commit to user
III - 1
Gambar 3.1
Tinjauan Makro Lokasi Terhadap Kota Surakarta Sumber: Dokumentasi pribadi
BAB III
DATA DAN INFORMASI LAPANGAN
Lokasi permasalahan banjir sebagai objek pembahasan ini berada dalam wilayah administratif Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta. Lahannya merupakan
salah satu segmen dari keseluruhan bantaran Bengawan Solo yang juga dibatasi oleh tanggul Upper Solo River Improvement. Terhadap Kota Surakarta secara administratif dan letak
geografis, lokasinya berada di pinggiran timur kota yang identik dengan sebutan “daerah terpinggirkan” kota pada umumnya.
A. BANTARAN SUNGAI DI SANGKRAH SEBAGAI FLOODPLAIN
1. Faktor Melimpasnya Air Bengawan Solo
Banjir yang terjadi di bantaran sungai di Sangkrah melibatkan luapan aliran Sungai Bengawan Solo sebagai penyebab utamanya. Seperti diketahui bahwa peran
ruang di atas lahan bantaran sungai adalah untuk toleransi melimpahnya air, sehingga di sini ketika aliran air Bengawan Solo “membutuhkan” ruang lebih untuk
mengalir, otomatis lahan bantaran yang ada menjadi terpakai oleh air. Permasalahan banjir bantaran yang paling aktual terekam berdasarkan kejadian
banjir yang melibatkan aliran air Bengawan Solo tahun 2007, yang merupakan banjir terbesar sejak tahun 1966, juga serupa dengan tahun 1863 dan 1904.
Curah hujan di DAS Solo hulu per 26 Desember 2007 memiliki rata-rata 124 mmhari atau ekuivalen
dengan periode ulang 55 tahun sebagai perbandingan banjir tahun 1966 ekuivalen dengan periode ulang 60 tahun. Debit puncak di Jurug diperkirakan sebesar 1986
m
3
detik atau ekuivalen dengan periode ulang 30 tahun.
1 1
Sumber: Balai Besar Bengawan Solo.
commit to user
III - 2
Gambar 3.2
Peta Banjir Kota Surakarta Sumber: Dokumen Budi Setiyarso
Penyebab bertambahnya debit air Bengawan Solo secara signifikan ini adalah melimpahnya suplai air pada hulu akibat curah hujan tinggi, dan juga pendangkalan
Waduk Gajah Mungkur sebagai supplier air sehingga tidak mampu menampung air berlebih.
Kejadian banjir tersebut memberi dampak yang sangat luas, tidak hanya bagi area dalam badan sungai termasuk bantaran sungai, tapi juga area di luar tanggul.
Sebagai gambaran, pada Kota Surakarta sebagai contohnya, beberapa daerah di dalam kota juga menjadi terendam air karena sungai-sungai kecil yang melalui dalam
kota yang juga merupakan anak Bengawan Solo alirannya meluap. Hal tersebut dikarenakan air tidak dapat mengalir menuju Bengawan Solo akibat ditutupnya pintu
air karena permukaan air Bengawan Solo meninggi. Penutupan pintu air dilakukan justru untuk menghindari kondisi banjir yang lebih parah apabila aliran air Bengawan
Solo terlimpah pada sungai kota. Salah satunya Kali Pepe sebagai sungai yang alirannya “membelah” Kota Surakarta, belum lagi ada sungai-sungai yang lebih kecil
yang merupakan anak sungainya, meluapnya sistem sungai ini membuat beberapa daerah di kota menjadi terendam air, seperti pada daerah Sangkrah yang terparah
karena sebagai lokasi pintu air menuju Bengawan Solo muara Kali Pepe, Kelurahan Jagalan, Kampung Sewu, Semanggi, bahkan pada banjir tahun 1966 yang lebih parah,
tengah kota juga terendam air.
2
Kondisi serupa mungkin terjadi pada kota-kota lain yang berada pada DAS Bengawan Solo.
Pada lahan bantaran di Sangkrah yang relatif datar ini, permukaan air pada banjir besar terakhir dapat digambarkan hingga hampir mencapai langit-langit
sebagian rumah, atau diperkirakan sekitar 2 meter dari permukaan tanah bantaran. Meskipun bukan tipe flash flood, banjir yang terjadi sedikit memiliki sifat destruktif
karena merupakan banjir sungai yang tentu saja beraliranarus yang serupa dengan arus sungai tersebut.
2
Hal tersebut menjadi gambaran perbedaan banjir bantaran dengan banjir pada daerah terlindung di luar bantaran.
commit to user
III - 3
Gambar 3.3
Kondisi Penduduk Bantaran Sangkrah saat Banjir Sumber: konsorsiumsolo.multiply.com, 22 Oktober 2008
2. Kondisi Akibat Banjir