Menentukan Skenario Penataan MERENCANAKAN PENATAAN PERMUKIMAN

commit to user IV - 17 o Output

B. MERENCANAKAN PENATAAN PERMUKIMAN

1. Menentukan Skenario Penataan

Oleh karena adanya penerapan flood proofing pada masing-masing rumah, maka tiap rumah perlu didesain ulang. Desain rumah tentu saja dengan mempertimbangkan masyarakat sebagai penghuni rumah tersebut. Di sini, hal tersebut dibatasi mengenai jumlah anggota keluarga atau penghuni rumah, aktivitas yang diwadahi, dan juga kondisi sosial ekonomi yang rata-rata sama yaitu golongan menengah ke bawah. Pertimbangan yang lain yaitu kondisi eksisting rumah yang memiliki besaran yang minimal menyesuaikan dengan luas tanahnya. Sehingga perancangan kembali rumah dengan merancang beberapa bentuk tipikal rumah untuk ditempatkan dalam pola tatanan permukiman. Dilihat dari sudut pandang pemerintah regulatif, pada dasarnya pemanfaatan bantaran sungai untuk tempat tinggal adalah tidak diperbolehkan. Malah karena ada rencana program relokasi, keberadaan rumah pada tanah yang dimiliki secara resmi pun nantinya harus mengikuti program relokasi tersebut, sehingga keberadaannya pada lahan dapat dikatakan ilegal. Sehingga, di sini apabila kebijakan relokasi Gambar 4.17 Output Analisa Lokasi pada Saat Kondisi Banjir Sumber: Dokumentasi pribadi Pola dasar tata massa bangunan sedemikian linear dengan diutamakan berorientasi kepada tanggul sebagai daerah aman di luar lahan banjir. Penataan jalan menyesuaikan dengan pola tata massa bangunan “Sisa” lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk fungsi- fungsi outdoor seperi tempat bermain dan communal space serta optimalisasi landscaping. Pepohonan yang ada di tepian lahan untuk menghambat arus kuat sungai terhadap lahan. Perletakan barrier atau pemecah arus air untuk mengurangi kekuatan arus dan pengarah aliran. commit to user IV - 18 digantikan dengan program penataan permukiman sebagai alternatif, maka kebijakan penataan tersebut dapat diutamakan untuk kepentingan tata ruang prioritasnya bukan pada masyarakatnya 6 sebagai syarat untuk tidak direlokasi, karena sejak awal relokasi memang untuk kepentingan itu. Maka, dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya konsolidasi lahan 7 dalam suatu penataan permukiman, penataan permukiman bantaran sungai dapat mencakup penempatan kembali unit-unit rumah pada lahan baru tidak pada lahan semula sehingga membentuk pola “buatan” susunan rumah yang baru, menyesuaikan dengan urgensi yang ada mengenai permasalahan banjir dan juga penataan lingkungan sebagai asumsi prasyarat untuk dapat bermukim di bantaran sungai di Sangkrah ini. Sehingga di sini, lingkup penataan tidak hanya dilakukan pada landscape lingkungan sekitar hunian, namun juga termasuk penataan massa perletakan unit- unit hunian itu sendiri dan juga rancangan bangunan hunian yang kemudian diikuti tata lingkungan yang mendukung keberadaan bangunan sebagai wadah fungsi utamanya, terutama berkaitan dengan permasalahan banjir. Selanjutnya, tatanan baru tersebut harus tetap dapat sebagai wadah masyarakat bantaran sungai di Sangkrah yang sudah ada. Hal tersebut merupakan indikasi keberhasilan fungsional dari hasil penataan permukiman.

2. Membatasi Permukiman