commit to user
II - 2
TRADISIONAL “NO PROBLEM”
MODERN MASALAH BANJIR
MUKA AIR NORMAL
MUKA AIR BANJIR
Gambar 2.1
Permasalahan Banjir Sumber: Dok. pribadi berdasarkan “Banjir, Masalah Banjir, dan Upaya Mengatasinya”
sangat cepat dengan kecepatan dan kekuatan arus air yang tinggi pula, dapat terjadi hanya pada kondisi tertentu misalnya hujan badai yang intens, atau pelepasan air
dari wadah penampungan air dalam debit yang besar sekaligus tak terkontrol.
Banjir memberikan efek buruk bagi kehidupan manusia. Primary effects,
meliputi kerusakan fisik pada properti, bahaya dan kematian sebagai resiko jiwa. Secondary effects, mulai dari persoalan suplai air, ketersediaan air bersih, kegagalan
panen pada lahan pertanian dan langkanya bahan makanan, serta kerusakan alam lanjut. Ada pula tertiary effects, permasalahan ekonomi akibat matinya kehidupan
ekonomi wilayah banjir, pemulihan, menurunnya tourism, mahalnya logistik.
2. Permasalahan Banjir
Menurut pengertiannya, fisik banjir hanyalah tetap berwujud air, air yang meninggi, air dengan volume besar, air dan sebagainya. Lalu misalnya, apakah
luapan air berskala besar yang terjadi di rimba terpencil menjadi sebuah permasalahan bagi orang-orang di kota? Bagaimana dengan bertambahnya volume
air pada got-got di perumahan pada musim penghujan? Apakah sebenarnya yang dipermasalahkan dari banjir?
Karena itulah di sini ada istilah “permasalahan banjir”. Pada dasarnya, banjir menjadi masalah ketika adanya banjir tersebut menimbulkan gangguan atau
kerugian.
6
Dengan adanya kontak fisik dengan banjir, praktis akan timbul gangguan atau kerugian tersebut. Ketika tidak, lalu mengapa banjir perlu dipermasalahkan?
Yang ada hanya banjir, tanpa permasalahan.
Konsep sederhana yang dilakukan guna mitigasi banjir yaitu dengan menghilangkan adanya kontak antara fungsi dengan banjir. Pada dasarnya ada dua
metode. Pertama, menghilangkan banjir dari fungsi. Dalam hal ini, dilakukan rekayasa pada banjir. Upaya agar banjir tidak terjadi atau paling tidak luapan air
yang ada tidak menjangkau fungsi, dilakukan dengan jalan penyelamatan lingkungan, pengelolaan drainase dengan baik, menerapkan ruang terbuka pada
6
Menurut sumber Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
commit to user
II - 3
kota sebagai area resapan, membangun tanggul untuk menjaga konsistensi ruang untuk air, dan sebagainya.
Kedua, menghilangkan fungsi dari banjir. Upaya dilakukan berkaitan dengan lokasi. Pemilihan lokasi yang aman, baik swadaya maupun oleh peran penting
pemerintah melalui kebijakan regulatifnya dapat diupayakan. Kendati dua metode di atas telah dilakukan, faktanya masih ada fenomena
limpasan air yang tak terkendali hingga mencapai area fungsional, atau di sisi lain masih banyak ditemui fungsi-fungsi terbangun pada area banjir. Inilah permasalahan
banjir era modern, masih dan makin ada saja kontak antara fungsi terbangun dengan banjir.
3. Pemanfaatan Ruang Daerah Banjir