3. Pergeseran Persepsi Saluran Distribusi Terhadap Positioning The Body
Shop TBS dan Faktor Penyebabnya
Gambar 3.18. Pergeseran Persepsi Saluran Distribusi
P ONDOK
INDA H
PLAZA SENAYAN
GRAND INDONESIA
The Body Shop
Sebagai The Body
Shop Sebagai
PREMIU Faktor :
Harga The Body Shop
terjangkau bagi pengunjung
PIM dan Grand Indonesia
The Body Shop sebagai daily need
Faktor :
Cakupan harga TBS masih terlalu tinggi
untuk konsumen
Indonesia Lokasi TBS premium
Packaging TBS yang eksklusif
Karaker Konsumen
SALURAN DISTRIBUSI
Brand Positioning The Body Shop
Dari sisi saluran distribusi, terjadi pergeseran persepsi informan terhadap positioning
The Body Shop. Pihak internal The Body Shop yang memposisikan merek ini sebagai merek masstige, tidak mampu dipersepsi sebagai merek
masstige oleh informan dari Pondok Indah Mall dan Grand Indonesia. Kedua
informan ini melihat The Body Shop sebagai merek massal atau menengah. Hal ini lebih dikarenakan harga yang diterapkan untuk produk – produk The Body
Shop dianggap terjangkau untuk para pengunjung kedua mal tersebut. Selain itu, The Body Shop telah menjadi kebutuhan sehari – hari para pengunjung Grand
Indonesia dan Pondok Indah Mall. Maka tak heran, mereka mempersepsikan sesuatu yang sudah menjadi daily need sebagai merek menengah dan terjangkau.
Selain itu, adanya anggapan bahwa masih banyak merek kosmetik dan perawatan tubuh lain, baik secara image, harga, maupun aspirasinya, yang berada di atas The
Body Shop, seperti SK II dan lain sebagainya. Berbeda dengan persepsi dua informan yang lain, informan dari Plaza
Senayan Reiko West mempersepsikan The Body Shop di Indonesia sebagai merek premium. Sebagai warga negara Kanada dan tumbuh besar di sana, Reiko
melihat The Body Shop di Kanada dan Amerika Serikat sebagai merek massal, namun tidak murahan. Hal ini dikarenakan tingkat kesejahteraan kedua negara
tersebut yang jauh di atas Indonesia, sehingga sebagian besar masyarakatnya mampu menjangkau harga yang diterapkan oleh The Body Shop. Sebaliknya,
dikarenakan tingkat kesejahteraan Indonesia yang tidak setinggi Kanada dan Amerika, serta kurs rupiah yang jauh di bawah Dollar Amerika, membuat
sebagian besar konsumen di negeri ini masih sulit untuk menjangkau The Body Shop.
Tidak terjangkaunya harga The Body Shop oleh sebagian besar masyarakat Indonesia inilah yang menyebabkan Reiko beranggapan bahwa The
Body Shop merupakan merek premium di negara ini. Selain faktor harga, menurut Reiko, lokasi yang dipilih The Body Shop di Indonesia pun hanya di mal – mal
premium. Padahal, sesuai dengan pengamatan penulis dan strategi positioning The Body Shop, merek ini tidak hanya berada di mal premium, namun juga di mal
menengah, seperti Blok M Plaza, Bintaro Plaza, Margo City Depok, dan lain sebagainya. Packaging The Body Shop yang sangat atraktif pun menjadi faktor
pendorong persepsi Reiko terhadap kepremiuman The Body Shop. Pengemasan yang apik dan eksklusif menjadi nilai plus bagi merek in, karena menurutnya,
tidaklah mudah menjual sabun, shampo, maupun produk perawatan tubuh yang lain, dengan harga setinggi The Body Shop.
