commit to user
V - 4
a. Hunian
b. Mushola
Keterangan: Memiliki hubungan erat.
Perlu untuk dipisah. Akses entrance.
E. KONSEP BANGUNAN
Konsep bangunan antara lain membahas tentang bentukan fungsi rumah, mushola, dan juga pos keamanan sebagai pengisi lahan.
1. Konsep Unit Hunian
Seperti diketahui, desain kembali rumah pada kawasan ini berupa desain tipikal berdasarkan jumlah penghuni. Secara garis besar konsep rumah dapat dijabarkan
dalam 3 frase, flood-proof sebagai respon terhadap banjir, low-cost sebagai penyesuaian dengan penghuninya, serta land-friendly untuk menjaga keseimbangan
lahan sebagaimana mestinya guna tetap menunjang fungsi ekologis dan hidrologis lahan, sebagai massa buatan yang mendominasi penutupan lahan.
a. Flood Proof
Respon banjir pada bangunan rumah dengan menggunakan rekayasa elevasi bangunan namun karena frekuensi banjir yang tidak sering maka
cenderung menyerupai bangunan berlantai ganda dengan bagian bawah bangunan inti tetap dimanfaatkan menjadi ruang yang lebih fungsional daripada
sekedar ruang toleransi ketinggian banjir, dengan sifat ruang yang fleksibel, serta di satu sisi tetap menjadi ruang yang dikorbankan saat banjir.
commit to user
V - 5
Gambar 5.2
Ramp pada Bangunan Rumah Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 5.3
Model Partisi Pelingkup Lantai Dasar Bangunan Sumber: Dokumentasi pribadi
Ruang fleksibel maksudnya yaitu ruang yang fungsinya cenderung tidak ditentukan atau serbaguna karena hanya berupa space kosong tanpa adanya
perabot tertentu sebagai syarat ruang. Sebagai ruangan pertama akses menuju bangunan, ruang serbaguna dapat dimanfaatkan sebagai ruang tamu, interaksi
sosial, berjualan, wirausaha, bahkan penyimpanan seperti kendaraan bermotor dan gerobag sehingga bukan berarti tanpa perabot.
Aksesibilitas pada bangunan rumah menjadi penting antara lantai dasar
dengan lantai atas rumah sebagai bagian aman dari banjir untuk mempermudah evakuasi jika diperlukan pada properti di lantai dasar. Akses dari lantai dasar
menuju lantai atas ditunjang dengan menggunakan ramp.
Jaringan listrik, meliputi lampu, stop kontak, saklar, dan kabel tidak diaplikasikan di bawah elevasi banjir rencana atau paling tidak pada lantai dasar
bangunan demi keamanan dan terjaminnya pemakaian listrik selama kondisi banjir.
Material pelingkup lantai dasar menggunakan sistem knock down dengan
pertimbangan agar pada saat banjir, arus tidak merusak material itu sendiri dan juga agar tidak menjadi hambatan aliran banjir. Metodenya dengan membuat
sistem partisi yang dapat melipat ke atas di atas elevasi muka banjir sehingga dapat mereduksi kesulitan untuk menyimpan partisi ketika harus melepasnya
saat banjir.
b. Low Cost
Konsep low cost diterapkan pada desain untuk menunjang keterjangkauan biaya rumah oleh penghuninya yang diketahui merupakan masyarakat menegah
commit to user
V - 6
Gambar 5.4
Material yang Masih Dapat Digunakan Sumber: ruang17.wordpress.com, 10 Januari 2011
ke bawah sehingga masyarakat sebagai target hunian dapat mampu untuk kembali menempati.
Di sini penggunaan material bekas menjadi pilihan karena material
bangunan lama masih layak pakai, seperti genteng, batu bata, kayu, bambu. Beberapa penggunaan material diserahkan sepenuhnya kepada penghuni
masing-masing misalnya dalam hal penutupan lantai di mana tiap rumah memiliki material penutup yang berbeda-beda.
Untuk efisiensi ruang dan besaran ruang, rumah memiliki bentuk dasar sederhana, kotak, yang lebih familiar dengan perabotan yang ada, yang
cenderung berbentuk dasar kotak juga. Efisiensi juga digambarkan dengan
pemakaian dinding bersama sebagai pemisah antar rumah dengan sisi yang lain
tetap bebas, agar tetap memungkinkan hunian dapat tumbuh sesuai perkembangan kebutuhan ruang dan pertumbuhan keluarga. Sehingga wujud
rumah menjadi rumah couple, satu bangunan untuk dua unit rumah.
Material bangunan dibiarkan tanpa finishing seperti dinding, lantai, kusen
sehingga mengurangi biaya kolektif pembangunan keseluruhan. Seiring proses menghuni, masyarakat dapat menambah kualitas hunian masing-masing sesuai
kemampuan dan keinginan dengan mengganti materialnya.
c. Land-friendly
Untuk kepentingan lahan, agar tidak mengganggu sistem alami yang ada maka konsep land-friendly ini diterapkan pada bangunan. Isu yang diangkat yaitu
berkaitan dengan masalah berkurangnya fungsi bantaran sungai sebagai sabuk hijau Bengawan Solo sebagai penghasil oksigen, serta tidak seimbangnya siklus
hidrologi apabila lahan bantaran dimanfaatkan untuk fungsi terbangun.
Sebelumnya, luasan dasar rumah dibuat lebih kecil dari ukuran semula,
selain untuk kepentingan efisiensi juga untuk menambah jumlah ruang terbuka untuk resapan dan area tanaman serta rumput.
Bangunan rumah sebagai massa yang mendominasi penutupan lahan dapat dimanfaatkan sebagai potensi. Salah satunya yaitu bahwa dengan adanya
bangunan rumah tetap dapat menunjang tempat untuk tumbuhnya vegetasi.
Dinding bertanaman dapat diterapkan pada bagian eksterior rumah sehingga
nantinya secara komulatif jumlahnya dapat seimbang dengan banyaknya bangunan yang ada paling tidak.
commit to user
V - 7
Penggunaan sumur resapan sebagai muara utama air buangan yang melalui
rumah meliputi air kotor, septic tank, dan air hujan yang jatuh di atap rumah. Hal tersebut artinya rumah juga berfungsi untuk memastikan air yang jatuh pada
lahan khususnya pada penampang rumah akan diresapkan ke tanah. Penjabaran konsep unit hunian telah dipaparkan di atas. Gambaran konsep
rumah secara keseluruhan dapat dilihat dari gambar ilustrasi berikut ini
Rumah memiliki bentuk bangunan berlantai dua berbentuk dasar geometri
kotak sederhana. Strukturnya dapat menggunakan sistem rangka dengan sub-
structure menggunakan pondasi sumuran. Atapnya menggunakan bentuk atap miring.
2. Konsep Mushola