commit to user
II - 12
B. PEMAHAMAN MENGENAI PERMUKIMAN
1. Esensi Permukiman dan Kegiatan Bermukim
11
Pengertian Umum Permukiman
Istilah  permukiman  pengertiannya  luas  sebagai  suatu  kesatuan  ekologis  antara masyarakat  manusia  dengan  lingkungannya,  baik  lingkungan  alam  maupun
lingkungan buatan, yang bertumbuh membangun peradabannya dalam multidimensi sosial-keluarga  dan  komunitas,  sosial-ekonomi,  sosial-politik,  sosial-budaya,  dan
sosial-keagamaan. Pada  skala  yang  kecil,  permukiman  dapat  diartikan  sebagai  lingkungan  hunian,
lebih luas dapat berwujud sistem lingkungan perkotaan, dan seterusnya. Meskipun tidak dihuni secara langsung, hutan, sungai, langit, lautan yang juga berperan pada
sistem kehidupan manusia sebagai subjek yang melakukan aktivitas bermukim, juga merupakan bagian permukiman. Sehingga yang lebih luas lagi, tata surya dapat pula
diartikan sebagai permukiman di mana mewadahi seluruh sistem aktivitas bermukim yang sangat besar.
Kegiatan Bermukim
Selain  adanya  kesatuan  ekologis  antara  manusia  dan  lingkungannya, permukiman  dapat  diindikasikan  dari  telah  tumbuhnya  kegiatan  bermukim.  Suatu
keluarga  bekerja,  bersekolah,  bermain,  bernafas,  makan  minum,  beristirahat, beribadah,  berolahraga  dalam  suatu  lingkungan,  baik  dalam  ruang  rumah  maupun
ruang  bersama, mereka  telah  disebut  bermukim  pada  lingkup lingkungan  tersebut. Kegiatan  bekerja,  rekreasi,  dan  sebagainya,  juga  dilakukan  bukan  hanya  di
lingkungan tempat tinggal, namun juga di tempat yang lebih jauh, di mana rumah- rumah  tetap  menjadi  tempat  berasal  dan  tempat  kembali  dari  berbagai  aktivitas
tersebut,  maka  mereka  juga  melakukan  kegiatan  bermukim  di  wilayah  yang  lebih luas  tersebut.  Bahkan  bagi  yang  sering  berpindah  tempat  kerjanya,  terbang
menggunakan  pesawat,  berlayar  dengan  kapal,  semua  itu  tergolong  kegiatan bermukim. Semua itu dilakukan di tempat yang habitable.
Oleh karena itu sering dijumpai modifikasi lingkungan agar menunjang kegiatan bermukim, seperti toilet dan tempat makan pada alat transportasi seperti kapal, bus
dan  pesawat.  Bahkan  aktivitas  yang  ada  di  lahan  yang  dikatakan  illegal  untuk  area “permukiman”, yang  di  dalamnya ada  anak-anak  bersekolah,  ayah mencari  nafkah,
ibu mengurus rumah tangga, juga digolongkan kegiatan bermukim.
Adaptasi, Hubungan Alami, dan Menciptakan Tempat
Berdasarkan  kesatuan  ekologis  dan  tumbuhnya  kegiatan  bermukim  tersebut, maka permukiman mengambil ruang dan tempat space and place dalam skala yang
11
Dipahami dan dirangkum berdasarkan artikel Moh. Jehansyah Siregar, Ph.D, KK Perumahan dan Permukiman, SAPPK-ITB, “Memahami Permukiman dan Pengaturannya”, disusun sebagai
masukan akademis dalam penyusunan RUU Perumahan dan Permukiman pada 2010.
commit to user
II - 13
beragam.  Permukiman  dapat  berupa  lingkungan  hunian,  skala  lingkungan  kota, sistem kota atau sistem desa – kota, lebih luas lagi sistem antar wilayah negara, dan
seterusnya.  Kemampuan  beradaptasi  dalam  ruang  dan  tempat  kegiatanlah  yang menentukan skala permukiman mereka. Tidak semua manusia memiliki kemampuan
adaptasi  terhadap  berbagai  skala  ruang  dan  tempat.  Ada  manusia  yang  nyaman untuk  bersekolah  di  dalam  kota  saja,  berarti  lingkup  permukimannya  dalam  skala
kota.  Ada  pula  orang  yang  nyaman  bekerja  secara  menglaju  commuting,  maka lingkup  permukiman  yang  terbentuk  berskala  antar-kota.  Bahkan  ada  orang  yang
anti sosial, hanya dapat beradaptasi didalam rumah, maka lingkupnya hanya dalam skala rumah sebagai permukiman.
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan ini menandai suatu hubungan yang alami  antara  manusia  dan  hunian  serta  lingkungan  tempat  tinggalnya.  Berbagai
faktor sosial budaya yang mempengaruhi adaptasi manusia dan lingkungan tempat tinggalnya  inilah  yang  pada  gilirannya  menentukan  pilihan-pilihannya  akan  tempat
tinggal.  Aspek  inilah  yang  kemudian  tidak  menjadi  prioritas  dalam  pertimbangan penyediaan  tempat  tinggal  dan  permukiman,  contohnya  seperti  banyak  sekali
mistarget pembangunan perumahan. Di satu sisi banyak perumahan yang tidak laku akibat  tidak  diminati  mayarakat.  Di  sisi  lain,  tumbuhnya  permukiman  informal
ilegal  pada  hakikatnya  menunjukkan  adanya  kebutuhan  riil  akan  tempat  tinggal kelompok itu di lokasi tersebut.
Mengapa  bisa  terjadi?  Karena  didasari  kemampuan  beradaptasi  tersebut, individu  dan  keluarga  melakukan  suatu  pilihan  tempat  tinggalnya  mengikuti
dorongan kebutuhan yang khas dan unik untuk setiap individu dan keluarga. Individu dan  keluarga  memilih  tempat  tinggal  dengan  lebih  banyak  pertimbangan  dan
dengan waktu lebih lama.
Pengaturan Urusan Permukiman
Urusan permukiman di sini tentunya tidak menyangkut permukiman secara luas dan  makro  seperti  diuraikan  tersebut.  Mangapa?  Karena  permukiman  dalam  arti
luas pada dasarnya merupakan fenomena yang tumbuh secara alamiah. Oleh karena itu,  istilah  “penyelenggaraan  permukiman”  yang  maknanya  luas  sekali,  tentunya
tidak  tepat  lagi.  Penyelenggaraan  permukiman  dengan  lingkup  makro  mungkin mendekati lingkup penyelenggaraan negara.
Pada  sudut  pandang  yang  lebih  terbatas,  hubungan  perumahan  dan permukiman  hendaknya  tidak  dilihat  dari  kacamata  pelaksanaan  proyek-proyek
secara  formalistik  seperti  ini.  Kategorisasi  terhadap  komponen-komponen  fisik memaknai  perumahan  sebagai  kumpulan  rumah-rumah,  sedangkan  permukiman
diartikan  sebagai  kumpulan  rumah-rumah  yang  plus-plus  fasilitas  dan  prasarana. Pemahaman  yang  salah  kaprah  inilah  yang  akhirnya  memandang  bahwa  urusan
perumahan  dan  permukiman  dapat  dikotak-kotakkan  begitu  saja  untuk  kemudian dijadikan objek hukum suatu pengaturan melalui undang-undang.
commit to user
II - 14
2. Rumah Sebagai Unsur Utama Permukiman