Faktor terakhir yang mendasari Reiko mempersepsi The Body Shop sebagai merek premium adalah kecenderungan konsumen Indonesia yang
beranggapan bahwa merek internasional selalu premium dan eksklusif. Padahal, menurut Reiko, The Body Shop di Kanada dan Amerika dianggap sebagai merek
lokal karena berasal dari Inggris. Di kedua negara itupun The Body Shop dianggap sebagai merek massal. Hanya saja, di Indonesia, merek ini seolah – olah
mengalami peningkatan image dan positioning. Bagaimanapun, secara aklamasi, pihak saluran distribusi – mal
premium – masih melihat The Body Shop sebagai merek massal. Hal ini
mengindikasikan pergeseran persepsi dari pihak saluran distribusi, terhadap positioning
The Body Shop. Namun demikian, walaupun positioning The Body Shop tidaklah sama dengan positioning mal premium, pihak mal premium masih
melihat The Body Shop sebagai merek yang sangat prospektif. Selain dikarenakan brand image
dan brand awareness nya yang tinggi, The Body Shop merupakan produk yang banyak digemari oleh para pengunjung mal. Dengan adanya gerai
The Body Shop di ketiga mal tersebut, harus diakui, walaupun tidak secara langsung, hal ini akan meningkatkan jumlah pengunjung mal traffic, brand
awareness mal tersebut, dan preferensi pemilihan mal di kalangan konsumen.
Selain itu, menurut Teges Prita Soraya dan Reiko West, tidak semua pengunjung mal premium adalah orang – orang yang secara tingkat sosio-ekonomi berada di
atas. Justru, konsumen menengah ke atas-lah yang mendominasi profil pengunjung di mal mereka.
4. Pergeseran Persepsi Konsumen Terhadap Positioning The Body Shop TBS dan Faktor Penyebabnya
Gambar 3.19 Pergeseran Persepsi Konsumen
KONSUMEN
MEMBER
The Body Shop People
NON MEMBER
Fathia Syari
ef Ad itya
Rang ga
Retno Wulan
dari Beril
Masdi ary
Alexander Sriewij
ono Sofie
Syari ef
The Body Shop Sebagai
MASSTIG Faktor :
Harga TBS di atas merek massal
USP The Body Shop
berbahan alami dan beretika
bisnis
Faktor :
Harga The Body Shop di Atas Mass
Brand Lokasi Premium
Kepedulian TBS Terhadap
Isu The Body Shop
Sebagai
PREMIUM
Brand Positioning The Body Shop
Hampir semua informan, baik dari kelompok member maupun non- member, mempersepsi positioning The Body Shop sebagai merek premium. Para
informan tersebut adalah Aditya Rangga dan Retno Wulandari member, dan Beryl Masdiary, Sofie Syarief, dan Alexander Sriewijono nonmember.
Kelimanya berpendapat demikian didasarkan pada faktor – faktor kepremiuman The Body Shop, yang antara lain dipengaruhi oleh faktor harga, lokasi, value yang
dimiliki merek asal Inggris ini sebagai faktor paling menonjol, faktor target market dan persepsi konsumen Indonesia terhadap merek internasional sebagai
faktor yang kurang menonjol. Penulis melihat faktor harga, lokasi, dan values The Body Shop sebagai faktor yang paling menonjol dalam membentuk persepsi
konsumen terhadap kepremiuman merek ini, dikarenakan kedua kelompok tersebut berpandangan sama mengenai ketiga faktor tersebut. Sedangkan faktor
target market dan faktor karakteristik konsumen Indonesia, hanya disebutkan oleh salah satu kelompok saja.
