Persepsi Tinjauan Teoritis 1. Komunikasi

Pada dasarnya, teori – teori yang digunakan dalam proses message reception , mengarah pada 3 tujuan yang saling berhubunggan, yaitu interpreting, organizing , dan judging. Berikut adalah penjelasan ketiga tujuan tersebut. a Interpreting: Kita memberikan arti menginterpretasi suatu pesan, kita mencoba mengetahui maksud dari pesan, kita menghubungkan sebab – akibat. Inilah poin yang juga berlaku saat kita melakukan persepsi. Hal ini didasari pada pengertian dari persepsi sendiri sebagai proses analisa maupun intepretasi suatu individu terhadap pesan atau makna, dengan melibatkan faktor-faktor psikologis individu tersebut. Rakhmat, 2002: 51. Pembahasan mengenai persepsi akan dijabarkan pada bagian berikutnya. b Organization : Informasi baru terintegrasi ke dalam suatu sistem kepercayaan dan sikap yang sebelumnya sudah ada. c Judgement : Kita melakukan penilaian judgement berdasarkan informasi. Kadang kita mengevaluasi suatu pesan dengan sangat teliti, namun tak jarang kita kurang menaruh perhatian pada pesan tersebut. Littlejohn, 1999:150

2. Persepsi

Dalam penelitian ini, kajian persepsi yang penulis gunakan didasarkan pada sebuah teori yang menyatakan bahwa kunci utama dalam memposisikan suatu merek adalah persepsi konsumen publik. “Key to positioning a product effectively is the perception of consumers.” Berkowitz et al, 2000:276. Persepsi publik, khususnya konsumen, memegang peranan yang sangat penting bagi kesuksesan strategi positioning merek. Positioning yang dibuat oleh perusahaan komunikator terhadap suatu merek, harus dipersepsi sama oleh konsumen komunikan, agar konsumen mampu melihat positioning merek tersebut, dan membedakannya dengan para kompetitor. Kesepahaman persepsi antara komunikator dan komunikanlah yang menentukan sukses tidaknya strategi positioning merek tersebut. Persepsi sendiri, menurut Desideranto 1976, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi sensory stimuli. Dalam memberikan makna, kita tak hanya melibatkan sensasi, namun juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Dengan kata lain persepsi merupakan analisa maupun intepretasi suatu individu terhadap pesan atau makna, dengan melibatkan faktor-faktor psikologis individu tersebut. Rakhmat, 2002: 51 Persepsi merupakan proses menilai. Maka, persepsi dapat dikatakan bersifat evaluatif dan subyektif. Persepsi bersifat evaluatif karena melalui persepsi, seseorang bisa menilai baik atau buruk, positif atau negatif sebuah tayangan televisi sesudah ia menyaksikannya, atau mengevaluasi suatu brand ketika ia sudah menggunakannya. Persepsi cenderung subyektif, karena masing- masing individu memiliki perbedaan dalam kapasitas penangkapan indrawi dan perbedaan filter konseptual dalam melakukan persepsi, sehingga pengolahan stimuli dalam diri individu, akan memberikan makna yang berbeda antara satu dengan yang lain Mulyana, 2001:167 Persepsi meliputi penginderaan sensasi melalui alat-alat indera kita, atensi, dan intepretasi. Menurut David Krech dan Richard Crutchfield 1977, persepsi dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Jalaludin Rakhmat menambahkan satu faktor lagi, yaitu perhatian attention Rakhmat, 2002: 51- 62. Faktor pertama yang menentukan persepsi adalah faktor fungsional, yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli itu. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi, lazim disebut kerangka rujukan frame of reference. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Faktor kedua adalah faktor-faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Menurut Teori Psikologi Gestalt, bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah. Kita harus memandangnya dalam suatu keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus memahami konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan intepretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Sedangkan faktor ketiga adalah faktor perhatian. Orang akan mempersepsi apa yang ia ingin perhatikan. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Menurut Kenneth E. Andersen 1972, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Jadi, perhatian dapat timbul apabila kita mengkonsentrasikan pada satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan dari alat indera yang lain. Apa yang kita perhatikan, ditentukan oleh dua hal, yaitu faktor situasional yang bersifat eksternal dan faktor personal yang bersifat internal. Faktor situasional, meliputi stimuli yang menarik perhatian kita, seperti gerakan, intensitas stimuli, kebaruan novelty, dan perulangan. Kita cenderung memperhatikan objek yang bergerak. Stimuli yang lebih menonjol dibandingkan yang lain pun akan menarik perhatian kita, seperti warna merah pada latar belakang putih, maupun iklan besar dalam kolom di surat kabar. Hal – hal yang baru, ataupun yang ditampilkan berulang kali, iklan misalnya, akan menarik perhatian kita. Maka tak heran, ketika iklan suatu produk diluncurkan, kita akan memperhatikannya karena merupakan sesuatu yang baru. Walaupun sejatinya kita tidak tertarik dan tidak ingin memperhatikan, perulangan yang intens terhadap iklan produk tersebut, lambat laun akan menarik perhatian kita juga. Sedangkan faktor personal yang bersifat internal menurut Lefrancois 1974, terdiri dari faktor biologis, sosiopsikologis, dan motif sosiogenesis. Dalam keadaan lapar, pikiran dan perhatian akan tertuju pada makanan, itulah faktor biologis. Sementara sikap sosiopsikologis dan motif sosiogenesis dipengaruhi oleh sikap, kebiasaan, kemampuan dan keinginan seseorang dalam memberikan perhatiannya. Rakhmat, 2002:51-62

3. Konsep Mengenai Brand

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Reponsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty The Body Shop Pada Pegawai PT. Indosat Cabang Medan

1 30 64

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

1 57 138

Pengaruh Promosi dan Potongan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Merek The Body Shop Outlet Sun Plaza Medan

8 63 117

Evaluasi Product Positioning Isuzu Panther dengan Menggunakan Persepsi Konsumen di Kabupaten Jember

0 3 67

Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian The Celup Sariwangi (Studi Kasus Pada Konsumen Rumah Tangga

3 79 129

Pengaruh Green Product dan Green Advertising Terhadap Keputusan Pembelian (Survei Pada The Body Shop Cabang Bandung Indah Plaza)

0 3 1

Pengaruh Pelaksanaan Konsep Pemasaran Hijau Dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Di The Body Shop Cabang Bandung Indah Plaza

3 40 142

Analisis Faktor Brand Awareness, Brand Exposure, Customer Engagement, Dan Electronic Word-of-Mouth Dalam Pemasaran Melalui Media Sosial Pada The Body Shop Indonesia

1 6 10

Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge terhadap Purchase Intention dengan Green Price sebagai Moderating Variabel pada Produk the Body Shop di Surabaya

0 1 11

Pengaruh Brand Image dan Product Knowledge terhadap Purchase Intention dengan Green Price sebagai Moderating Variabel pada Produk the Body Shop di Surabaya

0 1 172