saat panen eceng gondok.
Universitas Sumatera Utara
84
2. Gunting
Gunting digunakan untuk menggunting daun eceng gondok yang sudah kering, kemudian ujung dan pangkal eceng gondok yang sudah dikeringkan. Pangkal
eceng gondok akan digunting berbentuk runcing. Foto 8
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Alat menggunting eceng gondok kering.
3. Palu
Palu digunakan untuk memaku anyaman dasar eceng gondok ke atas cetakan, sehingga anyaman tidak bergeser pada saat proses menganyam. Untuk memaku dasar
anyaman tersebut, digunakan paku kecil dan palu berukuran sedang. Foto 9
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Palu untuk memaku anyaman dasar
Universitas Sumatera Utara
85
4. Cetakan
Untuk membuat kerajinan eceng gondok diperlukan cetakan sesuai dengan bentuk kerajinan yang akan dibuat. Para pengrajin eceng gondok di Desa Huta
Namora biasanya membuat sendiri wadah cetakan. Cetakan dibuat dari kayu atau benda-benda bekas yang bentuknya sesuai dengan jenis kerajinan yang akan dianyam.
Misalnya untuk membuat tas maka cetakan akan dibentuk sesuai dengan tas, untuk membuat tempat minum maka cetakan akan disesuaikan dengan tempat minum,
begitu juga dengan keranjang sampah, sarung tablet, topi, kotak koran, tempat pulpen. Berikut contoh cetakan yang diperoleh peneliti dari lapangan:
Foto 10
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Alat cetakan kerajinan eceng gondok, tas kiri dan tempat botol minuman kanan.
Universitas Sumatera Utara
86
5. Mesin Press Eceng Gondok
Tujuan pengepresan eceng gondok adalah untuk mengubah bentuk tangkai eceng gondok yang bulat panjang menjadi pipih seperti pita. Pengrajin eceng gondok
Desa Huta Namora biasanya menggunakan mesin pres, apabila eceng gondok yang akan digunakan sebagai bahan anyaman dalam jumlah yang banyak. Tetapi jika
tangkai eceng gondok yang dibutuhkan hanya sedikit, biasanya eceng gondok tidak dipress menggunakan mesin press, melainkan dengan menggunakan tangan, dipress
dengan cara menekan eceng gondok dari pangkal hingga ujung tangkai eceng gondok. Berikut gambar mesin press yang diperoleh peneliti dari lapangan:
Foto 11
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Mesin pengepres batang eceng gondok
6. Mesin Jahit
Mesin jahit merupakan salah satu alat produksi yang digunakan oleh pengrajin eceng gondok. Mesin jahit ini merupakan mesin khusus yang digunakan untuk
menjahit voering
12
tas. Mesin jahit ini merupakan bantuan peralatan yang diberikan oleh Dinas Koprindag sebagai bentuk perhatian pemerintah. Jumlah mesin jahit yang
12
Voering adalah sejenis kain untuk melapis bagian dalam tas eceng gondok supaya tampak rapi.
Universitas Sumatera Utara
87
diberikan adalah satu unit dan berada di rumah sentra anyaman. Pengrajin bebas menggunakan mesin jahit tersebut apabila diperlukan.
Foto 12
Sumber : Foto Fitri Malau, 2016. Mesin jahit voering tas eceng gondok
5.2 Pengumpulan Eceng Gondok
Proses pengumpulan eceng gondok dilakukan pada saat eceng gondok masih mentah dan dikumpulkan dalam jumlah yang banyak, karena eceng gondok akan
menyusut ketika dikeringkan dan tampak lebih sedikit. Sewaktu eceng gondok diangkat dari Danau Toba, akan terbawa juga bagian-bagian lain dari tumbuhan
eceng gondok secara lengkap, seperti bunga, daun, tangkai, tunas, dan akar. Eceng gondok yang dikumpulkan adalah eceng gondok yang berukuran panjang, tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda atau biasa disebut matoras. Tangkai eceng gondok yang terlalu tua dan terlalu muda akan mudah patah ketika diambil dari Danau Toba.
Pengumpulan eceng gondok akan terasa mudah pada saat musim kemarau. Keadaan air Danau Toba yang surut membuat pinggiran Danau Toba dipenuhi eceng
gondok. Hal ini memudahkan proses pengumpulan eceng gondok. Berbeda halnya
Universitas Sumatera Utara
88
ketika cuaca stabil, ini menjadi tantangan bagi para pengrajin. Eceng gondok akan kembali ke daerah Danau Toba yang berlumpur dan jaraknya lumayan jauh dari
pinggiran Danau Toba. Eceng gondok harus diambil dengan berenang, belum lagi lintah dan pacat yang biasanya menempel pada badan. Karena sulitnya proses
pengambilan eceng gondok ini, sebagian pengrajin biasanya meminta tolong kepada anak laki-laki yang pandai berenang untuk mengumpulkan eceng gondok dan diberi
upah uang jajan.
5.3 Pembersihan Eceng Gondok