Pada faktor harga, kelima informan tersebut menilai bahwa harga yang diterapkan pada produk – produk The Body Shop berada jauh di atas merek
massal. Hal ini menyebabkan hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia saja yang mampu untuk menjangkau harga tersebut. Dari situlah konsumen akan
tersegmentasi, dan menimbulkan kesan bahwa hanya orang kelompok tertentu yang sanggup membeli produk The Body Shop sehingga menciptakan
eksklusivitas bagi pemakainya. Selain faktor harga, lokasi yang premium pun diakui oleh kelima informan
tersebut sebagai faktor penguat kepremiuman The Body Shop. Menurut para
informan, lokasi The Body shop berada di mal – mal yang representatif dengan toko independen yang eksklusif. Faktor ketiga adalah kepedulian The Body Shop
terhadap isu – isu lingkungan, sosial dan kemanusiaan values. Bahkan, aktivitas dan kepedulian The Body Shop mengenai isu – isu tersebut, menurut Alexander,
mampu menciptakan keterikatan emosional antara pelanggan dengan The Body Shop, dan menjadikannya sebagai agent of change dalam hal permasalahan
lingkungan, sosial dan kemanusiaan. Tidak hanya faktor internal dari The Body Shop yang menjadi perhatian
para informan dari sisi konsumen, namun faktor eksternal, yaitu karakteristik konsumen Indonesia sendiri, turut menjadi pertimbangan mereka mempersepsi
merek ini sebagai merek premium. Pendapat ini dikemukakan oleh kelompok informan non member, yang menilai bahwa konsumen Indonesia cenderung
mempersepsi merek internasional sebagai merek premium dan bergengsi. Satu – satunya informan yang melihat The Body Shop sebagai merek
masstige adalah Fathia Syarief. Persepsi Fathia ini didasarkan pada beberapa
faktor, salah satunya adalah Unique Selling Proposition USP yang dimiliki The Body Shop, yakni berbahan dasar alami dan beretika bisnis. Menurut Fathia, hal
inilah yang salah satunya menjadi pembeda The Body Shop dengan merek massal. Pada umumnya, merek massal tidak akan berfikir sejauh itu untuk memperhatikan
isu – isu kemanusiaan dan lingkungan, seperti yang dilakukan selama ini oleh The Body Shop. Selain USP, Fathia melihat bahwa inovasi produk The Body Shop
sudah berada di level ”sangat inovatif”. Ditambahkan pula, servis prima yang diberikan The Body Shop kepada pelanggannya menjadikannya nilai tambah bagi
merek ini secara keseluruhan. Perlu diingat, bahwa The Body Shop berhasil menyabet beberapa penghargaan bergengsi dalam gelaran Bazaar Beauty Award
2009, yang salah satunya adalah kategori best service. Faktor terakhir adalah harga, yang menurut Fathia berada jauh di atas harga merek menengah. Harga The
Body Shop masih dianggap tinggi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, namun tidak cukup tinggi bila dibandingkan dengan merek premium yang
sesungguhnya.
.
243
BAB IV ANALISA PERSEPSI PUBLIK TERHADAP
POSITIONING
Komunikasi sering diartikan sebagai proses penyampaian pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain dalam rangka
menginformasikan atau bahkan merubah pandangan, sikap, dan perilaku komunikan melalui suatu media. Seperti yang biasa didengungkan oleh Laswell,
komunikasi meliputi lima unsur, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa tujuan komunikasi tidak hanya
menyampaikan pesan, namun sampai pada tingkatan dimana komunikan merubah sikap, pandangan, atau perilaku. Hal tersebut sesuai dengan definisi komunikasi
menurut Everett M. Rogers, yang menyatakan bahwa komunikasi sebagai suatu proses dimana ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Cangara, 1998:18 Kesuksesan komunikasi bukan berdasar pada seberapa hebat seorang
komunikator menyampaikan pesan, namun seberapa baikkah pesan tersebut diterima oleh komunikan Taylor, 1999:8. Untuk itu, sehebat apapun strategi
penyampaian pesan, apabila komunikan tidak mampu menerima dan menginterpretasi pesan sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator, proses
komunikasi tersebut belumlah dikatakan berhasil. Taylor menambahkan, proses komunikasi perlu memperhatikan empat aspek. Pertama adalah tujuan
komunikasi, apakah untuk memberi informasi, mengajak, ataukah meminta. Kedua adalah mengetahui dengan pasti siapa yang akan menerima pesan tersebut.