3.2. Persepsi Member dan Non Member Terhadap Positioning The Body Shop
Setelah memutuskan bahwa keenam informan di atas memahami konsep positioning, penulis melanjutkan wawancara dengan
menanyai mereka mengenai persepsi masing – masing informan terhadap positioning The Body Shop, apakah termasuk merek
massal ataukah premium. Dalam menyajikan data pada bagian ini, penulis membagi persepsi konsumen ke dalam dua pointer, yaitu
member dan non member, untuk mempermudah pemahaman dalam membaca.
a. Member Kelompok pertama yang penulis wawancarai adalah member The
Body Shop People, yang terdiri dari 3 informan. Menariknya, ada salah satu informan dari sisi member yang mengkategorikan The
Body Shop sebagai merek masstige. Walaupun tidak mampu menyebutkan istilah masstige yang memang belum begitu populer
dalam dunia permerekan, informan tersebut Fathia Syarief mampu mendeskripsikan positioning The Body Shop sebagai
merek yang terletak di anatara tingkatan massal dan premium. Belum populernya istilah masstige positioning dan kurang adanya
inisiatif pihak The Body Shop untuk menginformasikannya pada publik, membuat Fathia sulit untuk mengidentifikasi positioning
The Body Shop yang sebenarnya
”Tengah-tengah ya. Kalau premium banget sih engga. Tapi yang pasti dia bukan mass. Tapi aku ngga tahu namanya apa dan sebenarnya The Body
Shop mainnya di mana.” Fathia Syarif – member The Body Shop People, wawancara pada 4 September 2009
Berbeda dengan persepsi Fathia Syarif dalam melihat positioning The Body Shop, dua informan yang lain melihat bahwa merek ini
merupakan merek premium. Salah satunya adalah Aditya Rangga, yang berpendapat bahwa The Body Shop termasuk ke dalam merek
premium.
”Kalau menurut gue sih dia The Body Shop masuk ke premium brand sih.” Aditya Rangga – member The Body Shop People, wawancara pada 8
Oktober 2009
Senada dengan pendapat informan di atas, Retno Wulandari pun mempersepsikan The Body Shop sebagai merek premium.
”Kalau aku lihat The Body Shop itu sebagai premium brand yah. Aku sendiri ngga
tahu dia memposisikan diri gimana, tapi dari kacamata aku sebagai pelanggannya, aku lihat dia tuh merek premium.” Retno wulandari –
member The Body Shop People, 4 November 2009
b. Non Member Sedangkan dari pihak non member, ketiga informan
menyatakan bahwa The Body Shop merupakan merek premium
dalam hal kosmetik dan perawatan tubuh. Berbeda dengan informan dari sisi member The Body Shop People yang sebagian
menyatakan merek ini premium dan sebagian masstige, ketiga informan dari sisi non-member sepakat mempersepsi The Body
Shop sebagai merek premium. Salah satu informan yang menyatakan pendapat tersebut adalah
Alexander Sriewijono.
”Kalau saya lihat The Body Shop itu sebagai premium brand.” Alexander Sriewijono - informan non-member, wawancara melalui email pada 18
Oktober 2009
Senada dengan Alexander, Sofie Shinta Syarief pun mempersepsikan The Body Shop sebagai merek premium.
”...aku ngga tahu strategi mereka kaya apa, tapi kalau dari sudut pandang aku sebagai konsumen, mereka aku kategoriin premium brand” Sofie Syarief
– informan non-member, wawancara pada 3 Oktober 2009
Selain dua informan tersebut, Beryl Masdiary juga melihat positioning
The Body Shop sebagai merek premium.
” Kalau gue lihat tuh premium brand….” Beril Masdiary – informan non- member, wawancara pada 4 September 2009
Pada dasarnya, dua kelompok ini member dan non member mempersepsi The Body Shop sebagai merek premium.
Hanya ada satu informan Fathia Syarief yang mempersepsi The Body Shop sesuai dengan strategi positioning internal perusahaan,
yaitu sebagai merek masstige. Berikut akan penulis jelaskan alasan para informan mempersepsi positioning The Body Shop.
3.3. Alasan Persepsi Member dan Non Member Terhadap Positioning The